Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahja, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Prinsip Ekonomi Keluarga." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, apakah betul kalau masalah-masalah yang menyangkut keuangan, bisa mempengaruhi keutuhan suatu keluarga?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, saya ingat waktu saya masih kuliah dulu, saya pernah membaca satu tulisan yang menyebutkan bahwa penyebab utama kenapa pernikahan itu akhirnya bercerai adalah karna faktor ekonomi, ini memang data yang dikumpulkan lebih dari 20 tahun yang lalu.
Jadi rupanya masalah ekonomi atau keuangan menempati salah satu masalah terbesar di dalam keluarga.
GS : Itu baik berkecukupan maupun berkekurangan atau bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira ya, jadi bukan saja karena kekurangan uang, tapi karena perbedaan pengelolaan uang. Bagaimanakah uang itu digunakan, kadang-kadang suami dan istri tidak mencapai kesepakatan. Nahsudah tentu kalau tidak punya uang itu pun akan menimbulkan tekanan yang berat pada keluarga.
GS : Kalau begitu penting masalah ini, apakah Alkitab yang adalah firman Tuhan ini juga memberikan prinsip-prinsip dasar kepada kita di dalam mengelola keuangan ini?
PG : Sebetulnya Pak Gunawan, ayat-ayat yang nanti akan saya paparkan tidak ditulis khusus untuk masalah keuangan, tapi saya kira kita bisa menyimpulkan atau menimba beberapa prinsip yang kita dpat gunakan untuk mengelola keuangan kita.
Prinsip ini saya ambil dari
Amsal 30:24-28, firman Tuhan berkata: Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan, ini yang firman Tuhan katakan. Jadi saya mau langsung menerapkan ke dalam prinsip ekonomi keluarga. Yaitu kondisi ekonomi kita mungkin saja terbatas alias kecil seperti kehidupan binatang yang kecil di bumi ini. Tapi ini tidak berarti kita harus hidup dalam kekurangan, yang diperlukan adalah kecekatan. Yang dimaksud kecekatan adalah cepat, tepat dan produktif. Jadi saya ingin mengajak kita semua tidak hanya melihat dari segi kwantitas tapi bagaimanakah kita bisa mengelola keuangan itu meskipun terbatas.
ET : Jadi contoh keempat binatang ini bisa mewakili prinsip-prinsip keuangan yang akan kita bahas kali ini Pak Paul.
PG : Betul Ibu Ester, jadi empat binatang ini saya kira menjadi teladan atau memberikan kepada kita beberapa prinsip yang dapat kita gunakan mengelola keuangan.
GS : Yang dimaksud cepat itu, cepat dalam hal apa Pak Paul?
PG : Cepat, artinya kita ini tidak berlama-lama dalam suatu kondisi, kadang-kadang kita harus berani bertindak, kita harus berani mengambil keputusan. Kadang-kadang ada orang yang terlalu cepatartinya tapi akhirnya gegabah, tidak tepat.
Cepat harus diikuti juga dengan tepat, artinya sasarannya jelas, jangan sampai kita ngawur, namun tidak cukup hanya sampai pada tepat harus juga pada akhirnya produktif. Yaitu menghasilkan sesuatu, jangan sampai akhirnya kita berkubang pada suatu kondisi di mana kita tahu ini tidak menghasilkan apa-apa tapi terus di sana. Misalkan ada orang yang mempertahankan statusnya, reputasinya, egonya dan karena ingin mempertahankan semua itu, tidak sungkan-sungkan merugikan orang lain, malahan menjadi benalu bagi orang lain. Prinsipnya adalah pada akhirnya apakah produktif, ya kita boleh cepat, kita boleh tepat tapi tetap ujian terakhirnya adalah produktifitas. Ini penting juga buat prinsip keuangan dalam keluarga kita.
GS : Dari empat binatang yang tadi mau dipakai sebagai contoh yang kita teladani sebagai sesuatu yang baik di dalam diri atau sikap binatang itu apa Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah semut, firman Tuhan berkata; Semut bangsa yang tidak kuat, tetapi menyediakan makanannya di musim panas. Artinya adalah keluarga mesti menyimpan uang, kita belajar darisemut yang menyediakan makanannya bahkan di musim panas.
Sekecil apapun kita perlu menabung, ada dua alasan mengapa kita perlu menabung. Yang pertama adalah kadang-kadang kita harus menghadapi kebutuhan yang tak terduga, kita harus mengeluarkan uang, nah uang tabungan itulah yang dapat kita gunakan. Alasan kedua kenapa kita perlu menabung adalah saya kira menabung melatih kita berdisiplin diri, orang yang tidak menabung meskipun uangnya berkecukupan, tapi dia tidak pernah menabung, saya duga dia akhirnya tidak bisa berdisiplin diri. Dia tidak bisa menahan hasratnya, dia tidak bisa berkata 'tidak' pada dirinya, apa yang dikehendakinya harus dia dapatkan. Jadi menabung juga mempunyai manfaat yaitu melatih kita berdisiplin diri. Kesimpulannya adalah keluarga yang menabung adalah keluarga yang memikirkan dan mempersiapkan hari depan, jadi keluarga tidak hanya hidup di masa sekarang atau hari ini, besoknya lihat lagi nanti bagaimana tidak mau memikirkannya. Tidak demikian, belajarlah dari semut yang menyediakan makanannya di musim panas.
ET : Berkaitan dengan menabung ini kadang-kadang ada seperti dua ekstrim yang satunya merasa tidak pernah cukup, tidak ada untuk kita tabung. Padahal tadi Pak Paul katakan seberapa pun perlu diabung, tapi kadang-kadang ada yang merasa selalu habis untuk keperluan pokok.
Sementara sisi yang satunya lagi justru menabungnya sangat kuat sampai mungkin bisa dikatakan tidak bisa menikmati apa yang dimiliki, karena selalu semua diorientasikan kepada masa depan.
PG : Memang ini perlu keseimbangan Ibu Ester, jadi ada orang yang memang sama sekali tidak bisa menabung sebab merasa buat apa menabung, tidak ada artinya. Nah ini saya ingin tekankan, bahkan klau kita ingin menabung Rp.
100,00 per hari pun tidak apa-apa, sekecil itu yang saya maksud. Jadi biasakan untuk misalnya menyisihkan misalkan Rp. 100,00 ya tidak apa-apa. Misalkan bisa menyisihkan Rp. 1.000,00 ya tidak apa-apa, bisa menyisihkan Rp. 5.000,00 ya tidak apa-apa. Jadi ada uang yang kita simpan. Ada orang yang tidak menabung per hari, ada yang menabung per bulan itu pun juga baik. Tapi sebaliknya jangan sampai kita menjadi orang yang kikir. Ada orang yang sama sekali itu tidak rela menikmati hidup, tidak membolehkan dirinya itu senang sedikit, tidak membolehkan keluarganya sedikit menikmati hidup ini, semua harus irit, benar-benar hidup ini seminimal mungkin. Saya kira kasihan ya, dengan dirinya sendiri buat apa, dia kumpulkan uang begitu banyak tapi selama hidup berpuluhan tahun dia sengsara dan akhirnya meninggal dunia dan akhirnya tidak bisa mencicipi sama sekali. Jadi perlu untuk adanya keseimbangan, yang mempunyai kebiasaan menabung terlalu giat ya coba dikurangi sehingga bisa menikmati hidup ini.
GS : Ya memang seharusnya ada sesuatu yang memotivasi kita untuk menabung, misalnya mau beli apa atau seperti tadi Pak Paul katakan kita cadangkan untuk sakit. Jadi itu memotivasi kita.
PG : Ya kadang-kadang memang ada target tertentu, kita mau membeli sesuatu maka kita menabung, tapi kadang-kadang tidak ada target tertentu tapi hanyalah berjaga-jaga, ini memang prinsip hidup ang baik.
Dan inilah yang firman Tuhan katakan tentang semut, belajarlah dari semut yang bisa menabung, menyediakan makanannya di musim panas.
GS : Ya mungkin kita juga belajar ketekunan dan kerajinan dari semut itu.
PG : Benar sekali Pak Gunawan, semut itu tidak pernah ongkang-ongkang kaki, mengipas-kipas badannya, kita selalu melihat semut itu berjalan dan mencari makanan.
GS : Selain semut mungkin ada yang lain Pak Paul?
PG : Alkitab kemudian melanjutkan, pelanduk bangsa yang lemah tapi membuat rumahnya di bukit batu. Artinya keluarga mesti mengutamakan faktor keamanan, diatas faktor risiko. Saya mengerti di daam membuka usaha dagang misalnya bisnis, akan selalu ada unsur risikonya.
Namun kalau kita sudah berkeluarga jangan mengambil risiko yang besar sehingga nanti misalkan benar-benar risikonya terjadi yang buruk menimpa kita, habis satu keluarga, rumah disita dan sebagainya. Ada orang gelap mata, pokoknya wah ini akan menghasilkan untung besar, langsung mengambil risiko yang sebesar itu akhirnya gagal. Dampaknya adalah keluarga mesti pindah, tidak ada rumah, mesti menyewa dan sebagainya. Jangan mengambil risiko yang sebesar itu, ingat yang harus kita utamakan adalah keamanan. Pelanduk itu menjauh dari bahaya dengan membuat rumahnya di atas bukit batu, dia tahu dia binatang yang lemah, dia bisa langsung diterjang oleh binatang yang lebih besar, makanya dia pintar dia naik di atas bukit batu dan membuat rumahnya di sana, itu menjadi aman. Nah jadi kita mesti belajar seperti dia juga, kita pun harus menghindar dari bahaya kebangkrutan dengan cara bersikap hati-hati dan tidak gegabah di dalam mengelola uang.
GS : Di dalam kesulitan ekonomi ini biasanya orang mudah tergiur dengan iming-iming bunga yang tinggi dan sebagainya yang suatu saat bisa menghabiskan harta bendanya, Pak Paul.
PG : Ya, kadang-kadang saya juga heran, kenapa orang bisa begitu tergiur oleh hal-hal yang bagi saya sangat tidak masuk akal. Misalkan di SMS pada handphone kita, kita sering mendengar kabar ad ini engkau dapat hadiah tinggal mengambil dan sebagainya, saya pikir ini jelas-jelas penipuan, masa ada orang tidak ada pekerjaan mau memberikan uang dengan begitu saja.
Tapi ada saja orang yang tertipu karena akhinya terlalu tergiur dengan keuntungan yang dianggapnya besar itu.
GS : Mungkin mengharapkan hasil besar dalam waktu singkat, Pak Paul.
PG : Biasanya orang yang dalam keadaan terdesak kadang-kadang matanya lebih gelap, justru kita harus ingatkan bahwa dalam masa-masa itu dia harus lebih hati-hati, jangan bermain judi. Benar-benr jangan berjudi dengan kehidupan keluarganya, kasihan anak-anaknya dan kasihan keluarganya, jangan gelap mata jadi faktor keamanan harus kita utamakan.
ET : Tapi kadang-kadang trend yang ada bisa membuat orang tergiur juga, misalnya properti sedang booming, jadi orang sepertinya ingin ikut investasi dalam hal itu tapi ternyata tidak seberuntun orang lain, itu yang kadang-kadang berisiko.
PG : Betul sekali, adakalanya orang latah. Dan sering kali bukankah kita melihat kebanyakan yang berhasil menghasilkan keuntungan adalah yang pertama-tama, yang ikut-ikutan kadang-kadang tidak erhasil.
Jadi kadang-kadang orang terlalu mudah latah, dia berhasil-kita pasti berhasil. Pokoknya ikut saja pasti bisa. Tidaklah demikian, karena akhirnya merisikokan segalanya, hampir habis-habisan dan kadang-kadang orang begini, sudah tahu akan habis-habisan tapi tetap tidak mau menyerah karena tanggung sudah keluarkan uang begitu banyak, pokoknya mesti sampai habis baru berhenti. Tapi masalahnya faktor keamanan akhirnya dikorbankan, anak-istri harus menderita.
GS : Memang ada orang yang berprinsip bahwa keuntungan yang besar itu harus risikonya besar, kalau risiko kecil keuntungannya kecil, tapi mungkin lebih baik keuntungan kecil tapi aman, Pak Paul?
PG : Betul sekali, kecuali kita hidup sendiri, kalau kita hidup sendiri tidak ada tanggungan silakan. Kalau misalkan kita habis semuanya mungkin kita pindah, harus menyewa rumah, kontrak atau kst, tidak apa-apa.
Tapi kalau kita punya keluarga kita harus pikirkan faktor keamanan keluarga kita. Saya sudah mendengar kasus-kasus seperti ini Pak Gunawan, kasus di mana anak-istri harus menderita. Dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain gara-gara habis, karena memang terlalu berani berspekulasi, akhirnya benar-benar habis. Ini nantinya akan menimbulkan masalah dalam keluarga, pasangannya atau anak-anaknya kehilangan respek pada kita, mereka akan berkata: "Papa selalu memikirkan diri sendiri, papa tidak pernah memikirkan kami, kami harus sampai menderita seperti ini." Misalkan pindah sekolah, anak-anak juga menderita, belum lagi malunya, tadinya mempunyai mobil sekarang tidak mempunyai mobil dan sebagainya; nah ini sering kali gara-gara orangtua gegabah. Jadi kalau kita sudah berkeluarga kita harus utamakan faktor keamanan ini.
GS : Contoh binatang yang lain Pak Paul?
PG : Yang lain adalah belalang, firman Tuhan berkata, "Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur." Prinsip yang bisa kita petik di sini adalah kebanyakan masala keuangan bersumber dari gaya hidup yang tidak teratur dan tidak berdisiplin, bukan karena kekurangan penghasilan.
Ini menarik Pak Gunawan, saya perhatikan ada orang yang benar-benar susah dan kekurangan sekali dan memang kita harus sensitif dengan mereka. Namun saya juga ingin mengangkat pengamatan yang lain yaitu cukup banyak orang yang akhirnya mengalami masalah keuangan bukan karena gajinya tidak cukup, banyak orang yang gajinya di bawah dia tapi hidup cukup. Kenapa dia sampai tidak cukup karena dia tidak mempunyai gaya hidup yang teratur, gaya hidupnya sangat tidak berdisiplin. Nah belajarlah dari belalang, belalang tidak mempunyai raja, artinya tidak harus diatur-atur, namun bisa berbaris dengan teratur. Ada disiplin diri pada belalang, nah belalang saja mempunyai disiplin diri apalagi kita sebagai manusia. Jadi hiduplah dengan pengendalian diri, jangan turuti semua keinginan hati. Betapa sering kita melihat masalah seperti ini, tetangga beli sesuatu yaitu sofa yang baru, kita juga ingin yang baru; tetangga beli alat untuk bisa olahraga di rumah, wah kita juga ikut-ikutan mau beli juga. Tidak mempunyai uang akhirnya utang, pakai kredit dan sebagainya akhirnya tidak bisa membayar, berantakan, jadi tidak mempunyai disiplin. Karena itu salah satu sumber penyebab kenapa orang akhirnya mengalami masalah keuangan.
ET : Tapi memang justru gaya hidup ini sering kali ditekankan dalam iklan untuk seolah-olah menaikkan status, untuk mempunyai gaya hidup yang lebih berkelas. Memang yang ditawarkan tapi dengan redit, misalnya dengan bunga yang serendah-rendahnya, itu yang justru menjadi godaan yang terbesar.
PG : Betul sekali Ibu Ester, jadi akhirnya memang orang berlomba-lomba untuk masuk ke dalam kategori berkelas, makanya membeli baju yang berkelas, membeli sepatu yang berkelas, membeli tas yangberkelas.
Dan dari merk-merk ini kita tahu bahwa ini adalah orang-orang yang berkelas. Ada cerita lucu, Ibu Ester dan Pak Gunawan, ada seorang teman saya yang memang sangat mapan secara finansial, nah kalau dia membeli baju atau apa memang yang jelas-jelas bukannya asli ditempelkan saja labelnya, tapi dia bilang bahannya bagus, seperti asli saya beli saja, harganya pun jauh lebih murah. Nah dia bilang, gara-gara mereka tahu saya siapa tidak ada yang pernah bertanya ini palsu, karena memang dia orang berada jadi dia selalu memakai baju yang dianggapnya asli padahalnya tidak, dia bilang: "Saya beli yang merk buatan aja." Nah itulah salah satu ironi kehidupan dewasa ini, orang-orang mau berlomba-lomba masuk dalam kelas-kelas tertentu sehingga akhirnya kadang-kadang tidak mempedulikan lagi kondisi riil. Siapa mempunyai ini, saya pun harus punya; saya kepengin ini saya juga harus bisa; mereka berlibur ke Bali dan kita tidak bisa berlibur ke Bali, juga ayo berlibur ke Bali dan sebagainya. Tidak melihat kondisi keuangan sendiri, jadi perlu sekali kita hidup berdisiplin.
GS : Sering kali juga dilupakan, kadang-kadang kita membeli sesuatu sampingannya banyak, misalnya kita membeli TV, kita mesti menyediakan meja, menyediakan biaya untuk listrik yang lebih mahal dan sebagainya, ini tidak terhitung.
PG : Ini point yang bagus sekali Pak Gunawan, sering kali beli 1 barang, mesti beli 5, 6, barang yang lain.
GS : Jadi sangat dianjurkan sebenarnya kita itu membuat anggaran dan itu melatih kita berdisiplin. Jadi ada yang mendisiplin kita yaitu angaran itu.
PG : Memang ada dua cara untuk membuat anggaran Pak Gunawan, ada orang yang memang menuliskan pengeluarannya berapa dan pokoknya semua uang yang keluar ditulis sehingga bisa terkontrol. Ada jug yang lain yaitu misalkan pokoknya untuk satu bulan ini biaya hidup kita, sisanya sudah disisakan untuk persembahan dan sebagian lagi untuk tabungan, yang kita pakai hanya segini, pokoknya dicukup-cukupkan satu bulan ini harus habis segini.
Dua cara itu boleh yang mana saja, mencatat dengan detail atau satu bulan cukup segini. Yang penting memang harus ada disiplin diri, belajarlah dari belalang yang bisa hidup dengan teratur.
GS : Binatang yang keempat apa Pak Paul?
PG : Nah ini yang terakhir Pak Gunawan, "Cicak yang dapat engkau tangkap dengan tangan, tapi yang juga ada di istana-istana raja." Raja Salomo memang seorang yang berhikmat, matanya luar biasa ajam.
Betul sekali cicak yang bisa engkau tangkap dengan tangan artinya cicak itu lemah, tidak mempunyai kekuatan tapi juga ada di istana-istana raja. Pelajaran yang bisa kita timba adalah usaha selalu mendahului hasil, jadi jangan batasi diri, kerjakanlah apa yang Tuhan berikan pada kita. Cicak tidak pernah berhenti menjejakkan kakinya di dinding rumah, jadi selama masih ada dinding cicak akan selalu berjalan, menempel, menelusurinya jadi kita pun harus begitu. Kita harus tetap bekerja, kita harus tetap berusaha, jangan menawar-nawar dan berkata, "Oh.........tidak ada hasilnya ini kecil." Terlalu sering saya melihat kasus seperti ini, belum apa-apa maunya besar, belum apa-apa maunya jadi, tidak demikian. Semua harus dididik dari bawah, bukankah peluang justru terbuka tatkala kita tengah mengerjakan sesuatu bukan tatkala kita tengah melamun atau berpangku tangan. Jadi belajarlah dari cicak yang selalu berjalan di dinding tahu-tahu berakhirnya di istana raja.
ET : Tapi tentang selama peluang terbuka, kadang-kadang bisa membuat orang itu gelap mata juga tidak Pak. Misalnya ada peluang baru.
PG : Tetap memang harus diimbangi dengan prinsip keamanan, jadi apapun yang kita masuki atau coba kita harus melihat selalu faktor risikonya. Jangan sampai mengorbankan keluarga kita, jadi risio itu harus selalu kita gunakan jadi ada keseimbangan.
Peluang terbuka sudah tentu kita akan coba, namun jangan sampai gelap mata sehingga mengorbankan keluarga kita, risiko itu harus kita kurangi.
GS : Memang bekerja ini belum tentu menambah penghasilan kita, tapi kadang-kadang dengan bekerja itu bisa mengurangi biaya yang seharusnya kita keluarkan. Misalnya untuk reparasi yang kecil-kecil itu bisa kita kerjakan sendiri di rumah tidak perlu membayar tukang.
PG : Betul sekali, banyak hal yang akhirnya bisa dihasilkan. Juga ini Pak Gunawan, seorang majikan kalau mendapat satu resume atau CV dan di sana ditulis tahun berapa sampai tahun misalnya 1998bekerja sebagai apa, terus kosong dan sekarang tahun 2005.
Majikan yang perspektif ini kemudian akan bertanya pada pelamar itu, "Dari tahun 1998 sampai sekarang apa yang kamu kerjakan?" Dia bilang, "Mencari pekerjaan." Masakan tidak ada satu pun pekerjaan yang bisa kamu kerjakan, nah kesimpulan si majikan adalah engkau malas dan orang malas tidak akan diterima. Jadi penting sekali kita mempunyai catatan rekrut yang baik yaitu kita memang bekerja dan ini nanti akan dilihat sebagai upaya bahwa kita ini orang yang rajin.
GS : Tadi Pak Paul singgung dari penghasilan kita, itu ada yang disisihkan untuk persembahan atau untuk dana bantuan dan sebagainya itu bagaimana Pak?
PG : Saya akan bacakan dari Amsal 28:27, "Siapa memberi kepada orang miskin, dia tak akan berkekurangan." Tadi saya sudah singgung dari uang yang telah kita terima, sisihkan untuk abungan dan sisihkan untuk persembahan.
Nah persembahan kita bisa berikan kepada gereja, rumah Tuhan, kita juga bisa berikan kepada orang yang kekurangan. Menarik sekali Tuhan berkata: "Siapa memberi kepada orang miskin, tak akan berkekurangan." Bukankah kalau kita lagi pas-pasan kemudian kita memberi untuk persembahan nah bukankah uang kita akan berkurang. Nah ini menguji kita, apakah kita masih bisa percaya atau tidak kepada Tuhan. Jangan sampai berhenti memberi persembahan kepada Tuhan, apapun kondisi keuangan kita, sebab Tuhan ingin melihat iman pada diri kita. Dia ingin kita mempercayaiNya, memberi merupakan wujud nyata iman yakni Dia akan dan sanggup mencukupi, meski sekarang tampaknya berkekurangan. Juga memberi merupakan wujud kasih dan kepedulian kepada orang lain dan inilah yang Tuhan cari dan hargai dari anak-anakNya.
GS : Dana yang disisihkan untuk persembahan atau untuk dana bantuan terhadap orang lain itu juga membutuhkan kedisiplinan dari kita. Kadang-kadang kalau belum digunakan, kebutuhan yang kita perlukan untuk kehidupan sehari-hari habis, kita cenderung untuk menggunakannya. Padahal itu suatu langkah yang kurang tepat.
PG : Betul, jadi sebetulnya dalam hal keuangan Tuhan selalu ingin membuktikan bahwa Dia bisa dipercaya. Nah adakalanya Dia membiarkan kita melewati kondisi yang susah, tapi di sanalah Dia inginmembuktikan bahwa Dia bisa memelihara kita.
Sewaktu Israel terkena kelaparan dan kekeringan, Tuhan memelihara hambaNya Elia dengan mengirimkan burung gagak dan akhirnya dia bisa dicukupi. Kemudian waktu dia ke Sidon bertemu dengan seorang wanita dan anaknya dan dia disana dipelihara, diberikan roti, diberikan minyak yang tidak habis-habis. Tuhan memelihara, jadi itu yang Tuhan ingin buktikan kepada kita bahwa Dia sanggup memelihara, tinggal kita mau percaya kepada Dia atau tidak.
GS : Pak Paul, di dalam kehidupan suami-istri kalau suami dan istri mempunyai prinsip yang berbeda bagaimana Pak?
PG : Akan sangat susah, maka kalau bisa sebelum kita menikah, kita berhati-hati; kita memilih yang seiman dan mempunyai nilai-nilai kehidupan yang sama. Kalau yang satu menuruti firman Tuhan, brhati-hati, tidak sembarangan hidup.
Yang satunya tidak berhati-hati, pokoknya hari ini ada uang, hari ini juga dihabiskan, pasti akan banyak terjadi pertengkaran.
GS : Dan itu masa anak-anak mereka itu sangat menentukan bagaimana mereka mengelola keuangan pada kehidupan pernikahannya.
PG : Ya tapi kadang-kadang tidak pasti juga Pak Gunawan, ada orang yang dibesarkan dalam keluarga yang cukup akhirnya mempunyai konsep yang baik dalam memakai atau menggunakan uang. Ada juga orng yang dibesarkan dari keluarga yang tidak berkecukupan, sudah kaya raya tapi tetap luar biasa hematnya, tidak mau keluar sepeserpun.
Jadi memang kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk belajar hal yang benar. Nah ini kita sekarang belajar hal yang benar, terapkanlah.
GS : Ya kita bersyukur bahwa Alkitab itu memberikan cukup banyak prinsip-prinsip bagaimana kita mengelola keuangan yang dipercayakan kepada kita. Terima kasih Pak Paul juga Ibu Ester. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Prinsip Ekonomi Keluarga". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.