Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dipakai Tuhan Seperti Gideon". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, beberapa waktu yang lalu kita berbicara tentang "Panggilan Tuhan", dan saat ini kita mau konkretkan dalam sebuah kasus yang nyata yaitu tentang Gideon. Gideon ini adalah tokoh Perjanjian Lama yang belum tentu semua orang mengenalnya dengan baik seperti mengenal Daud dan Salomo, dan seterusnya, tetapi apa sebenarnya yang ingin Pak Paul sampaikan lewat perbincangan dengan judul "Dipanggil Tuhan seperti Gideon" ini, Pak Paul ?
PG : Pada dasarnya saya ingin menggugah anak-anak Tuhan untuk bersikap lebih aktif didalam merespons panggilan Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi ini. Saya kira salah satu penyebab mngapa pekerjaan Tuhan terbengkalai adalah dikarenakan oleh sikap pasif orang Kristen sendiri, kita kerap berpikir bahwa biarlah orang lain yang melakukannya dan bukanlah tanggung jawab kita untuk berbuat sesuatu.
Lewat kehidupan Gideon, kita bisa melihat bahwa Gideon itu dipanggil Tuhan untuk mengerjakan bagiannya dan dia pun akhirnya bersikap aktif untuk merespons tugas yang Tuhan berikan kepadanya.
GS : Memang seringkali kita lebih mudah mengatakan kepada Tuhan, "Ini bukan tugas saya dan biarlah orang lain saja", karena kita sendiri sadar akan resikonya kalau kita terjun ke sana karena pasti ada resiko, minimal membutuhkan pengorbanan dari kita dan ini yang membuat kita enggan untuk melakukannya.
PG : Saya kira itu yang mendasari keengganan kita dan kepasifan kita, karena kita ini secara alamiah adalah orang yang ingin menjaga diri kita, memastikan bahwa diri kita aman-aman saja dan waku kita harus bersikap aktif melakukan sesuatu, berbuat sesuatu untuk menjawab kebutuhan, maka kita merasa tidak siap karena itu berarti kita harus keluar dari zona aman kita, dan melakukan pengorbanan.
Ini yang selalu bertentangan dengan sifat dasar kita yang senangnya menjaga kepentingan pribadi.
GS : Dan lagi itu 'kan bukan sesuatu yang populer, Pak Paul, padahal banyak di antara kita tentu lebih mengharapkan sesuatu karya, sesuatu pekerjaan yang lebih populer, Pak Paul ?
PG : Jadi kalau untuk hal-hal yang memang diterima, diagungkan, dihargai, saya kira itu akan lebih mudah bagi kita untuk melakukannya, tetapi semakin pekerjaan itu menuntut harga yang besar, seakin engganlah kita untuk melakukannya.
GS : Apakah ketika Gideon dipanggil Tuhan, dia itu langsung menanggapi secara positif, Pak Paul ?
PG : Ternyata memang tidak, Pak Gunawan. Coba kita lihat Firman Tuhan sebagaimana tertulis di Hakim-hakim 6:12-13, "Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.'
Jawab Gideon kepada-Nya: 'Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian'." Sebagai latar belakang saya harus menjelaskan, orang Israel sudah masuk ke dalam tanah yang Tuhan janjikan yaitu tanah Kanaan namun di sana sudah ada bangsa-bangsa yang mendiami tanah itu, sehingga akhirnya bangsa-bangsa tersebut mulailah menyerang orang-orang Israel, salah satunya yang sering menyerang adalah Bangsa Midian. Itu sebabnya Gideon merasa putus asa, Pak Gunawan, dia melihat Tuhan yang seperti diceritakan oleh mungkin papanya, kakeknya, bahwa Tuhan telah dengan kuat kuasaNya memimpin Israel keluar dari Mesir, sampai di tanah yang Tuhan janjikan, tetapi sekarang ketika sudah sampai di tanah yang Tuhan janjikan, malahan mereka menjadi korban penindasan bangsa-bangsa lain. Gideon akhirnya merasa apatis tidak mau berbuat apa-apa. Jadi di sini kita bisa melihat adanya kebutuhan yang mendesak, yakni penindasan yang dilakukan bangsa Midian kepada Israel, tetapi masalahnya tidak ada yang berbuat apapun, dan tampaknya di mata Gideon, Tuhan tidak berbuat apapun. Ini pelajaran yang kita mau petik, tatkala tidak ada seorang pun yang berbuat sesuatu di tengah kesulitan ini, maka akan makin menjatuhkan semangat orang untuk berbuat sesuatu. Jadi dengan kata lain, belum apa-apa Gideon sudah patah arang. Pada waktu kita di lingkungan kita, kita menghadapi masalah harus ada satu orang yang memulai berbuat sesuatu, karena waktu semua berpangku tangan tidak berbuat apapun, itu semakin menjatuhkan semangat orang, orang semakin patah arang dan putus asa. Tetapi waktu melihat ada satu orang berbuat sesuatu, tiba-tiba yang lain pun tertular dan semangatnya dibangkitkan, sehingga sikap mereka tidak lagi apatis seperti semula.
GS : Itu biasanya kita saling menunggu, Pak Paul, barangkali ada orang lain yang memulainya tetapi dengan saling menunggu, orang tidak berbuat apapun.
PG : Seringkali kita ini memerlukan aba-aba, tetapi masalahnya kalau semua orang menunggu aba-aba dan tidak ada yang memulai, maka kita harus berbuat sesuatu. Karena itu Malaikat Tuhan datang kpada Gideon, dengan kata lain Tuhan meminta Gideon untuk berbuat sesuatu, tetapi yang lebih buruk adalah Gideon mengaitkan situasi yang buruk ini dengan ketidakpedulian Tuhan.
Ini suatu kesimpulan yang keliru, yang beranggapan bahwa Tuhan sudah meninggalkan Israel, itu sebabnya Ia mendiamkan Gideon dan orang Israel berada dalam situasi yang buruk itu. Gideon marah, kecewa, malah dia menuduh Tuhan tidak adil, dan tidak konsisten. Di masa lalu Tuhan menyertai Israel namun sekarang mendiamkan. Kita bisa belajar untuk situasi kita ini, bahwa di tengah situasi yang buruk, kita harus berharap bahwa Tuhan akan segera mengeluarkan kita dari lubang itu. Tatkala itu tidak terjadi kita bersikap apatis dan mulai meragukan kebaikan dan kasih sayang Tuhan kepada kita. Dalam kasus Gideon, dia begitu marah dan menggunakan istilah yang lebih keras yaitu dia berkata, "Tetapi sekarang Tuhan membuang kami ke dalam cengkeraman orang Midian," sebuah kata yang mengungkapkan kekesalannya kepada Tuhan, memang tidak selalu kita dapat mengerti rencana Tuhan, tidak selalu kita dapat memahami mengapa Tuhan membiarkan kita dalam situasi yang buruk namun kita mesti menyadari bahwa kendati kita berada dalam situasi yang buruk, itu tidak berarti bahwa Tuhan berniat buruk. Ingatlah jika Tuhan berniat buruk kepada kita, Ia tidak akan rela berkorban dan mati untuk kita.
GS : Memang hal itu bisa kita pahami namun seringkali yang terjadi adalah untuk suatu saat tertentu, Tuhan tidak berkata apapun. Dan ini yang membingungkan untuk kita, sebenarnya itu suatu momen yang sangat membingungkan ketika Tuhan diam kita tidak mengerti, kita sadar bahwa Tuhan itu mengamati kita dan terus memelihara kita serta melindungi kita, tetapi kenapa Dia tidak berbicara, Pak Paul ?
PG : Kita sebagai manusia mengaitkan segera dengan setia, Pak Gunawan. Jadi kalau Tuhan segera menolong maka Dia adalah Tuhan yang setia. Jadi sekali lagi saya ulang, kita ini mengaitkan segeradengan setia, tapi di dalam cara kerja Tuhan sebagaimana telah kita lihat di Alkitab, ternyata Tuhan itu tidak menggabungkan segera dengan setia.
Kesetiaan Tuhan tidak dibuktikan lewat tindakan-Nya yang segera, karena apa ? Karena rencana Tuhan seringkali terlalu luas untuk bisa kita pahami dari sudut di mana kita berada. Terlalu terkait dengan begitu banyak hal yang lainnya sehingga adakalanya Tuhan membiarkan situasi itu berada untuk suatu jangka waktu, di dalam kondisi itulah kita berteriak dan menuduh bahwa Tuhan tidak peduli. Itu salah! Dia tetap peduli, Dia tetap setia tapi tidak dengan segera Dia berbuat sesuatu, karena ada hal yang lain, ada rencana yang lain yang tengah Ia genapi.
GS : Tetapi seringkali membuat seseorang itu memilih jalan yang lain, Pak Paul. Contohnya Abraham, ketika dijanjikan oleh Tuhan bahwa keturunannya banyak kemudian sampai dia tua, belum memunyai anak kemudian dia menikah lagi dengan pembantunya, Pak Paul ?
PG : Di sinilah Abraham seharusnya terus bertahan dalam imannya, karena itulah yang Tuhan ingin lihat pada Abraham, apakah dia dapat bertahan dalam imannya meskipun tidak melihat tetapi tetap prcaya, sebab itulah esensi iman yaitu tidak melihat namun tetap percaya.
Sekali lagi iman dapat bertumbuh jikalau kita mengalami ujian seperti itu, tidak melihat dan terus tidak melihat tetapi apakah kita tetap percaya ? Tuhan menginginkan iman yang seperti itu yang tetap percaya. Jadi waktu kita menghadapi suatu situasi yang buruk, kita harus terus berpegang pada iman bahwa Tuhan setia, memang Dia tidak segera menolong, mengeluarkan kita dari masalah ini, tetapi Dia setia.
GS : Lalu bagaimana reaksi Tuhan menghadapi Gideon yang katakan marah dengan Tuhan ?
PG : Di Alkitab selanjutnya ditulis: "Lalu berpalinglah Tuhan kepadanya dan berfirman, pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian, bukankah Akumengutus engkau ?" Ternyata Gideonlah yang telah dipersiapkan Tuhan selama ini untuk menyelamatkan orang Israel.
Sewaktu Malaikat Tuhan menemui Gideon, Ia memanggilnya dengan sebutan pahlawan yang gagah berani. Dapat kita simpulkan bahwa Gideon adalah seorang yang gagah berani sebab kalau tidak mengapa Malaikat Tuhan memanggilnya gagah berani, kendati ia hanyalah anak seorang petani dan bukan dari keturunan pasukan tentara, tetapi dia adalah seorang yang gagah berani. Kita memang tidak mengetahui dengan mendetail apakah yang telah dilakukan Tuhan untuk memersiapkan Gideon menjadi seorang yang gagah berani, namun yang pasti adalah Tuhan telah memersiapkan dia dan Gideon tidak menyadarinya. Acap kali Tuhan memersiapkan kita untuk melakukan sesuatu bagi-Nya secara diam-diam, tanpa kita sadari Tuhan menempatkan kita dalam berbagai situasi kehidupan, justru untuk melaksanakan tugas yang akan diembankan-Nya kepada kita. Gideon adalah orang yang tepat untuk pekerjaan Tuhan, sebagaimana kita ketahui Tuhan menyusutkan pasukan Gideon dari 32.000 menjadi 300 orang untuk melawan bangsa Midian yang berkekuatan 135.000 orang. Gideon tidak takut sebab Tuhan telah memersiapkannya jauh sebelum Dia memanggil Gideon, lewat segala situasi Tuhan membuat Gideon menjadi seorang yang gagah berani dan dengan modal itu dengan ditambah iman pada penyertaan Tuhan membuat Gideon maju terus. Waktu Tuhan menyusutkan pasukannya, Gideon tidak protes. Mula-mula Tuhan menyuruh agar pasukanmu yang takut berperang untuk pulang, seharusnya Gideon protes, "Tuhan, hanya ada 32.000, kalau yang pulang setengahnya bagaimana ?" dan ternyata yang pulang bukan hanya setengahnya melainkan dua per tiga. Dari 32.000, 22.000 pulang, jadi hanya tinggal 10.000, seharusnya Gideon gentar dan seharusnya Gideon protes. Tetapi Gideon tidak protes. Dari 10.000 orang ini Tuhan berkata, "Masih terlalu banyak, bawalah mereka ke sungai, siapa yang minum dengan lidahnya langsung ke air suruhlah mereka pulang, yang minum dengan tangannya dan yang disuapkan ke mulut, itu yang dipertahankan." Dari 10.000, hanya 300 yang minum seperti itu yaitu yang minum dengan tangan tetapi tidak ada satu kali pun Gideon protes. Di sini kita melihat sebuah kombinasi dalam diri Gideon, dia memang gagah berani dan sekaligus beriman. Berarti Tuhan dengan diam-diam telah menyiapkan Gideon sehingga ketika Tuhan memanggil, Tuhan sudah tahu kalau orang pasti bisa sebab Tuhan sudah menyiapkannya.
GS : Tetapi biasanya sekalipun Tuhan sudah jelas berkata seperti itu, karena yang bersangkutan tidak sadar bahwa Tuhan sudah memersiapkan dia, pernyataan Tuhan itu tetap menimbulkan goncangan atau kejutan untuk orang itu, Pak Paul.
PG : Betul. Memang kita tahu dalam kasus Gideon pun dia perlu tambahan tanda-tanda, karena memang dia tidak menyangka, tetapi di sini kita melihat satu prinsip dimana kita harus lebih menyadarkn diri kita bahwa Tuhan tidak membiarkan Gideon dan juga kita berpangku tangan dan mengeluh, kalau kita melihat ada kebutuhan yang harus ditangani apalagi mendesak, jangan diam berpangku tangan, Tuhan meminta Gideon berbuat sesuatu, Tuhan pun meminta kita berbuat sesuatu.
Jadi sewaktu melihat kondisi buruk jangan hanya menggerutu dan menyalahkan semua orang atau menyalahkan Tuhan tetapi berbuatlah sesuatu dan sedapatnya atau sebaik mungkin. Tuhan hanya memakai orang yang siap berjalan, Tuhan tidak memakai orang yang melipat tangan saja. Tuhan sudah tahu Gideon, dia adalah orang yang akan siap jalan, orang yang siap untuk berjalan yang Tuhan akan pakai dan orang yang mau melipat tangan berpangku tangan, hanya duduk-duduk tidak akan Tuhan pakai.
GS : Kalau pun kita berandai-andai, Pak Paul, seandainya saat itu Gideon betul-betul menolak apakah Tuhan akan mengalihkan panggilan ini kepada orang lain, Pak Paul ?
PG : Saya dengan pasti bisa berkata "Ya", Tuhan akan memakai yang lain contohnya jelas dalam kasus Debora. Barak yang awalnya Tuhan panggil karena dia adalah seorang hakim laki-laki, tetapi Bark takut dan Barak tidak mau malahan berkata kepada Debora, "Kalau engkau tidak ikut, saya tidak mau," Tuhan tetap pakai Barak tetapi Tuhan pakai Debora lebih lagi bahkan Debora akhirnya bernubuat kalau nanti yang akan membunuh Sisera bukanlah laki-laki, tetapi seorang wanita, dan nantinya itulah yang Tuhan lakukan.
Jadi memang Tuhan selalu memakai cara yang lain kalau kita menolak, tetapi betapa sayangnya kalau kita menolak sebab kita tidak akan memiliki bagian di dalam pekerjaan Tuhan.
GS : Tetapi juga dalam kasus Gideon, Gideon masih tetap mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, memang Gideon tidak langsung berkata "Ya", di Alkitab tertulis: "Tetapi jawab Gideon kepada Tuhan, 'Ah, Tuhanku dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel ?' Ketahuilah baha kaumku adalah yang paling kecil diantara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.
Berfirmanlah Tuhan kepadanya: 'Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis'." Nah di sini kita memang bisa melihat Gideon ingin mengelak dari tanggung jawab dan mengutarakan fakta yang memang benar, dia memang adalah dari kaum atau kelompok yang paling kecil di antara suku Manasye, dia juga yang paling muda di antara anggota keluarganya. Dia mengutarakan fakta, tetapi tujuannya adalah supaya dia bisa mengelak dari tanggung jawab, dia mengecilkan dirinya dan malah mengedepankan keterbatasannya. Ini yang sering kita lakukan, Pak Gunawan, sewaktu Tuhan meminta kita berbuat sesuatu, kita tidak hanya berpangku tangan tetapi kita sering mengecilkan diri kita dan malah mengedepankan keterbatasan kita. Gideon lupa bahwa pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Tuhan sendiri dan bukan oleh kita dan kita hanyalah sarana, atau alat TUHAN semata. Itulah yang sering terjadi pada diri kita, kita hanya bisa mengeluh namun tidak bersedia berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Sewaktu Tuhan meminta kita berbuat sesuatu, dengan cepat kita mengelak dengan dalih kita bukanlah orang yang tepat. Sudah tentu kita harus tahu diri pula dan menyadari keterbatasan namun bila kita tahu jelas bahwa inilah hal yang Ia kehendaki maka jalankan dengan penuh ketaatan. Ingat bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan, dan Ia yang akan mengerjakanNya, kita hanyalah alat semata.
GS : Di sini seolah-olah Tuhan tidak mau tahu keluh kesah atau alasan-alasan Gideon untuk menghindar dari tugas yang begitu berat, Pak Paul. Apakah Tuhan memang tidak mau mengerti Gideon atau Tuhan memunyai rencana lain, Pak Paul ?
PG : Memang Tuhan tidak menerima alasan dari Gideon, Pak Gunawan. Tetapi yang menarik adalah Tuhan tidak memarahinya, Tuhan malah berjanji untuk menyertainya, janji Tuhan adalah "Akulah yang meyertai engkau", dan Tuhan langsung memberikan suatu janji kemenangan "Engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis".
Tuhan berjanji sewaktu Gideon ragu namun Gideon tetap ragu, dan dia meminta tanda tambahan kemudian Tuhan berkenan memberikan konfirmasi tambahan. Di sini Tuhan memperlihatkan kesabaran dan pengertian. Tuhan memang seperti itu, waktu kita masih mau mengelak, masih mau lari, Tuhan dengan sabar meyakinkan kita, memanggil kita, Tuhan sadar dan mengerti kelemahan kita, tetapi tetap ujung-ujungnya bahwa Tuhan terus meminta kita untuk menaatiNya. Seringkali Tuhan akan terus-menerus memanggil dan memanggil kita untuk menaatiNya, sampai akhirnya kita taat maka barulah Dia berhenti memanggil kita.
GS : Memang sesuatu hal yang sangat menarik dan itu sangat meyakinkan bahwa kalau Tuhan mengutus kita, Dia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendirian, seperti yang Tuhan Yesus katakan sebelum Dia naik ke surga, ketika mengutus para murid untuk memberitakan Injil, janji-Nya adalah, "Aku akan menyertai kamu sampai pada kesudahan zaman ini."
PG : Betul sekali. Jadi itu adalah janji Tuhan yang mulia yaitu penyertaan Tuhan, manusia itu diingatkan bahwa dia tidak hidup sendirian, dia sebetulnya dapat hidup dengan Tuhan. Sudah tentu mausia juga harus membuka diri, mengundang dan meminta Tuhan untuk menyertainya.
Jikalau manusia berkata, "Saya mau Tuhan," maka Tuhan dengan rela menyertai kita. Kenapa ? Sebab itulah kerinduan-Nya, Dia ingin mewujudkan pekerjaan-Nya lewat kita juga. Jadi seperti Gideon yang akhirnya dia berani, dia jalan dan dia melakukan pekerjaan Tuhan, dia berhasil dan dia mengalahkan musuh-musuhnya.
GS : Tetapi penyertaan Tuhan ini bukan berarti bahwa Tuhan mengambil alih tugas yang seharusnya kita lakukan. Demikian juga dengan pengalaman Gideon, Gideon harus tetap menghadapi peperangan, tetap menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupannya.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kalau orang berkata, "Saya diam-diam sajalah, yang penting nanti Tuhan yang menyelesaikan." Itu konsep yang keliru, kita mesti berbuat sesuatu, harus proaktf tidak boleh hanya menunggu dengan pasif.
Pada akhirnya kita bisa melihat Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya justru lewat keterbatasan manusia yaitu dengan 300 prajurit, Gideon memukul kalah 135.000 pasukan Midian, suatu kemustahilan dan memang inilah yang ingin diperlihatkan Tuhan, bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang memukul kalah Bangsa Midian, bukan Gideon. Sebab perhitungan manusia membuktikan ini mustahil Gideon pasti kalah, namun Tuhan ingin menyatakan kemuliaan-Nya dan membuat akhirnya semua menyadari bahwa bukan manusia, bukan Gideon dan pasukannya, tetapi Tuhan sendirilah yang telah memberikan kemenangan kepada Gideon. Dari Gideon dan dari kita semua, Tuhan hanya menuntut dua hal, yaitu: beriman dan taat. Singkat kata, dipakai Tuhan berarti menjadi alat untuk menyatakan kemuliaan Tuhan, dipakai Tuhan sama sekali tidak berarti bahwa Tuhan bergantung kepada kita, seakan-akan kalau kita tidak bersedia melakukannya maka Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa, tidak sama sekali. Tuhan tidak membutuhkan kita untuk melakukan pekerjaanNya, Ia mengajak kita terlibat, supaya kita semua dapat menyaksikan kemuliaan Tuhan.
GS : Memang dua hal itu sulit untuk dipisahkan walaupun memang berbeda antara iman dan ketaatan. Bagaimana seseorang bisa berkata dia beriman tapi tidak taat atau sebaliknya bagaimana dia bisa taat kalau dia tidak beriman, seperti itu, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Dengan kata lain, ketaatan adalah bukti kita beriman. Jadi ketaatan adalah bukti kita beriman, namun waktu kita taat sebetulnya menyatakan bahwa kita beriman, kita tahu bahwaTuhan menyuruh kita melakukan sesuatu hal yang benar, yang pasti akan terjadi.
Maka keduanya merupakan sebuah kesatuan seperti satu coin dengan dua sisi. Waktu kita beriman, kita buktikan lewat ketaatan dan waktu kita taat, sesungguhnya kita juga sedang beriman, karena kita tahu yang Dia perintahkan itu pasti menjadi kenyataan, maka kita menaatinya.
GS : Padahal ketaatan selalu menuntut pengorbanan dari seseorang, Pak Paul. Rasanya tidak ada ketaatan yang tidak ada pengorbanan yang dibutuhkan.
PG : Betul. Dalam kasus Gideon pun memang ada harga-harga yang harus di bayarnya. Kalau kita membaca Kitab Hakim-Hakim, Gideon rela membayar semua itu karena kita bisa melihat Gideon akhirnya thu bahwa dia tidak bisa berpangku tangan, dia tidak bisa berharap orang lain yang akan bergerak, yang berbuat sesuatu.
Tuhan sudah memanggilnya berarti dia harus taati, dia harus lakukan dan Tuhan membuktikan perkataanNya dengan memberi kemenangan kepada Gideon, sehingga Gideon berkesempatan melihat kemuliaan Tuhan, maka setelah Gideon diminta untuk menjadi kepala atau seperti hakim bagi semua orang Israel, Gideon menolak sebab Gideon tahu bahwa bukan dia yang telah memberikan kemenangan kepada Israel, tetapi TUHAN sendiri.
GS : Jadi memang saat ini sangat dibutuhkan Gideon-Gideon pada zaman ini untuk mengubah kehidupan ini.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan kali ini, dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dipakai Tuhan seperti Gideon". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.