Salib Masa Lalu

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T599A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pertumbuhan rohani adalah perubahan sikap dan perbuatan, menuntut waktu dan kesinambungan, diri yang Tuhan rombak adalah diri yang sama, perlu kerja keras Roh Kudus untuk menebus kita dari masa lalu yang buruk, kemenangan yang Tuhan anugerahkan menuntut partisipasi kita, Roh Kudus menuntut kerjasama kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Tidak semua penderitaan adalah penderitaan karena memikul salib Kristus. Penderitaan akibat memikul salib Kristus adalah penderitaan yang berhubungan langsung dengan nama dan kepentingan Kristus. Sebagai contoh, bila kita diusir dari rumah atau tidak diakui sebagai anak karena kita memilih menjadi pengikut Kristus, kita memikul salib Kristus.

Walau tidak berhubungan langsung dengan nama dan kepentingan Kristus, ada penderitaan yang mesti kita tanggung yang berhubungan dengan nama dan kepentingan Kristus secara tidak langsung. Dengan kata lain, kita menderita bukan karena kita memilih untuk mengikut Kristus melainkan karena kita adalah pengikut Kristus. Pada kesempatan ini, secara khusus kita akan melihat dampak masa lalu terhadap diri kita yang membuat kita menderita, dan kita menderita karena kita adalah pengikut Kristus. Dengan kata lain, bila kita bukan pengikut Kristus, mungkin kita tidak akan menderita. Saya panggil ini: salib masa lalu. Berikut akan saya paparkan beberapa contoh dan cara untuk menghadapinya.

Contoh 1. Kita dibesarkan di dalam lingkungan keras. Acapkali kita menderita bukan saja makian, tetapi juga pukulan dari orang tua. Komunitas dimana kita dibesarkan juga keras; untuk bertahan hidup, kita harus berkelahi. Akhirnya kita tumbuh besar menjadi pribadi yang keras. Setelah kita menjadi pengikut Kristus, kita tahu bahwa kita tidak lagi boleh menggunakan kekerasan dan bahwa kita mesti berubah menjadi lebih lembut dan penyayang. Kita menderita, sebab kita tidak selalu berhasil mengendalikan diri dan terpaksa melukai orang di sekitar kita. Inilah penderitaan salib masa lalu.

Contoh 2. Kita dibesarkan tanpa bimbingan orang tua; kita belajar dari orang di sekitar kita. Masalahnya adalah kita belajar bukan hal yang baik tetapi hal yang buruk. Sejak kecil kita terekspos pornografi dan setelah remaja kita mulai berhubungan dengan pelacur. Setelah dewasa kita terlibat dalam pergaulan bebas, baik dengan teman maupun pacar. Setelah menikah, kita bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Di titik inilah kita mulai menderita sebab kita harus bergumul melawan dorongan yang kuat untuk menonton pornografi dan melawan godaan seksual. Inilah penderitaan salib masa lalu.

Contoh 3. Kita dibesarkan dalam ketakutan. Orang tua memunyai standar yang tinggi, mengharuskan kita untuk memenuhi tuntutan mereka. Apabila gagal, kita diolok dan diremehkan sebelum akhirnya dimarahi. Masalahnya adalah kita tidak selalu berhasil memenuhi tuntutan orang tua. Untuk melindungi diri, kita pun berbohong. Mulai dari berbohong tentang nilai ulangan sampai berbohong ke mana kita pergi dan dengan siapa kita pergi. Akhirnya kebohongan merambah ke segala penjuru; kita berbohong untuk segala kepentingan, tanpa sedikit pun merasa bersalah. Setelah menjadi pengikut Kristus, kita mafhum bahwa kita mesti berkata benar sebab Tuhan tidak menyukai kebohongan. Kita bergumul dan menderita karena kita tidak selalu menang. Inilah penderitaan salib masa lalu.

Ketiga contoh ini memerlihatkan bahwa kita menderita karena kita adalah pengikut Kristus. Oleh karena kita adalah pengikut Kristus, maka kita ingin hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Namun di sinilah letak masalahnya. Masa lalu yang buruk membuat pertumbuhan rohani kita terhambat. Kita harus berjuang keras agar tidak jatuh ke dalam dosa. Salib masa lalu terasa berat di bahu.

Pertanyaannya adalah, apakah yang mesti kita perbuat? Pertama, kita mesti menyadari bahwa pertumbuhan rohani adalah perubahan sikap dan perbuatan, dan bahwa perubahan sikap dan perbuatan menuntut waktu dan kesinambungan. Perubahan yang terjadi seketika atau cepat biasanya perubahan yang kecil atau di permukaan, bukan yang besar dan yang di akar. Sebagai contoh, bila kita terbiasa menggunakan kekerasan, kita mungkin dapat menahan diri sehingga tidak berkelahi secara fisik, tetapi sesungguhnya kita sulit menahan kemarahan. Atau kita yang terbiasa menonton pornografi, mungkin kita dapat menahan diri tidak lagi menontonnya, tetapi kita sukar mengendalikan nafsu seksual. Kita harus bergumul berat agar tidak berzinah secara batiniah. Atau kita yang mudah berbohong, mungkin kita dapat mengekang diri tidak berbohong, tetapi kita sulit berkata benar dan sukar mengakui kesalahan. Perlu waktu untuk mengubah sikap dan perbuatan.

Juga perlu kesinambungan untuk mengubah sikap dan perbuatan. Setelah pertobatan kita memutus hubungan dengan masa lalu dan berusaha menjadi manusia yang baru. Kita melupakan latar belakang dan perbuatan kita karena kita tidak lagi mau mengingat-ingat hal-hal buruk yang kita lakukan. Kita pun tidak mau dikuasai olehnya, itu sebab kita berusaha menghapus masa lalu. Ini adalah kesalahan. Kita harus bertumbuh secara alamiah, melewati jalur atau jalan yang berkesinambungan dengan masa lalu.

Bila kita terbiasa dengan kekerasan, kita mesti selalu ingat akan kecenderungan kita menggunakan kekerasan dan kelemahan kita mengendalikan kemarahan. Jadi, akuilah diri apa adanya dan jangan kita menutupinya. Bila kita pernah terikat pornografi dan seks bebas, akuilah kepada pasangan dan mintalah kesediaannya untuk memonitor kita. Jika kita terbiasa berbohong, jagalah mulut untuk tidak langsung menjawab, ambillah waktu untuk berpikir, sebelum memberi jawaban atau penjelasan.

Kedua, kita mesti menyadari bahwa salib masa lalu tidak sama beratnya. Makin kelam masa lalu, makin berat salib masa lalu. Kita yang harus memikul salib yang berat harus menerima kenyataan ini bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai penebusan. Perlu kerja keras Roh Kudus untuk menebus kita dari masa lalu yang buruk. Jangan sampai kita menyimpulkan bahwa Tuhan tidak adil karena Ia membedakan kita dari orang lain. Jangan sampai berpikir bahwa kita adalah anak tiri dalam keluarga Allah. Salib masa lalu yang berat berarti Roh Kudus harus bekerja berat untuk menebus atau memperbaharui kita. Jadi, bukan hanya kita, tetapi Roh Kudus pun turut bekerja keras, bersama kita menebus masa lalu yang kelam. Jadi, janganlah putus asa; jangan iri; sebaliknya, terimalah porsi yang Tuhan tetapkan.

Ketiga, kita harus menyadari bahwa pergumulan bukanlah pertanda bahwa kita kalah; sebaliknya, pergumulan menandakan bahwa kita menang. Walau pada akhirnya kita jatuh, tetapi bila sebelum kita jatuh, kita bergumul, itu berarti kita menang. Kita menang karena kita tidak langsung jatuh; kita tidak berada di bawah kuasa masa lalu; kita masih dapat melawannya. Kenyataan bahwa akhirnya kita jatuh, itu berarti bahwa kita tidak berhasil hidup dalam kemenangan. Kita gagal menjaga kemenangan kita. Dari sini dapat kita petik satu pelajaran yakni perlu usaha besar untuk menjaga kemenangan.

Firman Tuhan menyatakan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah" (1 Korintus 6:19). Oleh karena Roh Kudus diam di dalam diri kita, maka Ia telah memberi kepada kita modal untuk hidup dalam kemenangan, yaitu kuasa-Nya. Namun dalam pelaksanaannya, kita harus memutuskan memanfaatkan modal atau kuasa ini. Singkat kata, Roh Kudus menuntut kerja sama kita. Dan kerja sama baru terjadi sewaktu kita taat kepada kehendak Tuhan. Roh Kudus tidak akan bekerja buat kita, sendirian; Ia mengharuskan kita bekerjasama dengan-Nya. Roh Kudus sudah memberi kita kemenangan.