Berita TELAGA
Istri dalam Pernikahan
Alangkah bahagianya seorang suami yang istrinya cakap, takut akan Tuhan, berakal budi, setia dan tidak suka bertengkar. Semua itu kuangkat dari Alkitab. Dari sini kita mengetahui bahwa peranan seorang istri sangat penting. Seorang istri memiliki kedekatan dengan semua pihak di dalam rumahnya. Ia dekat dengan suami dan anak-anaknya, para pembantunya dan juga anggota keluarga lain yang tinggal di dalam rumahnya. Belum lagi dengan para tetangga, terutama dengan sesama istri dan anak-anak mereka. Akan sangat menyenangkan jika semua ini dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Bagi seorang suami yang sedang meniti karier, istri dapat mengambil bagian yang penting sebagai:
- Helper. Tentu ia bukan sekadar seorang pembantu biasa, tapi penolong pribadi yang dapat dipercaya oleh suaminya. Keterampilan dan ketelitiannya sangat membantu suami.
- Sparring Partner. Ia menjadi teman berlatih yang memberikan kritik membangun dan koreksi yang berharga. Kadang koreksi tersebut menyakitkan memang, tapi bukankah lebih baik kita merasa tersakiti oleh orang dalam daripada oleh masyarakat luas? Nasihat saya untuk para istri adalah agar mereka menjadi "teman berlatih" yang baik, jangan menyerang suami hanya karena masalah yang muncul.
- Supporter. Ia menjadi pendukung dan pendorong agar suami terjaga semangatnya. Untuk peranan yang satu ini, istriku selalu berupaya sebaik mungkin. Aku lalu teringat kepada ayat: "Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya" (Amsal 12:4). Seorang istri jangan sampai menghancurkan kehidupan suami dan rumah tangganya, baik dengan perkataan maupun sikap hidupnya. Dalam ayat ini Tuhan telah mengangkat istri "lebih tinggi" dari suaminya. Kalau sang suami itu kepala keluarga, istri adalah mahkota yang justru di atas kepala. Artinya istri bukan menguasai, tapi ia dapat menentukan kualitas keluarga. Istri membuat suami dan seisi keluarganya menjadi mulia. Kemampuannya itu hanya berasal dari Tuhan dan karena itu seorang istri harus bersandar kepada-Nya.
Jika rumah tangga bagaikan sebuah meja, maka hubungan yang kuat dari suami istri bagaikan keempat kakinya. Pertama, saling mencintai (mutual love) yang terus-menerus disempurnakan oleh kasih Tuhan. Kedua, saling pengertian (mutual understanding) tanpa adanya salah paham, semuanya menjadi lancar. Ketiga, saling menghormati (mutual respect). Setiap anggota keluarga merupakan pribadi yang penting. Keempat, saling percaya (mutual trust).
Kepercayaan memberikan rasa aman serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Kita diingatkan oleh kata-kata ini, "Orang dungu mencari kebahagiaan di tempat-tempat jauh. Orang bijak menumbuhkan di bawah kakinya". Itulah yang terjadi jika pernikahan kita dilandasi oleh Firman Tuhan. Orang dungu juga sering memerlakukan kebahagiaan rumah tangganya seperti sebuah bola. Ketika jauh dikejar, tapi kalau sudah dekat malah ditendang.
Apakah Anda menyukai bahtera sebagai lambang dari rumah tangga kita? Jika ya, maka kita sedang mengarungi samudera kehidupan yang bergelora, dengan jarak tempuh yang teramat jauh. Jika suami menjadi kapten, maka istri menjadi sang pemerhati yang menjaga stamina awak bahtera. Jika suami adalah tempat perapian, maka istri menjadi nyala apinya, yang terus akan memberikan kehangatan.
Artikel ini dikutip dari buku "Kicau Daud Dalam Pelangi Kehidupan"
Terbitan Grafika KreasIndo, 2014
PERTANYAAN :
Bersyukur saya menemukan artikel ini (Menjahit Masa Laluku) dan bisa sharing masa lalu saya yang buruk sekali dan sampai sekarang selalu mengganggu pikiran saya. Di masa masih lajang saya pernah menjalani hubungan tanpa status dengan seorang pria sampai melakukan "free sex", saya mengakui saya bodoh sekali. Saya dibesarkan dari keluarga "broken home". Saat dewasa dan menjalani hubungan tanpa status itu saya sudah aktif pelayanan, bahkan saya bekerja di Instansi yang sarat dengan kekristenan, mantan pun sudah Kristen dan aktif.
Sekarang saya sudah menikah dan memiliki anak, tapi saya jadi trauma sampai saya tidak mau mengenal semua orang di masa lalu saya dan saya tidak mau mengunjungi tempat-tempat atau lokasi-lokasi di masa lalu itu (sampai takut sekali memasuki sebuah mall). Sahabat saya bilang saya seperti ‘loser’ …..dan bodoh, karena dia tahu jelas-jelas yang jahat itu mantan saya, karena dia juga memfitnah saya mengata-ngatai kalau saya sakit jiwa.
Saya sudah sering minta pengampunan Tuhan dan ingin melupakan semua masa lalu saya. Suami pun mengetahui dan mendukung untuk pengampunan masa lalu itu, tapi susah sekali. Saya jadi menderita dan merasa depresi karena saya selalu menghindari orang-orang dan tempat-tempat dari masa lalu. "What should I do?" Ini sudah berjalan hampir 5 tahun, saya lelah sekali dengan semua bom busuk kebencian ini.
Salam: Anne
JAWABAN :
Aku sapa kau Anne sebab usiaku sudah lebih dari 75 tahun, aku seorang pendeta emeritus (pensiun). Aku merasa prihatin sebab kau kurang bersyukur kepada Tuhan. Setelah kau berbuat dosa, setelah kau bertobat serta membenci semua yang menyakitkan hati di masa lalumu, ternyata kau masih mau mengecewakan Tuhan yang Mahapemurah. Padahal kau sudah diberi-Nya lembar hidup yang baru, lengkap dengan suami yang luar biasa baiknya, anak, sahabat, pekerjaan, komunitas gereja dan seterusnya yang berlimpah ruah dari Sahabat Sejatimu yang sorgawi itu.
Apa yang masih membuat hatimu begitu beku? Apa kau tidak mengenal Alkitabmu? Apa kau belum juga mengenal Tuhanmu, pribadi dan ajaran-Nya? Apa kau tak berminat untuk dengan rendah hati berupaya dan berjuang hidup di dalam kasih dan kuasa-Nya? Mengapa kau masih juga begitu lemah terhadap pengaruh masa lalumu yang konyol dan tak punya nilai kekal sama sekali itu? Kau belum pernah membaca ini ……"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita" (Roma 8:37). "Lebih dari orang menang" artinya kita meraih kemenangan bukan karena kemampuan kita, tapi karena campur tangan-Nya. Dengan demikian kita beroleh dua hal, yaitu kemenangan serta kasih-Nya bahkan beroleh pribadi Yesus yang berpihak pada kita. Itulah yang sudah terjadi di dalam hidupmu, Anne. Kristus itu konsekwen dengan ajaran-Nya. Ia mengajarkan kita agar mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:22). Ia menerima Petrus, Tomas, Paulus meskipun mereka memunyai dosa besar di masa lampau mereka. Lalu mereka itu dijadikan hamba-hamba-Nya yang hebat. Konon Tomas menjadi rasul yang hebat di India. Petrus dan Paulus kita ketahui kehebatannya. Jadi, barangsiapa sudah diampuni-Nya, dia diperbarui-Nya. Barangsiapa diperbarui-Nya maka dia tidak boleh mengecewakan Dia dengan hidup dalam "ketakutan" terhadap tempat-tempat dan peristiwa usang bagaikan sampah. "……Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Filipi 3:8b).
Anne, selama ini kau kurang menghargai kasih karunia Kristus yang sudah membebaskan dan memindahkan hidupmu ke dalam kehidupan yang baru penuh kemuliaan dan kemenangan. Seharusnya kau melakukan hal-hal ini: (1) Membenci perbuatan-perbuatan negatif seperti yang pernah kaulakukan itu dan (2) Kau sekarang hidup dalam kemenangan Kristus atas masa lalumu. Mantanmu kau ampuni seperti yang diajarkan Kristus dalam "Doa Bapa Kami". Dirimu sendiri kausayangi sebab sudah diselamatkan oleh Kristus Yesus. Pakailah kacamata kedewasaan untuk memandang benda, tempat dan sejarah yang sudah ditaklukkan Kristus bagi hidup barumu yang indah. Jika kau masih memikirkan semuanya, masih bergidik ketakutan dan berperilaku tak wajar berarti kau menghina karya Kristus yang sempurna dalam campur tangan-Nya di masa lalumu. Nasihatku: Lahir barulah mulai hari ini. Jangan berpura-pura melupakan semuanya. Tapi pandanglah dengan pandangan mata Kristus. Untung Tuhan masih memberi kau masa depan untuk kauisi dengan segala sesuatu yang positif dan berguna bagi Kerajaan-Nya. Aku sebenarnya sedang sibuk, tapi aku bersyukur masih dipakai Tuhan untuk menyapa seorang Anne yang telah ditebus oleh darah Kristus yang kudus! Ingat, oleh Kristus kau sudah dikaruniai selengkap senjata untuk "memerangi" masa lalumu yang kelam. Tampillah sebagai pemenang yang mengalahkan dirimu sendiri, tapi sekaligus juga mengasihi dirimu seperti yang dituntut oleh Hukum Tuhan, kasihilah dirimu sendiri. Dan ingat, kini kau tidak seorang diri. Jangan egois, mereka tidak boleh kaurugikan. Penerimaan mereka sudah merupakan mujizat Tuhan. Kau harus menyerahkan dirimu yang tidak lelah, lesu dan sebagai pencundang yang tak beralasan. Kristus menghendaki suami Anne memiliki seorang istri yang segar, anak Anne memunyai seorang ibu yang ceria. Mereka berhak memiliki seorang Anne yang utuh. He…he, kenapa aku jadi begini bersemangat, ya ? Puji Tuhan !
Salam: Daud Adiprasetya
Berteman dengan Ketidakpastian Bersama Kepastian
Oleh: Anita Sieria *)
Baru saja kita bernafas agak lega, karena pandemi sepertinya akan segera reda. Namun rupanya tidak sesegera yang kita duga, kasus covid-19 varian Omicron justru makin meningkat. Sekolah tiba-tiba harus kembali ‘online’ lagi, setelah sempat dibuka beberapa saat. Rencana-rencana yang telah disusun, mungkin harus diubah lagi untuk kesekian kalinya. Baru akan memasuki bulan ke tiga di tahun 2022, mungkin beberapa dari kita bertanya "Apakah ada kejutan-kejutan lagi di bulan-bulan mendatang?" Beberapa mungkin juga bertanya, "Dapatkah saya bertahan melalui kondisi ini?", "Sampai kapan ini akan berlangsung?"
Sebenarnya, bagi manusia ketidakpastian adalah seperti seorang teman yang selalu ada ke manapun ia pergi. Mungkin kali ini pandemi, di lain waktu ketidakpastian yang lainnya. Bagi saya yang adalah seorang ibu, ketidakpastian juga sangat akrab dalam keseharian menjalankan peran saya. Namun ada hal-hal pasti yang Tuhan anugerahkan di tengah ketidakpastian yang saya hadapi. Hal-hal itu beberapa saya dapatkan dari anak-anak saya. Kepastian-kepastian itu adalah:
- Anak-anak akan tetap mengasihi saya, sesebal apapun mereka pada saya beberapa waktu sebelumnya. Tidak lama setelah mereka berkata "mama jahat, aku nggak mau dekat mama", mereka akan terdengar berkata dengan manis "mama, aku sayang mama, mama baik banget". Kepastian ini menguatkan saya di tengah jerih payah dan ketidakpastian di sepanjang hari itu. Di tengah banyak hal yang tidak terduga, kapan mereka akan merengek, bertengkar, tantrum, menangis, terluka, tawar-menawar, dan sebagainya.
- Anak-anak cepat memaafkan. Hati mereka penuh dengan kemurahan. Saat bertengkar dengan saudaranya, mereka akan berbaikan di hari yang sama, bahkan paling lama beberapa menit saja. Saat mamanya melakukan kesalahan, mereka pun dengan mudah memaafkan dan menerima saya kembali.
- Anak-anak akan terlelap dan ini berarti tersedia waktu bagi saya dapat ikut beristirahat. Ada kalanya saya mengeluh dalam hati "kapan sih mereka tidur, ditunggu setengah jam tidak kunjung tidur, satu jam berlalu belum juga tidur". Kadang, ketika menunggu mereka terlalu lama, ada rasa ingin meledak marah agar mereka segera tidur sekarang juga. Tapi ada satu kalimat yang sering saya ucapkan dalam hati untuk menenangkan kembali diri saya "tenang, mereka pasti akan tertidur". Kalimat pendek yang mengingatkan saya akan hasil akhir yang pasti saya dapatkan, mungkin tidak sekarang tapi pasti akan. Ini membuat saya sabar menanti sedikit lagi, sedikit lagi, dan sedikit lagi. Lalu mereka pun tertidur, tanpa saya harus marah-marah.
Mengalami kepastian-kepastian di atas bersama anak-anak, membuat saya jadi memikirkan kepastian-kepastian yang kita manusia dapatkan dari Bapa di Surga. Beberapa kepastian itu memiliki kesamaan dengan yang saya sebutkan di atas:
- Bapa akan selalu mengasihi kita, apa pun kondisi kita.
- Bapa selalu bermurah hati mengampuni dan menerima kita kembali, saat kita datang meminta ampun di tengah banyaknya ketidak sempurnaan diri kita.
- Bapa akan memberikan waktu untuk beristirahat. Jeda bagi keletihan yang kita alami dalam menghadapi berbagai ketidakpastian dalam hidup ini. Meski semua tantangan belum berakhir saat ini, tapi tantangan itu akan berakhir, seperti anak saya yang pada akhirnya terlelap. Dan di tengah tantangan yang masih terjaga dan belum juga terlelap, Bapa selalu ada bagi kita, tangan-Nya terbuka siap memeluk kita kapan saja kita datang pada-Nya.
Saya berdoa, kepastian-kepastian dari Bapa menguatkan kita untuk bertahan sedikit lagi dan berkemenangan di tengah ketidakpastian dan tantangan apa pun yang sedang kita hadapi di masa-masa ini, apakah itu pandemi, kesehatan, keuangan, keluarga, relasi dan sebagainya.
"Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,
gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya".
God is too good, to be unkind
So when you don't understand
When you don't see His plan
When you can't trace His hand
Trust His heart
(Babbie Mason)
KELUARGA BESAR
LEMBAGA BINA KELUARGA KRISTEN (LBKK)
turut berdukacita atas meninggalnya salah seorang konselor
TEgur sapa gembaLA KeluarGA yaitu :
Pdt. Em. Daud Adiprasetya (Liem Djiet Go) lahir di Magelang pada tanggal 26 Januari 1939, anak ke-10 dari sebelas bersaudara, ditahbiskan menjadi pendeta pada usia 26 tahun di GKI Ambarawa. Menerima status emeritus di GKI Coyudan pada tahun 1999 dan Tuhan sudah memanggil pulang hamba-Nya pada tanggal 22 Februari 2022 di R.S. Bethesda, Yogyakarta, karena stroke selama 3 hari. Menikah dengan Ibu Istiwardhani pada tanggal 24 September 1939 dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu Yokebed, Yona dan Joas, semuanya telah berkeluarga. Salah seorang cucu saat ini menjadi calon pendeta, bernama Sdr. Nathanael Budiman Elia, yang telah memimpin Ibadah Penutupan Peti pada hari Rabu, 23 Februari 2022 di GKI Ngupasan, Yogyakarta. Anak bungsu juga menjadi pendeta profesor di STFT Jakarta, yaitu Prof. Pdt. Joas Adiprasetya. Selama pandemi, Pdt. Em. Daud Adiprasetya membuat renungan yang dikirim setiap pagi disamping juga belajar menjadi seorang Youtuber dan kutipan di bawah ini adalah renungan pagi yang terakhir. Dikenal sebagai pendeta humoris yang sangat ramah. Jenazah telah dikremasi di Krematorium Madurejo, Prambanan pada hari Kamis, 24 Februari 2022 dilayani oleh Pdt. Hamzah dari GKI Diponegoro, Magelang.
Daud Adiprasetya 655
(Dikirim oleh keluarga pada hari kedua dukacita, renungan yang kami temukan pagi ini di HP almarhum. Ini adalah renungan terakhir yang almarhum sudah siapkan sebelum sakit dan belum sempat terkirim).
Millie adalah seorang dewasa yang terbelakang secara mental, ia tinggal bersama ibunya di sebuah kota yang kecil. Ia terkenal karena "tangan dingin"nya sebagai seorang tukang kebun. Halaman, tanaman pagar dan kebun bunga pasti tumbuh subur dalam perawatannya yang penuh kasih. Millie juga dengan sukarela memotong rumpur dan ilalang, menyapu daun-daun kering dan menanam bunga di mana pun. Kemana-mana ia membawa satu kaleng kecil minyak pelumas untuk dibubuhkan pada pintu, engsel atau gerbang yang mulai mengeluarkan suara yang tidak enak didengar. Pada hari Minggu Millie selalu ke gereja bersama ibunya. Sering dia diolok-olok orang tapi selalu ditanggapi dengan rasa humor dan penuh keceriaan. Ketika Millie meninggal dunia hampir semua penduduk kota menghadiri pemakamannya, termasuk yang suka mengejek dia. Diam-diam Millie sudah memberi teladan sebagai warga yang baik. Orang-orang ternyata memerhatikan hal-hal kecil yang kita lakukan untuk mereka, dengan kasih dan ketulusan. Dalam lingkup gereja, pergaulan masing-masing serta keluarga, setiap orang terpanggil menjadi seperti Millie itu. Jangan kita hanya memikirkan kepentingan sendiri. Kata-kata indah, "Lupakan diri Anda demi orang lain dan orang lain tak akan melupakan Anda!" Di zaman yang egois ini memang sangat sulit kita temui orang-orang yang rela berkorban demi orang lain. Setidaknya janganlah merugikan orang lain, kalau bisa selalu siap memberikan bantuan bahkan pertolongan sebagai kepanjangan tangan Tuhan Yesus. Firman Tuhan, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12). Jika isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi maka itulah hukum kasih, seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Memang kasih membuat kita tidak mau berbuat buruk apalagi jahat kepada orang lain. Karena kasih kita tidak mau merugikan sesama. Lebih jauh Tuhan Yesus mengajarkan kasih yang proaktif. Juga bukan hanya supaya tidak dirugikan, tapi tak segan-segan merugi demi kebaikan sesama. Dalam hal ini Yesus Kristus mempraktekkan dalam hidupnya. Mati di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita sungguh pengorbanan yang tiada taranya.
Catatan pelayanan selama hidupnya antara lain:
Pernah melayani di GKI Coyudan, Solo; di GKI Ambarawa, GKI Madiun, GKI Malang, GKI Ngupasan Yogyakarta dan GKI Coyudan, Solo. Mulai bulan Mei 2010 kembali melayani di GKI Magelang dan tinggal di Magelang. Sejak April 2012 untuk sementara melayani di GKI Muntilan, sepanjang tahun 2017 melayani di GKI Kediri dan awal tahun 2018 kembali ke Magelang. Selain itu beberapa judul buku telah ditulisnya, baik dalam format drama, novel maupun refleksi.
Bulan kedua sudah kita lewati dan memasuki bulan ketiga tahun 2022. Angka 23 telah berubah menjadi 24 dan bagi PKTK Sidoarjo sebentar lagi akan memeringati ulangtahunnya yang ke-2 yaitu pada tanggal 14 Maret 2022 dimana akan diadakan sebuah Webinar berjudul "Healthy Boundaries in Marriage" (Batasan yang Sehat dalam Pernikahan) dengan pembicara Ibu Enny Dewi, S.E., M.Th.Konseling.
Ada satu ungkapan yang mengatakan bahwa masa lalu adalah sejarah, masa depan merupakan misteri dan sekarang jadilah berkat. Marilah kita mensyukuri masa lalu kita, menyerahkan masa depan kita dan kapan saja, dimana saja biarlah kita bisa menjadi berkat.
- Bersyukur program radio TEgur sapa gembaLA keluarGA telah memasuki usia yang ke-24 pada bulan Februari 2022 ini.
- Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari Ibu Gan May Kwee di Solo sejumlah Rp 500.000,-.
- Doakan untuk kebutuhan dana operasional Telaga Kehidupan di Sidoarjo, persiapan HUT ke-2 pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2022, pembentukan Support Group orangtua Bina Iman Anak Tunas Kehidupan, penerimaan murid baru Bina Iman Anak Tunas Kehidupan tanggal 1 April s.d. 15 Juni 2022.
- Tuhan sudah memanggil pulang salah seorang konselor yang berdomisili di Magelang, tanggal 22 Februari 2022 yaitu Pdt.Em.Daud Adiprasetya dalam usia 83 tahun. Kita doakan untuk Ibu Istiwardhani, istri yang telah dengan setia mendampingi selama lebih dari 57 tahun, agar benar-benar bisa merasakan kekuatan serta penghiburan Tuhan di masa-masa dukacita ini.
- Tetap doakan untuk Bp. Heman Elia dalam menjalani kemoterapi untuk kanker paru-paru dan tulang yang telah dijalani selama ini.
- Masa pandemi Covid-19 belum berakhir dan kita tetap mendoakan untuk murid-murid sekolah dan para guru yang kembali belajar dan mengajar secara ‘online’.
- Kita doakan untuk pemerintah atas tersedianya vaksin serta kerjasama dengan masyarakat terutama di daerah-daerah di luar Jawa.
- Doakan untuk orang-orang yang bergumul dengan masalah kesehatan, usaha/bisnis, keluarga dan lain-lain dalam masa pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir.