Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan juga Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi akan menemani Anda dalam perbincangan yang pasti menarik dan bermanfaat. Kali ini kami akan membahas topik-topik dengan dasar Alkitab sebagai sumber utamanya dan Amsal untuk keluarga ini pun akan banyak membaca dan melibatkan bagian-bagian dari Kitab Amsal yang cukup kita kenal; maka dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, tentu suatu tema yang cukup menarik karena jarang diangkat yaitu tentang Amsal untuk keluarga. Sebenarnya apa yang Pak Paul mau uraikan dari sini?
PG : Pak Gunawan, Amsal sebetulnya merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia sebagaimana manusia hidup di dunia ini sesuai dengan kehendakNya. Dengan kata lain Amsal merupakan conto konkret atau terjemahan langsung dari firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dan ternyata sebagaimana nanti kita akan lihat, ada banyak panduan dari kitab Amsal untuk kehidupan keluarga kita. Nah pada saat ini atau pada kesempatan ini, saya kira itulah yang akan kita angkat agar para pendengar kita mendapatkan berkat dari firman Tuhan pula.
GS : Secara spesifik Amsal yang mana yang mau Pak Paul sampaikan pada saat ini?
PG : Saya akan mengangkat beberapa bagian dari kitab Amsal yang mempunyai beberapa pasal, jadi misalnya kita akan lihat dari pasal 1, pasal 18, dan sebagainya dan semuanya itu akan bisa mengjarkan kita bagaimana membangun keluarga dengan hikmat dari Tuhan kita Yesus Kristus.
(1) GS : Sebenarnya seberapa jauh pentingnya sebuah keluarga dibangun di atas firman Tuhan?
PG : Saya pikir sangat penting sekali Pak Gunawan, sebab firman Tuhan memberikan kita panduan bagaimana kita hidup yang benar. Nah yang berikutnya lagi adalah firman Tuhan sendiri berkuasa, adi orang yang hidup dekat dengan firman Tuhan akan hidup berkuasa.
Dalam pengertian mempunyai kuasa dari Tuhan untuk hidup sesuai dengan yang Ia kehendaki. Dan saya kira kita semua bisa setuju bahwa kalau suami istri dan anak-anak hidup semuanya sesuai dengan firman Tuhan, sehingga akan sedikit sekali pertengkaran yang muncul dalam keluarga mereka.
ET : Tapi rasanya hal ini justru sering kali jadi nomor sekian Pak, karena kadang-kadang orang berkata sekarang ini hidup sudah terlalu susah yang penting mengumpulkan uang dulu. Jadi mungki akhirnya hal-hal yang mendasar justru menjadi nomor sekian sepertinya.
PG : Tepat sekali Bu Esther, saya juga kadang-kadang harus mengakui bahwa saya sendiripun kadangkala seolah-olah tidak begitu fasih menerjemahkan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Kita seolh-olah menjadikan dunia kita ini dua dunia yang terpisah, antara dunia di gereja dan kehidupan di luar gereja.
Jadi yang kita dengarkan dari mimbar tatkala kita ke gereja seolah-olah hanya bisa kita terapkan dalam lingkup gereja pada saat itu. Kemudian waktu kita keluar dan hidup sehari-hari dengan istri, suami kita, anak-anak kita, apalagi dengan orang-orang lain ternyata kita mengalami kesulitan atau kadangkala justru tidak mengingat apa yang firman Tuhan katakan. Justru kitab Amsal ini memberikan begitu banyak contoh-contoh konkret atau panduan-panduan yang praktis dan langsung bisa kita terapkan. Di hadapan saya melalui diskusi pada kesempatan ini, para pendengar juga bisa diingatkan akan panduan-panduan tersebut dan mengingatnya untuk dipraktekkan dalam kehidupan mereka masing-masing.
GS : Satu hal juga Pak Paul yang sering kali dikatakan bahwa Amsal ini adanya di Perjanjian Lama , sampai seberapa jauh relevansinya untuk kehidupan kita pada saat ini?
PG : Memang ada sedikit unsur-unsur budaya yang tepat atau cocok untuk masa itu, tapi dapat saya katakan hampir semuanya itu lepas dari budayanya dan mempunyai kaidah yang tetap berlaku untu kehidupan kita sekarang.
GS : Misalnya apa itu Pak Paul?
PG : Misalnya dalam relasi kita dengan Tuhan, firman Tuhan yang terambil dari Amsal 1:7 berkata: "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmt dan didikan."
Nah di sini ditekankan sekali bahwa seorang manusia harus takut akan Tuhan, inilah yang saya katakan integritas pribadi. Seseorang harus mempunyai integritas pribadi, baik dia suami maupun dia istri. Artinya seseorang yang hidup dalam kebenaran, seseorang yang takut akan Tuhan sebetulnya akan mempunyai wibawa. Seseorang yang mempunyai wibawa dalam rumah tangga akan sedikit banyak mencegah terjadinya pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu. Jadi seolah-olah ayat ini tidak begitu penting untuk kehidupan keluarga, tapi sesungguhnya sangatlah penting. Misalkan kita hendak bertengkar dengan pasangan kita, tapi kita tahu dia adalah anak Tuhan yang takut akan Tuhan, dia adalah seseorang yang tulus dalam mengikuti perintah Tuhan. Nah keseganan itu akan muncul atau dapat saya katakan hormat itu sudah muncul dan waktu respek atau hormat itu muncul, mungkin sekali itu akan mengerem kita, mengerem mulut kita, misalnya untuk memarahi dia, mencaci maki dia. Dan bukankah kita lebih mau untuk mendengarkan orang yang kita hormati. Jadi sekali lagi kalau suami atau istri hidup dalam takut akan Tuhan yang sesungguhnya, ini adalah suatu keuntungan yang sangat besar karena inilah yang akan menciptakan respek di antara mereka berdua.
(2) ET : Tetapi tentang konsep takut akan Tuhan, kadang-kadang ada orang yang menganggap jadinya seperti Allah ini, Tuhan seolah-olah polisi. Jadi takut itu seperti kita takut pada polisi, takut kena tilang, takut dianggap melanggar lalu lintas, sebenarnya konsep takutnya itu seperti apa Pak Paul?
PG : Ada 2 pengertian takut akan Tuhan, yang pertama adalah seperti yang tadi Ibu Esther katakan, takut akan Tuhan berarti memang takut dihukum Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan yang bisa marh dan kita tahu Tuhan menghukum anak-anakNya.
Firman Tuhan yang kita tahu di kitab Ibrani berkata: Allah mengganjar anak yang dikasihiNya dengan kata lain, Tuhan tidak segan-segan menghukum anak-anaknya. Jadi rasa takut itu harus ada, takut kalau Tuhan menghukum kita karena kita berdosa terhadapNya. Takut yang kedua adalah lebih merupakan rasa respek terhadap Tuhan, rasa segan yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki. Jadi memang keduanya harus ada di dalam diri seseorang, nah sekali lagi ini adalah panduan pertama, ini adalah fondasinya yang harus dimiliki oleh seorang suami atau istri. Saya kira seorang istri akan kesulitan menghormati suaminya kalau misalkan ke gereja setiap minggu, tapi si istri tahu dalam pekerjaannya dia menipu kiri kanan atau di rumah dia mencaci maki istrinya seenaknya, memaki anaknya juga seenaknya dan di rumah si istri melihat si suami tidak pernah membaca firman Tuhan, tidak pernah menjadi imam dalam keluarganya. Nah tidak bisa tidak respek istri terhadap suami sudah mulai berkurang. Bandingkan dengan kalau si istri melihat suaminya mencoba mengikuti firman Tuhan dengan setulusnya, menjadi imam dalam memimpin keluarganya kepada Tuhan. Bukankah si istri melihat si suami dengan hormat kalau dia tahu suaminya adalah anak Tuhan, suaminya adalah hamba Tuhan sehingga si istri tidak begitu berani sembarangan bersikap kepada suaminya demikian juga anak-anak terhadap papanya dan mamanya. Jadi sekali lagi bagi suami atau istri atau bagi ayah atau ibu hidup takut akan Tuhan itu sebetulnya adalah suatu bonus yang akan menguatkan keluarga mereka.
GS : Kalau dikatakan itu permulaan dari pengetahuan, sebenarnya pengetahuan apa Pak Paul?
PG : Pengetahuan di sini memang dikaitkan dengan hikmat, Pak Gunawan, jadi dalam kitab Amsal kata-kata seperti pengetahuan, pengertian, kepandaian, hikmat atau kebijaksanaan itu dipakai secaa berganti-ganti.
Makna sebetulnya adalah hikmat, jadi takut akan Tuhan adalah hikmat. Hikmat bukanlah seperti definisi kita sekarang kecerdasan, orang yang cerdas belum tentu hikmat, orang yang ber-IQ 150 belum tentu hikmat. Hikmat adalah mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat yang tepat, mengerti apa yang harus dikatakannya pada waktu yang tepat. Nah jadi Tuhan berkata awal dari pengertian, tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan pada waktu yang tepat itu awalnya takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan akan takut untuk berdosa, orang yang takut berdosa mencoba jalan dengan benar, orang yang jalan dengan benar sesuai firman Tuhan otomatis sudah memulai jalan dengan hikmat.
(3) GS : Selain hubungan dengan Tuhan, tadi Pak Paul membicarakan hal-hal yang praktis artinya dengan sesama, bagaimana kaitannya dengan sesama?
PG : Ada juga ayat-ayat yang mengatur hubungan kita dengan pasangan kita yang bisa kita terapkan secara langsung. Misalnya Amsal 18:13 "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendngar, itulah kebodohan dan kecelaannya."
Saya kira ayat ini bisa sekali kita terapkan dalam relasi suami istri, bukankah adakalanya kita terlalu cepat menjawab, suami kita belum selesai bicara kita sudah jawab, anak kita belum selesai memberi penjelasan, kita sudah jawab. Dan bukankah salah satu keluhan anak-anak remaja terhadap orang tuanya adalah "tolong dengarkan kami, tolong dengarkan kami." Keluhan mereka adalah orang tua tidak berminat mendengarkan apa yang mereka harus jelaskan, orang tua hanya berminat memaksakan kehendak mereka kepada anak-anaknya. Jadi sekali lagi, baik dalam hubungan antara suami-istri ataupun hubungan orang tua-anak, aspek mendengarkan sangatlah penting.
ET : Jadi memang kalau ini saja dilakukan, sudah menjadi modal yang besar untuk relasi yang berikutnya yaitu dengan mendengarkan.
PG : Betul sekali Bu Esther, bukankah ini hal yang sangat sederhana tapi paling sulit dilakukan. Itu sebabnya bukankah kita ini mau membela diri kenapa kita sulit mendengar, karena kita lebi tertarik membela diri kita.
Artinya kita lebih sibuk membenarkan diri atau tindakan kita, kalau kita mendengarkan ada resiko akhirnya kita sadari kita ini salah dan kita rasanya tidak siap untuk mengakui kita salah. Jadi lebih baik kita penuhi dengan kata-kata kita untuk membela atau membenarkan diri kita. Sehingga kita tidak perlu melihat adanya kemungkinan bahwa kita yang salah. Bukankah waktu kita dua-dua duduk diam dan saling mendengarkan akan banyak pemahaman yang kita peroleh, hal-hal yang tidak kita lihat, sekarang kita lihat. "O....beginilah alasanmu, saya mengerti kenapa ini sampai terjadi, OK! Saya mengerti engkau tidak sengaja tadi". Dengan kata lain kita terpaksa mengubah arah tindakan kita yang tadinya kita sudah tetapkan kita mau marah, kita mau menghukum dan sebagainya sekarang tiba-tiba harus berhenti, kita harus belok tidak jadi menghukum dia atau memarahi dia karena apa?Karena pengertian yang telah kita peroleh untuk memberikan waktu mendengarkan.
ET : Cuma memang kadang-kadang ada orang yang merasa lebih baik saya tidak mendengar lebih banyak, nanti berubah pikiran. Jadi karena sudah punya prasangka pokoknya pasti dia salah, kalau saa dengarkan nanti saya melihat kesalahannya jadi terpengaruh sehingga menjadi berkurang salahnya.
PG : Betul, betul sekali , jadi mendengarkan adalah hal yang sulit karena menuntut kesediaan untuk mengorbankan diri. Tapi seperti tadi Ibu Esther, katakan keampuhannya luar biasa sebab serig kali meskipun solusi belum bisa kita temukan misalnya kita bertikai dengan pasangan kita, tapi kalau kita merasa dia sudah mendengarkan kita bukankah kemarahan kita sudah reda.
Jadi benar-benar itu luar biasa ampuhnya dan firman Tuhan dengan jelas berkata kalau kita memberi jawab sebelum mendengarkan, kita menjadi orang yang bodoh dan itu menjadi kecelaan kita, artinya menjadi hal yang merupakan kelemahan kita.
(4) GS : Tetapi ada juga bagian di dalam surat Amsal yang mengatakan, celaka kalau suami itu serumah dengan istri yang bicaranya tidak putus-putus, nah bagaimana kita bisa tolerir terus untuk mendengarkan pembicaraan yang tidak bermanfaat, tidak membangun katanya seperti air tiris, air hujan.
PG : Betul, sangat mengganggu sekali. Saya kira ada 2 kemungkinan ya Pak Gunawan, kenapa sampai seorang wanita terus menerus mengeluh seperti itu. Nomor 1 adalah mungkin memang dia mempunyaiproblem sehingga tidak bisa menguasai emosinya dengan baik.
Sehingga kalau emosi harus dia lampiaskan sampai tuntas baru dia berhenti. Celakanya yang namanya tuntas itu bisa berkisar antara 5 jam sampai 5 hari, ada yang bisa seperti itu. Tapi bisa juga yang ke-2 Pak Gunawan yaitu dia terus menerus mengeluh karena memang sudah merasa tidak didengarkan. Jadi dia mempunyai suatu anggapan hanya dengan cara inilah suaminya itu akan bereaksi, dia kalau hanya bicara satu, dua kali tidak akan ada reaksi yang dia harapkan. Jadi untuk mendapatkan tanggapan yang dia inginkan, dia benar-benar harus mengebor bukan hanya menancapkan paku dia harus bor sampai ke dalam baru nanti suaminya marah, bereaksi nah baru dia dapatkan, jadi memang ada 2 tipe, Pak Gunawan.
GS : Jadi itu memang suatu seni tersendiri untuk bisa mendengarkan pasangan kita ya Pak Paul.(PG : betul Pak Gunawan) dan awalnya juga tadi kembali lagi takut akan Tuhan itu lagi (PG : tepat sekali) nah selain dari sisi mendengarkan, mungkin ada sisi yang lain Pak Paul?
PG : Di Amsal 17:27 firman Tuhan berkata: "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." Jadi firman Tuhan menekankan pentingnya meggunakan kata-kata yang tepat, kita harus bisa menahan kata-kata, artinya mengatur, menguasai kata-kata kita itu sehingga bukannya kata-kata yang mengatur atau menguasai kita, tapi kitalah yang menguasai apa yang keluar dari mulut kita.
Nah sudah tentu ini membutuhkan kemampuan menguasai emosi, maka firman Tuhan berkata orang yang berpengertian berkepala dingin artinya bisa menguasai emosinya. Saya kira jelas melihat pentingnya menguasai emosi dan juga menguasai kata-kata kita. Tadi Ibu Esther sebetulnya sudah sedikit singgung yaitu dalam kemarahan kita tidak mau mendengarkan pasangan kita atau anak kita, kita justru mau melampiaskan dulu kemarahan kita, sudah selesai barulah kita dengarkan dia. Setidak-tidaknya sudah saya tembaki dulu sampai selesai. Kita harus menyadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat itu sering kali berdampak memperburuk masalah. Jadi karena penggunaan kata-kata yang tidak tepatlah pertengkaran itu menjadi lebih hebat. Yang sebetulnya tidak perlu akhirnya menjadi bahan yang memperburuk pertikaian kita, karena penggunaan kata-kata saja. Mungkin maksud kita benar, teguran kita sudah baik, tapi karena kata-kata kita yang berlebihan membuat pasangan kita akhirnya tidak lagi mendengarkan yang harus kita sampaikan, dia bereaksi terhadap kata-kata yang tidak tepat itu.
ET : Jadi seperti bom yang berkekuatan besar ya?
PG : Betul, betul dia makin bereaksi terhadap penggunaan kata-kata kita yang dianggap terlalu berlebihan. Dan juga emosi yang berlebihan sering kali menutupi hikmat kita, susah sekali berpikr dengan jernih kalau emosi itu sudah terlalu menguasai kita.
Bukannya tidak boleh mengungkapkan emosi, silakan, tapi ada waktunya yang tepat dan juga harus ada batasnya. Kalau kita dikuasai oleh emosi semau-maunya memarahi orang bukankah kita menghancurkan pasangan kita. Berapa banyak anak yang sakit hati karena terluka oleh kata-kata orang tua, berapa banyak istri atau suami yang juga hancur karena perkataan atau emosi pasangannya.
ET : Masalahnya kadang-kadang orang bilang aduh kalau saya sudah marah benar-benar sudah lupa. Dan celakanya dalam kelupaannya yang nekad bicara yang akhirnya setelah dia marah lalu bilang maf saya tidak bermaksud berkata-kata seperti itu.
Tapi memang saya setuju dengan yang Pak Paul bilang, walaupun permintaan maaf itu dilontarkan lukanya juga pasti tidak semudah itu untuk disembuhkan. Walaupun kita tahu kata-kata ini diucapkan oleh orang yang sedang emosi, tapi lukanya tetap terasa.
PG : Hati sudah terlanjur robek dan menjahitnya itu memerlukan usaha yang lebih berat dan membutuhkan waktu yang lama.
GS : Tetapi orang yang diam pun bisa menunjukkan bahwa memang dia marah Pak Paul (PG : Bisa, betul bisa) apakah dengan menahan perkataan marah itu tadi, lalu kita kategorikan orang itu berpengetahuan, padahal pada kenyataannya dia marah?
PG : OK! Bagus sekali pertanyaan Pak Gunawan, maksudnya di sini bukannya orang harus tutup mulut sama sekali. Maksudnya adalah silakan ya sebab Alkitab juga bilang marahlah, tapi jangan biaran amarahmu terus tinggal sampai matahari terbenam.
Jadi benar-benar silakan marah, jadi memang benar Pak Gunawan ada orang yang diam tapi menyimpan kemarahan yang membara akhirnya tidak ada solusi karena tidak ada hikmat yang muncul. Jadi di sini memang perlu adanya komunikasi. Saran saya kalau kita mempunyai problem dengan emosi dan kita tahu kita ini kalau sudah marah bisa benar-benar berlebihan bahkan memukul. Yang harus kita lakukan adalah kita harus memisahkan diri dari pasangan kita waktu kita marah. Misalkan kita beritahu dia kita sepakati, kalau saya lagi emosi sudah kamu berhenti bicara jangan tambah-tambahkan, jangan tanggapi saya, bisa lepas kendali. Kedua, izinkan saya untuk pergi dulu, benar-benar secara harafiah mendinginkan kepala, misalnya apa yang bisa dilakukan, mendinginkan kepala secara harafiah bisa kita lakukan dengan cara misalnya sungguh-sungguh meminum air dingin, dalam keadaan marah tubuh kita memanas dan harafiah kepala kita pun rasanya panas dan waktu kita meminum air yang dingin kita akan juga merasakan perbedaannya, emosi kita akan lebih reda. Nah setelah ada jedah misalnya selama 1 jam, mungkin sekali kita akan lebih siap untuk berbicara lagi. Tapi sekali lagi kenapa orang sering kali tersulut sampai emosinya meledak karena penggunaan kata-kata yang tidak tepat. Salah satu prinsipnya adalah waktu marah jangan serang orangnya tapi seranglah masalahnya. Kalau kita serang orangnya, kita berkata kamu bodoh, kamu tidak bertanggung jawab dan sebagainya, jadi kamunya yang diserang bukan persoalannya.
ET : Jadi memang hal ini penting untuk menjadi sebuah kesepakatan antara suami istri, kalau memang mungkin sudah ada tanda-tanda yang satu sudah mau meledak sementara yang satunya pun mulai engingatkan atau memang salah satu harus mundur.
Memang harus disepakati dalam keadaan tidak emosi dan ketika emosi itu juga sungguh-sungguh dilakukan.
PG : Tepat sekali, dan harus disepakati sebab kalau tidak yang satu misalnya berkata-kata sudah-sudah jangan ribut, jangan bicara lagi nanti kita tambah ribut, nah biasanya pasangannya makinmarah sebab seolah-olah dia merasa diabaikan.
Nah justru harus ada kesepakatan bahwa kalau sudah memuncak, salah satu harus mengingatkan dan yang satunya harus menerima ini bukan penghinaan atau pengabaian tapi untuk mencegah masalah makin memburuk.
(5) GS : Apakah ada hal lain sehubungan dengan kehidupan kita sebagai suami istri, Pak Paul?
PG : Amsal 5:18, Pak Gunawan, berkata: "Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu". Saya boleh simpulkan kata-katanya adalah nikmatilah pasangan kia, jadi Tuhan memang senang kalau kita ini menikmati istri atau suami kita.
Orang yang bisa menikmati pasangannya cenderung membangun suatu rumah tangga yang kuat, orang yang tidak menikmati pasangannya tidak lagi bisa membangun rumah tangga yang baik. Di sini jelas firman Tuhan bicara secara harafiah, secara fisik artinya menikmati tubuh pasangan kita dan sangatlah tidak apa-apa. Ada orang yang kadang-kadang merasa bersalah menikmati tubuh pasangannya atau menikmati hubungan suami istri, sebenarnya itu tidak apa-apa. Tuhan justru berkata nikmati, jangan justru menjauhkan diri kalau tidak perlu, justru lakukan tugasmu sebagai suami dan istri, lakukanlah hubunganmu dengan penuh kenikmatan. Dan sekali lagi ini adalah salah satu pengikat, perekat antara suami dan istri.
GS : Tapi bukan dalam pengertian mengeksploitasi si pasangan.
PG : Betul, betul, jadi kita harus selalu sadari bahwa tubuh pasangan kita ini harus kita hormati. Di 1 Korintus 7 dikatakan bahwa tubuh istri kita milik kita, tubuh kita milik stri kita.
Nah bukankah kita juga seharusnyalah menghormati tubuh kita ini bukan malah mengeksploitasinya dengan sembarangan.
GS : Tetapi Amsal mengatakan diberkati kiranya sendangmu, jadi itu semacam telaga Pak Paul? (PG : Betul seperti sumber air gitu ya) itu diberkati itu. Maksudnya akan terberkati keluarga yang hidupnya rukun seperti yang Pak Paul katakan atau bagaimana?
PG : Saya lebih melihatnya diberkatilah sendangmu ini suatu kata-kata lukisan ya, kata-kata figuratif yang lebih mengacu pada kepuasan seksual kita. Jadi diberkatilah artinya berbahagialah, ebab kata berkat berasal dari kata bahagia juga.
Jadi seolah-olah berbahagialah dirimu, tubuhmu kalau engkau menikmati istri masa mudamu itu.
ET : Saya melihat hal yang menarik dengan dua topik yang sebelumnya mendengarkan dan berbicara menggunakan kata-kata yang tepat, karena akhirnya kaitannya juga dengan ini. Akhirnya ada orangorang yang karena masalah merasa tidak didengarkan ataupun selalu dicela dengan kata-kata, akhirnya juga mengurangi kemampuan untuk bisa menikmati relasi itu ya Pak Paul.
PG : Betul sekali Bu Esther, kalau tidak salah namanya Tim Hansel dia pernah menulis sebuah buku "Sex Begin at the Kitchen", seks dimulai dari dapur. Maksudnya perlakuan suami terhadap istridi dapur atau perlakuan istri terhadap suami di dapur akan mempengaruhi hubungan keduanya sebagai suami istri di ranjang.
Jadi apa yang terjadi di luar kamar sangat mempengaruhi apa yang terjadi di dalam kamar. Kalau seseorang merasa didengarkan, dimengerti dia akan jauh lebih senang melayani pasangannya. Jadi sekali lagi hubungan seksual merupakan pertanda barometer, berapa kuatnya hubungan suami istri itu sendiri.
GS : Rupanya juga masih ada banyak hal yang bisa kita bahas melalui kitab Amsal ini Pak Paul, tetapi waktu juga tidak bisa diperpanjang kali ini. Tetapi kita masih punya kesempatan pada waktu yang akan datang untuk membahas lebih lanjut bagaimana Amsal untuk keluarga sangat penting sebagai landasan suami istri, khususnya kita yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Jadi demikian tadi saudara-saudara pendengar Anda telah mengikuti perbincangan kami bersama Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Dan kami belum bisa menuntaskan pembahasan kali ini, tapi pada kesempatan yang akan datang kami akan melanjutkan perbicangan kami kali ini. Kami sarankan bagi Anda untuk terus mengikuti acara ini pada kesempatan yang akan datang. Sedang bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.END_DATA