Keinginan Dan Rencana Tuhan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T599B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kaitan antara keinginan dan rencana Tuhan, pertama Tuhan menciptakan kita sebagai manusia yang berkeinginan, kedua Tuhan memakai keinginan kita baik secara positif maupun negatif, ketiga keinginan pada diri kita dapat berasal dari Tuhan sendiri.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Salah satu kesalahpahaman yang kadang kita miliki adalah bahwa keinginan kita berada di luar rencana Tuhan. Kita beranggapan bahwa rencana Tuhan berlawanan atau setidaknya berlainan dengan keinginan kita. Sebagai contoh, kita berpikir bahwa keinginan untuk membeli mobil baru pastilah di luar rencana Tuhan sebab Tuhan hanya ingin kita membeli mobil bekas. Atau keinginan akan rumah yang lebih besar adalah di luar rencana Tuhan sebab seyogianya kita mencukupkan diri dengan rumah yang sekarang ini. Pada kenyataannya bukan saja Tuhan mengizinkan kita untuk memunyai keinginan, tetapi Tuhan bahkan memakai keinginan kita untuk menggenapi rencana-Nya. Marilah kita lihat kaitan antara keinginan dan rencana Tuhan.

Hal pertama yang mesti kita ketahui adalah Tuhan menciptakan kita sebagai manusia yang berkeinginan. Jadi, jangan beranggapan bahwa keinginan adalah produk kejatuhan manusia ke dalam dosa. Tuhan menciptakan manusia yang berkeinginan, sebab Ia menciptakan kita sesuai dengan peta dan tauladan-Nya. Dan sebagaimana kita ketahui, Tuhan memunyai keinginan. Tuhan menciptakan kita dengan keinginan sebab Ia menghendaki relasi dengan kita yang bebas, bukan terpaksa. Ia mau kita percaya kepada-Nya, mengikut-Nya, dan mengasihi-Nya secara sukarela, dan untuk itu diperlukan kemampuan untuk memilih, dan itu dimulai dengan keinginan, yaitu keinginan untuk percaya, untuk mengikut dan mengasihi-Nya. Jadi, keinginan itu sendiri bukanlah dosa dan bukan produk dari dosa. Keinginan baru berubah menjadi dosa bila kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itu sebab jangan merasa bersalah bila timbul keinginan yang manusiawi seperti keinginan untuk memunyai pasangan hidup, keinginan memunyai pekerjaan yang lebih baik, keinginan untuk berparas lebih cantik, atau keinginan memunyai penghasilan yang lebih besar dan stabil.

Hal kedua yang mesti kita sadari adalah bahwa Tuhan memakai keinginan kita, baik secara positif maupun negatif. Secara positif bila keinginan kita adalah seturut dengan kehendak-Nya dan secara negatif, jika keinginan kita adalah bertentangan dengan kehendak-Nya. Tiga kali Paulus melakukan perjalanan misi dan ketiganya timbul dari keinginannya untuk memberitakan Injil dan memupuk kerohanian para pengikut Kristus yang tersebar di Asia Kecil dan Eropa. Tuhan memakai keinginannya dan memberkati pelayanannya. Keinginan Paulus masuk ke dalam rencana Tuhan secara positif.

Yohanes Markus ingin melayani Tuhan dan memutuskan untuk mengikut Paulus. Di tengah jalan ia mengundurkan diri dan meninggalkan pelayanannya. Keputusannya membuat Paulus kecewa dan tidak bersedia mengajaknya kembali sewaktu ia ingin pergi memberitakan Injil. Barnabas tidak sependapat; ia ingin mengajak Yohanes Markus. Terjadilah perselisihan yang tajam di antara Paulus dan Barnabas yang berakibat pecahnya pelayanan bersama mereka. Paulus jalan sendiri bersama Silas sedang Barnabas bersama dengan Yohanes Markus. Sebagaimana kita ketahui, Tuhan memakai dua kelompok pelayanan ini; dan memakai Barnabas untuk memproses pertumbuhan Yohanes Markus. Pada akhirnya Paulus melihat perubahan pada Yohanes Markus dan memintanya datang melayani bersamanya. Keinginan memertahankan pendapat yang berakhir dengan perselisihan dan perpecahan bukanlah kehendak Tuhan, tetapi Tuhan memasukkan keinginan ini ke dalam rencana-Nya untuk memberitakan Injil keselamatan dan mematangkan pertumbuhan rohani Yohanes Markus. Jadi, dapat kita katakan bahwa keinginan Paulus dan Barnabas masuk ke dalam rencana Tuhan secara negatif. Tuhan pun memasukkan keinginan kita ke dalam rencana-Nya secara positif, seperti keinginan untuk mempersembahkan hidup untuk menjadi pelayan Tuhan, keinginan mendirikan pelayanan yang baru, keinginan menikah dengan pasangan yang sepadan, atau keinginan meraih posisi yang tinggi agar dapat memberi pengaruh positif. Namun, Tuhan pun dapat memakai keinginan kita secara negatif, yaitu keinginan yang tidak seturut dengan kehendak-Nya, dan memasukkannya ke dalam rencana-Nya. Sebagai contoh kita ingin memulai usaha baru. Kita meminta pendapat orang dan semua mengatakan bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat. Tapi, kita tidak sabar; kita ingin mewujudkan impian. Kita meminjam uang untuk modal usaha dan memulainya. Benar saja, di tengah jalan usaha kita ambruk; dan kita tidak punya uang untuk membayar utang. Akhirnya kita harus menjual rumah dan pindah. Kerugian yang besar itu membuat pasangan dan anak-anak menderita, tetapi pada saat yang sama, membuat kita sadar akan kesalahan kita dan mengajar kita untuk rendah hati. Di tempat yang baru, kita pun berkenalan dengan tetangga dan akhirnya dipakai Tuhan menjadi saksi bagi-Nya. Di sini dapat kita lihat bahwa Tuhan memasukkan keinginan kita ke dalam rencana-Nya, baik secara positif maupun negatif. Bedanya terletak pada ketaatan. Jika kita meletakkan keinginan kita di dalam ketaatan, maka Tuhan akan memasukkannya ke dalam rencana-Nya secara positif. Sebaliknya, bila kita meletakkan keinginan kita di luar ketaatan, maka Tuhan memasukkannya ke dalam rencana-Nya secara negatif. Tuhan tetap memakainya dan memasukkannya ke dalam rencana-Nya sebab Ia adalah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah. Tidak ada yang dapat menghalangi rencana-Nya dan tidak ada yang dapat menghentikan kasih-Nya.

Hal ketiga dan terakhir yang mesti kita ketahui adalah keinginan pada diri kita dapat berasal dari Tuhan sendiri; Ia menanam dan menumbuhkannya. Paulus tidak pernah berkeinginan menjadi pengikut Yesus, apalagi menjadi rasul-Nya. Ia justru ingin menghancurkan Yesus dan semua pengikut-Nya. Namun, Tuhan memunyai rencana lain baginya; setelah memanggilnya, Tuhan mengutusnya menjadi rasul-Nya. Untuk memasukkan kita ke dalam rencana-Nya, adakalanya Tuhan menanam dan menumbuhkan keinginan pada diri kita, untuk melakukan sesuatu yang tadinya tidak pernah ada dalam pikiran kita atau justru berlawanan dengan keinginan sendiri. Musa mengalaminya. Ia tidak berkeinginan kembali ke Mesir setelah ia meninggalkan tanah kelahirannya itu. Sudah empat puluh tahun berlalu, keinginannya untuk menyelamatkan bangsanya dari perbudakan sudah pudar. Itu sebab ia menolak panggilan Tuhan; ia sudah tidak memunyai keinginan itu. Namun karena ia taat, pada akhirnya keinginan itu bertumbuh. Tuhan ingin memasukkan kita ke dalam rencana-Nya; itu sebab Ia menanam benih keinginan tertentu dan menumbuhkannya. Biasanya reaksi awal kita adalah menolaknya sebab itu bukan keinginan kita. Namun taatlah dan katakanlah, "Biarlah kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendakku." Bila kita berserah, maka perlahan tapi pasti keinginan itu bertumbuh dan menjadi motor pendorong buat kita.

Mazmur 37:4 berkata, "Bersukalah dalam TUHAN, maka Ia akan memberikan kepadamu hasrat hatimu." Bila kita bersuka dalam Tuhan, bila kita hidup dekat dengan-Nya, bila kita taat kepada kehendak-Nya, maka kesukaan kita, jalan hidup kita dan keinginan kita, akan sesuai dengan kesukaan-Nya, jalan hidup-Nya dan keinginan-Nya. Maka, sudah pasti Ia akan memberikan hasrat hati kita sebab bukankah hasrat hati kita adalah hasrat hati-Nya pula? Kita hanya mau, yang Tuhan mau.