Jangan Bawa Mesir Ke Kanaan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T600A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Empat hal yang bisa dipelajari dari kejatuhan orang Israel adalah Dewa yang disembah orang Mesir, mentalitas budak di Mesir, kebiasaan berdosa di Mesir, keinginan untuk menjadi tuan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Sedikit banyak perjalanan orang Israel dari Mesir ke Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan, mencerminkan perjalanan hidup kita sebagai orang percaya. Kesalahan dan kejatuhan mereka, serta kemenangan dan kemuliaan mereka, adalah kesalahan dan kejatuhan kita, serta kemenangan dan kemuliaan kita pula. Berikut adalah satu pelajaran tentang kesalahan dan kejatuhan mereka, yang berguna untuk kita ingat, yaitu mereka membawa Mesir bersama mereka ke dalam perjalanan di padang gurun sampai ke Kanaan. Itu sebab di dalam peringatan-peringatan yang Tuhan berikan lewat para nabinya, Ia terus mengingatkan mereka akan hal itu. Mereka tidak meninggalkan Mesir; mereka membawa Mesir masuk ke Kanaan. Berikut akan dipaparkan beberapa hal dari Mesir yang mereka bawa masuk ke Kanaan.

Pertama adalah dewa yang disembah orang Mesir. Sebagaimana kita ketahui, tidak lama setelah keluar dari Mesir, di kaki Gunung Sinai, Israel murtad dan membuat patung anak lembu emas untuk disembah. Penyembahan berhala dalam bentuk lembu adalah penyembahan berhala orang Mesir, yang dipanggil Lembu Apis. Bedanya terletak pada warna: di Mesir warna berhala itu hitam, sedang di Gunung Sinai, berhala itu berwarna emas. Jadi, sebetulnya patung itu bukan muncul mendadak dan bukan ciptaan orang Israel. Berhala itu adalah bagian dari kehidupan mereka di Mesir, yang mereka bawa serta. Begitu Musa tidak kunjung turun gunung, mereka panik dan dalam kondisi panik, mereka kembali kepada berhala yang lama. Itulah yang kerap terjadi pada kita pula. Dalam kondisi panik, kita kembali kepada berhala yang lama, cara yang lama, kehidupan yang lama. Kita tidak mencari Tuhan, kita mencari berhala yang lama. Kita lari ke perjudian, kita lari ke mencari uang sebanyak mungkin, kita lari mencari cinta sepuasnya. Berhati-hatilah dengan berhala lama; jangan meremehkan dan menganggapnya hilang, besar kemungkinan ia masih di sini, di dalam jiwa kita.

Kedua adalah mentalitas budak di Mesir. Selama beratusan tahun Israel menjadi budak orang Mesir; tidak heran, walau telah meninggalkan Mesir, mereka terus membawa mentalitas budak. Begitu tidak setuju dengan Musa, mereka siap mengeroyok dan membunuhnya. Tatkala haus dan lapar, mereka mengamuk dan menuntut Musa menyediakan keperluan mereka. Begitu susah, mereka siap-siap pulang ke Mesir. Sewaktu tidak ada yang melihat, maka mereka mencuri. Itulah yang dilakukan Akhan di Yerikho; ia mengambil dan menyembunyikan barang curiannya. Perbuatannya mengakibatkan kekalahan Israel melawan Ai, kota yang jauh lebih kecil daripada Yerikho. Inilah mentalitas budak. Acap kali itu pula yang kita bawa ke dalam hidup kita yang baru bersama Yesus, Tuhan kita. Sewaktu tidak setuju dengan Tuhan, kita marah. Tatkala kebutuhan kita tak terpenuhi, kita mengamuk dan menyalahkan Tuhan dan menuntutnya menyediakan keperluan kita. Begitu mengalami kesusahan, kita siap pulang ke kehidupan kita yang lama. Begitu kita anggap Tuhan tidak melihat, kita pun mengambil barang yang bukan milik kita. Tuhan memanggil kita dan menghendaki kita mengubah mentalitas kita. Bukan lagi budak, sekarang kita adalah anak. Tuhan Allah adalah Bapa dan kita adalah anak; jadi, bersikaplah sebagai anak. Perlakukanlah Tuhan sebagai Bapa, bukan sebagai mandor.

Ketiga adalah kebiasaan berdosa di Mesir. Sebagaimana kita ketahui berkali-kali Israel jatuh ke dalam dosa perzinahan; bukan saja semasa di perjalanan di gurun pasir, tetapi juga setelah menetap di Kanaan. Mereka berzinah dengan bangsa-bangsa lain. Itu sebab dalam kemarahan-Nya, Tuhan menegur mereka yang telah berzinah, bukan saja secara spiritual, tetapi juga secara seksual. Israel terbiasa berzinah sejak di Mesir dan kebiasaan itu mereka bawa sampai ke Kanaan. Kebiasaan lama susah hilang, apalagi kebiasaan yang membawa kenikmatan. Meski tahu itu salah, kita terus saja melakukannya. Kita pun bergumul dengan kebiasaan lama yang berdosa, terutama kebiasaan yang membawa kenikmatan. Meski tahu itu salah, kita sulit melepaskannya. Kenikmatan yang membayang di pikiran terus memanggil-manggil. Bila kita tidak berjalan akrab dan patuh pada kehendak Tuhan, pastilah kita jatuh. Sekali kita jatuh, kita sulit bangkit. Lebih mudah untuk keluar dari jerat kebiasaan lama yang berdosa daripada berusaha keluar setelah kita jatuh kembali. Jadi, jagalah diri; jangan sampai jatuh.

Keempat adalah keinginan menjadi tuan. Karena terus diperhamba, begitu bebas Israel menjadi sangat susah diatur. Mereka menjadi orang yang susah diperintah. Perlu ketegasan, baik dari pihak Tuhan maupun Musa, untuk membuat mereka taat. Tidak heran, berkali-kali Tuhan menghukum mereka karena ketidaktaatan mereka; terakhir adalah mereka harus mengembara di padang gurun Sinai selama 40 tahun. Bukan saja Mesir menciptakan jiwa budak pada mereka, tetapi juga jiwa pemberontak. Kita yang terbiasa hidup dalam perhambaan dosa sebelum menerima keselamatan dari Kristus biasanya membawa jiwa pemberontak ke dalam hidup bersama Tuhan. Kita susah tunduk, kita maunya melawan. Tidak heran untuk membentuk jiwa yang memberontak Tuhan harus menggunakan disiplin yang keras. Kadang Ia menghadirkan kegagalan untuk membuat kita bergantung dan percaya kepada-Nya. Kadang Ia menghancurkan kita agar kita rendah hati dan tidak pongah. Adakalanya Ia mengambil semua milik kita supaya kita tidak menilai sesama dari lensa materi dan lebih menghargai dan mengasihi sesama. Tuhan membawa Israel keluar dari Mesir tetapi Israel membawa Mesir bersamanya. Tuhan telah membawa kita keluar dari hidup yang lama tetapi sering kali kita tetap membawa hidup yang lama bersama kita. Lepaskanlah; jangan kembali ke Mesir. Ingatlah dan terimalah berkat Musa kepada Israel sebelum ia mati, "Berbahagialah engkau hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu." (Ulangan 33:29). Kita adalah orang yang berbahagia, sebab kita telah diselamatkan Tuhan. Dialah perisai pertolongan kita dan pedang kejayaan kita. Jangan jadikan Mesir sebagai perisai pertolongan dan pedang kejayaan kita.