Kata kunci: Pertumbuhan rohani adalah perubahan sikap dan perbuatan menuntut waktu dan kesinambungan, diri yang Tuhan rombak adalah diri yang sama, perlu kerja keras Roh Kudus untuk menebus kita dari masa lalu yang buruk, kemenangan yang Tuhan anugerahkan menuntut partisipasi kita, Roh Kudus menuntut kerjasama kita
TELAGA 2023
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada. Kita bertemu kembali dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Necholas David, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi, seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Salib Masa Lalu". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
ND: Pak Paul, sebagai orang Kristen memang kita dituntut oleh Tuhan untuk memikul salib, menderita setiap harinya bersama dengan Tuhan. Nah, tema kita hari ini adalah "Salib Masa Lalu", apa yang dimaksud dengan salib masa lalu ini, Pak Paul?
PG: Begini, Pak Necholas, tidak semua penderitaan adalah penderitaan karena memikul salib Kristus. Penderitaan akibat memikul salib Kristus adalah penderitaan yang berhubungan langsung dengan nama dan kepentingan Kristus. Sebagai contoh, bila kita diusir dari rumah atau tidak diakui sebagai anak karena kita memilih menjadi pengikut Kristus, nah kita ini memikul salib Kristus. Walau tidak berhubungan langsung dengan nama dan kepentingan Kristus, ada penderitaan yang mesti kita tanggung yang berhubungan dengan nama dan kepentingan Kristus secara tidak langsung. Dengan kata lain, kita menderita bukan karena kita memilih untuk mengikut Kristus, melainkan karena kita adalah pengikut Kristus. Pada kesempatan ini, secara khusus kita akan melihat dampak masa lalu terhadap diri kita yang membuat kita menderita dan kita menderita karena kita adalah pengikut Kristus. Dengan kata lain, bila kita bukan pengikut Kristus, mungkin kita tidak akan menderita atau tidak menderita seperti itu. Saya panggil ini salib masa lalu.
ND: Jadi maksudnya adalah justru karena kita sudah percaya pada Kristus, maka kita diharapkan untuk hidup dengan standard tertentu yang Tuhan inginkan bagi kita.
PG: Betul sekali, betul sekali. Jadi kalau misalkan kita belum menerima Kristus, masih hidup dalam dosa, nah besar kemungkinan ya kita akan menghadapi masa lalu kita atau hidup dalam masa lalu kita, sesuai dengan cara-cara kita sendiri, tapi sekarang karena kita mau mengikuti cara Kristus, maka kita menderita. Ini yang saya maksud dengan salib masa lalu, Pak Necholas.
ND: Apakah boleh Pak Paul memberikan contoh apa yang dimaksud dengan salib masa lalu ini?
PG: Misalnya kita dibesarkan didalam lingkungan yang keras, acapkali kita menderita bukan saja makian tapi juga pukulan dari orang tua. Komunitas dimana kita dibesarkan juga keras. Untuk bertahan hidup kita harus berkelahi, akhirnya kita tumbuh besar menjadi pribadi yang keras. Setelah kita menjadi pengikut Kristus kita tahu bahwa kita tidak lagi boleh menggunakan kekerasan dan bahwa kita mesti berubah menjadi lebih lembut dan penyayang. Kita menderita sebab kita tidak selalu berhasil mengendalikan diri dan terpaksa melukai orang di sekitar kita. Karena kita tidak mau menjadi orang seperti itu, kita tidak mau melukai orang, tapi akhirnya kita melukai orang, tapi kita tidak selalu berhasil menahan diri, kadang kita gagal lagi. Ini membuat kita menderita, ini yang saya panggil penderitaan akibat salib masa lalu.
ND: Jadi ini semacam bawaan dari kehidupan kita di masa yang lampau, sebelum kita mengenal Kristus.
PG: Iya karena kita ini dibesarkan, dibentuk oleh hal-hal yang terjadi dalam hidup kita di masa lampau, itu menjadi bagian diri kita dan ini bagian yang kita tahu tidak berkenan kepada Tuhan. Ini membuat kita menderita, selama kita belum bisa keluar dari perangkap ini, keluar dari pegangan, cengkeraman ini, kita akan terus menderita karena kita di satu pihak ingin mengikuti jalan Tuhan, menjadi seperti yang Tuhan kehendaki, di pihak lain masalah kita tetap mencengkeram kita.
ND: Mungkin ada contoh lain, Pak Paul, selain kita dibesarkan dalam lingkungan yang keras?
PG: Contoh yang lain adalah misalkan kita dibesarkan tanpa bimbingan orang tua, kita belajar dari orang di sekitar kita. Masalahnya adalah kita belajar bukan hal yang baik, tetapi hal yang buruk. Sejak kecil kita terekspos pornografi dan setelah remaja kita mulai berhubungan dengan pelacur, setelah dewasa kita terlibat dalam pergaulan bebas, baik dengan teman maupun pacar. Setelah menikah, kita ini misalkan bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Di titik inilah kita mulai menderita, sebab kita harus bergumul dengan atau melawan dorongan yang kuat untuk menonton pornografi dan melawan godaan seksual. Ini menimbulkan penderitaan dalam hidup kita. Ini penderitaan akibat salib masa lalu.
ND: Jadi kita sebetulnya sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat, kita sudah dikuduskan oleh Tuhan, tetapi dalam prosesnya pengudusan itu harus berjalan setiap harinya.
PG: Betul dan tidak mudah. Makin kelam masa lalu kita, makin berat, makin tidak mudah maksud pengudusan itu. Jadi tidak sama memang pengudusan itu pada setiap orang. Makin berat, penuh dengan hal-hal yang buruk masa lalu kita, makin lama proses pengudusannya.
ND: Dan itu kebanyakan bawaan juga dari faktor keluarga, Pak Paul, hal-hal yang membuat kita berat untuk berubah.
PG: Betul sekali, Pak Necholas, jadi kebanyakan hal-hal yang tadi saya katakan atau jelaskan adalah berkaitan dengan latar belakang keluarga kita, bagaimana kita ini dibesarkan. Jadi ada satu lagi contoh yang lain, misalkan yang berkaitan dengan keluarga adalah ini, Pak Necholas. Kita dibesarkan dalam ketakutan, orang tua memunyai standard yang tinggi, mengharuskan kita untuk memenuhi tuntutan mereka. Apabila gagal, kita diolok dan diremehkan, sebelum akhirnya dimarahi. Masalahnya adalah kita tidak selalu berhasil memenuhi tuntutan orang tua untuk melindungi diri, kita berbohong. Mulai dari berbohong tentang nilai ulangan sampai berbohong kemana kita pergi dan dengan siapa kita pergi, akhirnya kebohongan merambah ke segala penjuru. Kita berbohong untuk segala kepentingan, tanpa sedikit pun merasa bersalah. Setelah menjadi pengikut Kristus, kita sadar bahwa kita mesti berkata benar, sebab Tuhan tidak menyukai kebohongan. Kita pun bergumul, kita menderita karena kita tidak selalu benar, kita mau berkata benar tapi tidak selalu kita berkata benar, kadang kita berbohong lagi. Akhirnya ini mengganggu kita sekali, ini adalah penderitaan, salib masa lalu, Pak Necholas.
ND: Jadi hal-hal seperti demikian yang Pak Paul sudah sampaikan, tadi ada kita dibesarkan dalam lingkungan yang keras, jadi kita terbiasa untuk berkelahi, kemudian kita juga bisa jadi di masa lalu, terekspos pada pornografi atau berhubungan dengan pelacur sehingga hal tersebut mengikat kita sampai dewasa. Dan contoh yang lain, kita dibesarkan didalam ketakutan sehingga kita cenderung melakukan dosa berbohong. Yang saya perhatikan, dulunya mungkin itu tidak menjadi masalah tapi sekarang menjadi masalah besar, justru karena kita menjadi pengikut Kristus dan itu yang Pak Paul tekankan dengan istilah salib masa lalu ini.
PG: Betul, itu yang saya maksud, Pak Necholas dan ini seringkali tidak bisa tidak membuat kita merasa pertumbuhan rohani kita terhambat. Jadi kita rasanya tidak bertumbuh, tidak maju, terus berkubang di problem masa lalu kita, tapi sesungguhnya saya mau menyemangati kita semua yang bergumul bahwa sebetulnya ini sebuah pertumbuhan, ini sebuah kemajuan. Jangan sampai kita berkata bahwa, "Yah, sudahlah memang kita ditakdirkan untuk menjadi seperti ini". Tidak ya, memang kita harus berjuang keras agar tidak jatuh ke dalam dosa dan memang benar salib masa lalu berat di bahu kita, tapi saya ingin menyemangati, jalan terus, bergumul terus, jangan menyerah. Ini sebuah perjalanan, sebuah proses yang harus kita lewati.
ND: Menyadari bahwa kita memunyai pergumulan dari masa lalu yang harus kita selesaikan, itupun sudah merupakan sebuah pertumbuhan yang baik. Lalu sebetulnya bagaimana, Pak Paul, cara kita untuk bisa mengatasi hal tersebut, apa yang mesti kita perbuat?
PG: Ada tiga masukan yang bisa saya bagikan, yang pertama kita mesti menyadari bahwa pertumbuhan rohani adalah perubahan sikap dan perbuatan dan bahwa perubahan sikap dan perbuatan menuntut waktu dan kesinambungan. Perubahan yang terjadi seketika atau cepat biasanya perubahan yang kecil dan terjadinya di permukaan, bukan yang besar dan yang di akar. Sebagai contoh, bila kita terbiasa menggunakan kekerasan, kita mungkin dapat menahan diri sehingga tidak berkelahi secara fisik, tetapi sesungguhnya kita sulit menahan kemarahan. Atau kita yang terbiasa menonton pornografi, mungkin kita dapat menahan diri tidak lagi menontonnya, tetapi kita sukar mengendalikan nafsu seksual. Kita harus bergumul berat agar tidak berzinah secara batiniah atau dalam pikiran kita atau kita yang mudah bergumul, mungkin kita dapat mengekang diri tidak berbohong, tapi kita sulit berkata benar dan sukar mengakui kesalahan. Jadi perlu waktu untuk mengubah sikap dan perbuatan. Yang di kulit, yang di permukaan itu lebih mudah tapi yang di dalam, yaitu mengubah sikap kita, bagaimana kita bereaksi didalam diri kita, ini perlu waktu untuk berubah. Jadi kita mesti menyadari ini tidak bisa cepat. Juga perlu kesinambungan untuk mengubah sikap dan perbuatan. Setelah pertobatan kita memutus hubungan dengan masa lalu dan berusaha menjadi manusia yang baru. Kita berusaha melupakan latar belakang dan melupakan perbuatan kita, karena kita tidak lagi mau mengingat hal-hal yang buruk yang pernah kita lakukan dan kita pun tidak mau dikuasai olehnya, itu sebab kita berusaha menghapus masa lalu. Menurut saya, ini adalah kesalahan, Pak Necholas. Kita harus bertumbuh secara alamiah, melewati jalur atau jalan yang berkesinambungan dengan masa lalu. Jadi diberikan contoh, bila kita terbiasa dengan kekerasan kita mesti ingat akan kecenderungan kita menggunakan kekerasan dan kelemahan kita mengendalikan kemarahan. Jadi akui diri apa adanya, jangan menutupinya. Bila kita pernah terikat pornografi dan seks bebas, akui kepada pasangan, minta kesediaannya untuk memonitor kita. Atau jika kita terbiasa berbohong, kita menjaga mulut untuk tidak langsung menjawab, kita ambil waktu untuk berpikir sebelum memberi jawaban atau penjelasan. Langkah-langkah ini sepertinya menjadi jembatan kita, Pak Necholas, jembatan masa lalu ke masa sekarang. Yang sering kita lakukan adalah kita meniadakan jembatan ini, sebab kita mau menggunting masa lalu kita. Justru itu tidak sehat dan seringkali nantinya masa lalu itu akan datang menerkam kita.
ND: Karena biasanya setelah kita berubah menerima Tuhan sebagai Juruselamat, kita inginnya proses itu instan dan langsung kita berubah secara drastik, tidak ingin lagi sama seperti masa lalu namun kenyataannya kita perlu waktu dan perlu kesinambungan itu.
PG: Betul sekali, betul sekali. Jadi diri yang Tuhan rombak itu, diri yang sama. Tuhan tidak menukar diri, membawa diri dari mana masuk ke dalam diri kita, tidak! Diri yang Tuhan bentuk dan rombak, diri kita yang sama ini. Perlahan-lahan Tuhan mengikis, Tuhan mungkin membelokkan, membengkokkan, mengatur apa-apa, sehingga akhirnya perlahan-lahan kita berubah.
ND: Pak Paul, selain kita perlu sadar tentang proses yang tidak instan ini, apalagi yang harus kita perbuat?
PG: Kita juga mesti menyadari bahwa salib masa lalu tidak sama beratnya, Pak Necholas. Makin kelam masa lalu, makin berat salib masa lalu. Kita yang harus memikul salib yang berat, harus menerima kenyataan ini, bukan sebagai hukuman melainkan sebagai penebusan. Saya memang mau menekankan hal ini, sebab kadang kita menganggapnya sebagai hukuman. Karena dulu saya begini, sekarang saya harus menanggungnya. Ini hukuman Tuhan untuk saya, bukan, ini penebusan, bukan hukuman. Perlu kerja keras Roh Kudus untuk menebus kita dari masa lalu yang buruk, jangan sampai kita menyimpulkan Tuhan tidak adil karena Ia membedakan kita dari orang lain. Jangan sampai berpikir bahwa kita adalah anak tiri dalam keluarga Allah. Salib masa lalu yang berat bukan berarti justru Roh Kudus harus bekerja berat untuk menebus dan memerbaharui kita, bukan hanya kita tapi Roh Kudus pun turut bekerja keras, bersama kita menebus masa lalu yang kelam itu. Jadi jangan putus asa, jangan iri sebaliknya terimalah porsi yang Tuhan sudah tetapkan untuk kita.
ND: Jadi maksud Pak Paul, perasaan, penderitaan yang kita alami, kadang yang tidak nyaman bagi kita, jangan kita anggap itu hukuman Tuhan, tapi memang kerja Roh Kudus didalam hidup kita untuk membersihkan dosa-dosa kita.
PG: Betul, kita ini tadinya milik iblis, kita ini bagian dari dunia, nah kita ditebus tapi sekarang kita diambil. Proses pengambilan itu memang bertahap dan makin kuat cengkeraman berarti makin berat usaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman itu. Ini penebusan yang saya maksud, jadi bukan penebusan dosa, yang sudah dikerjakan oleh Yesus di kayu salib. Ini adalah penebusan kita dari masa lalu, dari hidup kita yang sebelumnya itu.
ND: Atau bisa dikatakan pengudusan didalam sikap dan perbuatan kita, Pak Paul.
PG: Betul, ini bagian dari pengudusan. Ini memang istilah teologisnya adalah pengudusan.
ND: Dan jika kita di masa lalu semakin kelam maka perlu waktu yang lebih banyak sebagaimana juga misalkan pakaian kita yang kotor, semakin kotor juga perlu waktu yang lebih lama untuk membersihkannya.
PG: Betul, betul sekali. Jadi kita jangan sampai terlalu cepat mau menjadi manusia yang berbeda, ya kita mesti menyadari bagian-bagian yang lama itu masih ada. Justru dengan kita menyadari, kita lebih bisa berhati-hati.
ND: Baik, tadi Pak Paul sempat singgung ada tiga hal yang perlu kita perbuat. Hal yang ketiga, apa lagi, Pak Paul?
PG: Kita harus menyadari bahwa pergumulan bukanlah pertanda bahwa kita kalah, sebaliknya pergumulan menandakan bahwa kita menang. Saya mengerti bahwa maunya kita setelah kita menjadi pengikut Kristus, kita tidak lagi memunyai pergumulan dengan masa lalu kita yang kelam itu, tapi ya tidak begitu memang cara Tuhan adalah cara pergumulan. Kemenangan yang Tuhan anugerahkan kepada kita adalah kemenangan yang menuntut partisipasi kita, bukan saja dikerjakan semuanya oleh Roh Kudus. Nah, kenyataan kita bergumul jadi itu berarti kita sebetulnya menang, kita tidak langsung ditaklukkan, kita masih bisa melawan, kita masih bisa memunyai tenaga dengan kekuatan Tuhan untuk melawannya. Berarti kita tidak sama lagi dengan diri kita yang dulu. Kalau pun pada akhirnya kita jatuh, tapi sebelumnya kita bergumul, berarti sekali lagi kita menang. Kita menang karena kita tidak langsung jatuh, kita tidak lagi berada dibawah kuasa masa lalu, sepenuhnya kita masih dapat melawannya. Kejahatan bahwa kita akhirnya jatuh itu berarti bahwa kita tidak berhasil hidup dalam kemenangan terus-menerus maksudnya, kita gagal menjaga kemenangan kita. Dari sini dapat kita petik untuk pelajaran yaitu perlu usaha besar untuk menjaga kemenangan. Ini sering saya jumpai didalam pelayanan, jadi ada orang-orang yang bebas dari problem tertentu, dari masa lalu tertentu, kebiasaan buruk tertentu. Tapi jatuh lagi, waktu jatuh bukannya berarti dia tidak pernah menang. Dia pernah menang, dia pernah bebas, tapi yang dia gagal lakukan adalah menjaga kemenangan itu, Pak Necholas. Ini jadi fokus kita, bukan fokus pada mengapa saya lemah, mengapa saya jatuh, tapi fokus pada apa yang harus saya perbuat untuk menjaga kemenangan itu.
ND: Itu sebabnya tadi Pak Paul menyemangati para pendengar supaya terus berjuang karena dengan bergumul justru itu menandakan bahwa kita masih berusaha dan kita hidup dalam kemenangan meskipun tidak selalu kita berhasil.
PG: Betul, jadi kita mesti menjaga kemenangan. Ini tanggungjawab kita, Pak Necholas, kadang kita lengah, kita beranggapan kita setelah menang ya sudah akan selalu menang. Tidak, tidak, misalnya apa yang bisa kita lakukan. Kita tahu kita perlu orang, sesama saudara dalam Tuhan, kita tidak bisa sendirian. Kita perlu pertolongan, kita minta doa untuk pergumulan kita, kadang kita minta bimbingan dari orang, kadang kita harus mengakui apa yang telah kita perbuat, kita mesti peka dengan suara Roh Kudus, apa yang firman Tuhan katakan kita berusaha untuk lakukan. Nah, semua itu adalah usaha menjaga kemenangan. Jadi ini fokus kita sekarang sebagai orang yang percaya.
ND: Justru kalau kita merasa baik-baik saja, kita tidak bergumul malah kemungkinan besar itu menandakan bahwa kita sebetulnya sedang kalah.
PG: Betul, betul sekali. Jadi sekali lagi saya mau kita semua yang mendengar ini tidak kecil hati karena masih bergumul, justru bersyukur kepada Tuhan bahwa kita masih bisa bergumul.
ND: Baik, Pak Paul, apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa dibagikan untuk direnungkan bagi kita semua?
PG: Saya bacakan dari 1 Kor. 6:19, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah". Oleh karena Roh Kudus diam dalam diri kita, maka Ia telah memberi kita modal, kuasa untuk hidup dalam kemenangan. Ini kuasa-Nya yang Dia berikan kepada kita namun dalam pelaksanaannya, kita harus memutuskan untuk memanfaatkan modal atau kuasa ini. Singkat kata, Roh Kudus menuntut kerjasama kita dan kerjasama baru terjadi sewaktu kita taat kepada kehendak Tuhan. Roh Kudus tidak akan bekerja untuk kita sendirian, tidak! Dia mengharuskan kita bekerjasama dengan-Nya. Roh Kudus sudah memberi kita kemenangan, sekarang tanggungjawab kita menjaga kemenangan itu dan kita menjaganya tidak sendirian, tapi dengan Roh Kudus juga dan sekaligus kita harus berpartisipasi pula.
ND: Jadi bukan hanya kita menyerahkan tugas ini kepada Roh Kudus, tetapi kita harus berjuang, bergumul dan terus memikul salib kita setiap harinya.
PG: Betul. Jadi kita mesti jaga dari dua sikap yang ekstrem, dua reaksi yang ekstrem. Yang pertama adalah ini semuanya pekerjaan Roh Kudus, jadi kita seolah-olah pasif, kita diubahkan dari luarnya, dari kuasa Roh Kudus. Tiba-tiba kita menjadi baru, tidak! Kita mesti berpartisipasi. Sebaliknya juga ekstrem yang satunya, kita yang bekerja semua sendirian dan kita gagal lagi, berarti kita memang bukan anak Tuhan. Tidak ya, kita tidak sendirian, Roh Kudus akan bekerjasama dengan kita. Jadi kita mesti jaga diri jangan sampai terjebak kedalam dua kubu atau pemikiran yang ekstrem ini. Kita bekerjasama dengan Roh Kudus, menebus masa lalu kita.
ND: Tentunya indah sekali hidup yang demikian, karena kita tidak berjalan sendiri tetapi juga bersama dengan Tuhan mengatasi semua kesulitan dan salib-salib kita yang kita bawa dari masa lalu.
Baik, terima kasih banyak Pak Paul atas pemaparan pada kesempatan ini.
Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (TEgur sapa gembaLA keluarGA), kami baru saja berbincang-bincang tentang "Salib Masa Lalu". Jika Anda berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org; kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org; saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.