Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami tentang "Remaja Putra dan Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Berbeda dengan beberapa puluh tahun lalu, rupanya sekarang yang namanya pornografi bisa dijumpai dengan mudah dan murah. Dan ini menyerang sebagian besar para remaja kita khususnya remaja putra. Dan tentu saja kita tidak menghendaki hal ini terjadi terus-menerus karena bisa merusak suatu generasi, Pak Paul. Sebenarnya apa yang bisa ditemui para remaja putra di dalam menghadapi pornografi, Pak Paul ?
PG : Yang tadi Pak Gunawan katakan itu sungguh betul, dewasa ini pornografi benar-benar merajalela terutama di kalangan anak-anak remaja dan sudah tentu di kalangan remaja putra, jauh lebih darpada remaja putri.
Jadi mulai di komputer, di laptop, di handphone, di I-pod disimpan gambar-gambar porno. Jadi sekarang begitu banyak peralatan yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang baik, yang positif malah menjadi tempat penyimpanan gambar-gambar yang penuh dengan pornografi. Dengan adanya "system password" sebagai pengaman, maka orang tidak bisa masuk untuk membuka data kita sehingga terlindunglah data-data tersebut. Waktu dulu, jadi sekitar 2 - 3 dekade yang lalu, orang tua masih bisa menggeledah-geledah kamar anak, melihat di lemarinya apa yang dia sembunyikan, tapi kalau sekarang tidak bisa seperti itu sebab kalau kita mau masuk ke komputernya, sudah ada passwordnya, kalau pada telepon bisa dilindungi ada "security system" sehingga orang tua tidak bisa lagi mengakses dalam kehidupan si anak. Yang ditakutkan oleh kita semua adalah anak kita itu secara diam-diam mengkonsumsi pornografi dan akhirnya makin hari makin dikuasai dan mereka makin tidak menyadari bahaya yang benar-benar menantikan mereka kalau mereka terus mengkonsumsi pornografi.
GS : Yang lebih berbahaya lagi adalah bukan hanya disimpan untuk dikonsumsi sendiri, tapi itu disebarluaskan oleh para remaja ke teman-temannya dan sebagainya. Bagaimana ini, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Di Amerika, bahayanya sudah lebih dan lebih lagi yaitu sekarang anak-anak remaja gemar mengirimkan gambar-gambar bugil mereka sendiri yang sedang melakukan adegan-adegan seksal dan direkam di dalam telepon mereka dan disebarkan.
Karena mereka itu tidak merasa malu dan mereka tidak merasa berkeberatan padahalnya gambar-gambar itu nantinya akan dikonsumsi oleh siapa saja yang mereka tidak ketahui, tapi dalam pemikiran mereka itu tidak apa-apa. Sehingga di sana sedang digodok sebuah undang-undang untuk menjatuhkan sangsi kriminal kepada orang-orang yang baik menyebarkan atau orang yang memotret dirinya untuk gambar-gambarnya disebarkan, itulah yang nantinya akan dijadikan bagian dalam undang-undang pornografi. Jadi memang begitu banyak yang terjadi, yang dilakukan oleh remaja-remaja ini dan sudah selayaknyalah orang tua mengetahui bahayanya dan mulai memberikan pimpinan atau panduan kepada anak-anak kita.
GS : Mungkin yang perlu diketahui adalah seberapa besar bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi ini ?
PG : Sangat-sangat besar, Pak Gunawan. Untuk diskusi pada saat ini saya akan bagikan sekurangnya 3 bahaya yang besar itu. Yang pertama adalah pornografi bersifat mencandu, jadi pornografi bukalah sesuatu yang bersifat netral sehingga setelah kita gunakan, kita konsumsi maka tidak ada efeknya pada diri kita.
Itu adalah suatu pandangan yang naïf. Kalau ada orang yang berkata, "Tidak apa-apa saya melihat itu, setelah itu tidak bereaksi apa-apa." Itu adalah penyangkalan, sebab pada dasarnya pengkonsumsian pornografi akan menimbulkan bekas. Jadi seperti mobil yang lewat di tanah atau di semen yang basah maka pastilah akan menimbulkan bekas atau jejak. Demikianlah pornografi sekali melintasi otak kita maka akan menimbulkan jejak. Mencandu dalam diri penggunanya karena sekurang-kurangnya ada dua alasan, Pak Gunawan. Dan alasan ini memang sangat berkaitan dengan para remaja putra sebagai pengguna utamanya. Ada sekurangnya dua alasan kenapa bisa mencandu begitu kuat pada diri remaja putra, yang pertama di usia remaja inilah mereka mulai mengalami gejolak seksual. Perlu orang tua sadari bahwa gejolak seksual pada diri remaja terutama remaja putra adalah sesuatu yang baru, pengalaman yang baru. Sebelumnya belum pernah dirasakan oleh anak 6-7 tahun karena tidak mengalami gejolak seksual, tapi anak umur 16 tahun akan mengalami gejolak seksual. Ini adalah sebuah pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah dialami, semua pengalaman baru cenderung mengundang orang untuk mengulangnya menimbulkan rasa ingin tahu. Itulah sebabnya bagi para remaja putra karena ini adalah pengalaman baru maka mereka ingin sekali tahu, ingin sekali merasakannya dan tidak cukup tahu sedikit, tapi mau lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi. Kedua, kenapa mencandu, karena gejolak seksual pada diri remaja terutama pada remaja putra berada pada puncak-puncaknya, mulai dari usia 12, 13 tahun sampai usia awal pemuda sekitar 25 atau 27, disitu gejolak seksual sangat kuat. Setelah usia 30an sedikit demi sedikit mulai ada penurunan. Jadi benar-benar di usia remaja itulah si remaja putra itu harus menghadapi gejolak seksual yang sangat kuat karena yang pertama rasa ingin tahu yang kuat sekali dan yang kedua secara hormonal pada puncaknya kekuatan itu dinyatakan. Maka waktu dia mengkonsumsi pornografi, ibaratnya seperti memberikan daging kepada singa yang lapar, dilahap dan dilahap dan terus-menerus ingin diberikan daging yang sama. Jadi si remaja putra ini akhirnya sekali melihat, sekali mengkonsumsinya dia tidak bisa lagi melepaskan, terus-menerus di dorong oleh rasa ingin tahu dan didorong oleh rasa ingin dipuaskan, maka sangatlah mencandu.
GS : Padahal kalau itu dilihat oleh seorang anak yang masih anak-anak, reaksinya tidak seperti itu, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali karena memang pada masa anak-anak kecil belum ada persiapan, baik itu peralatan dalam tubuhnya atau hormon-hormon seksual yang bisa memberikan tanggapan terhadap gambar-gambarpornografi tersebut.
Pada masa remaja hormon-hormon tersebut dalam tubuh remaja sudah ada, makanya begitu dia mengkonsumsinya sekali, maka kebanyakan dia langsung terikat memiliki keinginan mau lagi dan mau lagi.
GS : Apakah mereka melihat gambar yang sama itu berulang-ulang, atau dia mencari objek yang baru ?
PG : Biasanya akan mencari objek yang baru karena setelah melihat satu atau dua, rasanya dia belum cukup. Jadi mesti melihat lagi dan melihat yang lain lagi, mau lagi mengalami yang lain lagi dn terus seperti itu.
Karena memang kepuasan seksual apalagi lewat pornografi bukanlah sebuah kepuasan yang terminal, tapi sebuah kepuasan yang transisional yaitu ingin mendapatkan yang lainnya. Jadi seperti orang yang ketagihan narkoba dan seperti itulah orang yang ketagihan pornografi.
GS : Tapi itu bukan hanya lewat gambar, tapi juga lewat pembicaraan jadi cerita-cerita yang menjurus ke situ dan itu pun akan membangkitkan gairah anak remaja putra ini.
PG : Betul. Jadi seperti di negara Barat, ada yang namanya "phone service", yang melayani adalah para wanita dan bebas untuk ditelepon, tapi pengguna telepon itu harus membayar biaya yang mahaldan di situ akan dibicarakan hal-hal yang bersifat seksual sehingga orang yang menelepon itu pada akhirnya akan mendapatkan kepuasan seksual pula.
Akhirnya makin hari makin begitu banyak alat atau orang yang memanfaatkan seks untuk menjualnya kepada para remaja putra.
GS : Mungkin ada bahaya yang lain selain dari yang pertama yaitu bersifat mencandu itu tadi ?
PG : Yang kedua adalah pornografi bersifat mencemarkan. Sekali kita terbelenggu pornografi maka pikiran kita akan terus terkontaminasi, dalam hubungan dengan lawan jenis, remaja putra pada akhinya akan terus mengasosiasikan hubungan lawan jenis dengan seks.
Jadi begitu dia bergaul dengan remaja-remaja putri yang akan terbersit di benaknya adalah seks. Melihat teman, melihat perempuan maka akan terbersit seks. Karena didalam penyimpanan memorinya sudah penuh data-data seks itu, jadi akhirnya gambar seksual dari pornografi akan terus menampakkan diri dalam benak sehingga pada akhirnya remaja putra akan mengalami kesulitan menjalin relasi yang bersih. Pada akhirnya wanita pun direduksi menjadi objek pemuas gairah seksual belaka, sehingga nilai kemanusiaan wanita sebagai ciptaan Tuhan hilang. Maka Tuhan Yesus sendiri mengingatkan bahwa perzinahan tidak terbatas pada tindakan konkret berhubungan seksual tapi juga pemuasan nafsu lewat pemikiran atau khayalan. Firman Tuhan di Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."
GS : Ini biasanya ditanggapi sebagai hal yang biasa. Jadi remaja itu tidak menyadari bahwa dirinya sudah tercemar karena melihat gambar-gambar porno ini. Dia memikirkan gambar ini terus-menerus, tapi dia tidak merasa bahwa itu adalah sesuatu yang salah atau sesuatu yang bisa mencemarkan kehidupannya, Pak Paul.
PG : Karena apa ? Karena anak-anak remaja ini tidak lagi sensitif terhadap hal ini sehingga menganggap hal itu biasa. Saya kira memang ada strategi dari iblis untuk menghancurkan anak-anak remaa kita lewat pornografi ini.
Salah satunya adalah dengan ajaran-ajaran yang menekankan bahwa ini adalah hal yang normal dan semua orang juga memikirkannya, apa salahnya membayangkan, apa salahnya selalu mengingat-ingat seks, masalahnya adalah karena kita manusia diciptakan Tuhan bukan untuk melakukan atau memikirkan dan membayangkan seks terus-menerus apalagi gambar-gambar itu adalah gambar-gambar manusia, orang-orang yang memang digunakan untuk pengeksploitasian. Jadi ini mesti disadari bahwa ini adalah sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Tuhan, manusia tidak diciptakan untuk menjadi seperti hewan yang kalau bertemu hewan lainnya, misalkan anjing ketemu anjing kemudian langsung bisa berhubungan. Kita manusia diciptakan bukan untuk itu, kalau si anak akhirnya memiliki sikap bahwa ini tidak apa-apa maka kemungkinan besar adalah dia menyangkal, supaya dia bisa tetap mengkonsumsinya.
GS : Tetapi sebagai remaja putra, sebetulnya dia bisa menghargai lawan jenisnya secara naluriah, karena ada rasa menghargai lawan jenis dan kenapa bisa seperti itu ?
PG : Sekali lagi karena adanya pengaruh dari teman-teman yang mengatakan bahwa itu biasa apalagi kalau ada orang yang berkata, "Banyak orang yang melakukannya," sehingga karena terlalu banyak oang yang melakukannya seolah-olah itu menjadi sesuatu yang benar.
Pada kenyataannya meskipun dilakukan oleh banyak orang, namun hal yang salah tetaplah salah. Sebab sekali lagi, mustahil Tuhan menginginkan itulah yang ada di benak kita terus-menerus. Kalau kita misalkan memutarkan posisi, supaya anak remaja bisa mengerti misalkan kita bisa bertanya lalu dia berkata, "Ini tidak apa-apa ini," misalkan kita bertanya, "Bayangkan seandainya kamu itu bisa melihat dan membaca pikiran orang, misalkan kamu mempunyai kemampuan bisa membaca atau mengerti pikiran orang. Bayangkan kamu bertemu dengan seseorang pria yang sedang memandangi mamamu dan yang ada di benaknya adalah semua keinginan atau gairah-gairah seksual yang ditujukan kepada ibumu sendiri." Bagaimana perasaannya ? Apakah kamu akan terima hal itu sebagai hal yang normal ? Sebagai hal yang tidak apa-apa, bukankah kamu akan marah. Bukankah kamu akan berkata, "Ini tidak benar, kenapa kamu memandang ibu saya dengan gairah nafsu seperti itu ?" Kalau kita mengajak remaja putra berdialog seperti ini mungkin ini akan menyadarkannya bahwa yang dilakukan itu tidak benar atau kita gunakan contoh misalkan kakaknya yang perempuan atau adiknya yang perempuan, jadi orang-orang yang memang dia kasihi dan itu adalah hal yang tidak benar dan dari situ baru kita bisa bawa ke argumen bahwa karena kita adalah anak Tuhan, kakak kita yang perempuan adalah anak Tuhan, ibu kita adalah anak Tuhan. Apakah Tuhan akan senang kalau anak-Nya dipandangi oleh laki-laki seperti itu, pastilah tidak senang sebab ini adalah anak-anak Tuhan. Jadi kalau kita tidak mau hal itu terjadi pada ibu kita, maka jangan lakukan itu kepada wanita lain pula dan selalu ingatkan bahwa Tuhan memang memandang hal ini.
GS : Tapi dalam pemahaman para remaja ini, Pak Paul, mereka itu yang mempertontonkan tubuhnya dan sebagainya, memang sudah dibayar dan itulah profesi mereka, sehingga mereka tidak merasa bersalah untuk menikmati itu semua karena pelakunya itu dibayar.
PG : Memang pelaku-pelakunya adalah dibayar tapi waktu kita melakukannya, melihatnya, efeknya adalah kita mencemarkan diri kita, kita tahu bahwa pikiran kita itu tidak lagi bisa bersih. Inilah ang menjadikan pornografi itu di dalam diri kita sebagai sebuah dosa karena efeknya benar-benar mencemarkan.
Sehingga nanti mulai dari pemikiran-pemikiran itu maka tidak jarang akhirnya anak-anak remaja putra ini mulai bereksperimen dengan tindakan-tindakan seksual yang konkret.
GS : Berarti pencemaran itu terus mengakibatkan dosa-dosa yang lain di dalam diri anak itu, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan, dan ini membawa kita kepada bahaya yang ketiga yang memang sangat berat yaitu pornografi merupakan jembatan kepada dosa lainnya. Ada remaja yang tenggelam di dalm dosa seksual akibat pornografi tapi ada pula yang meningkatkan kadar dosanya dengan melakukan dosa lainnya seperti berzinah secara langsung.
Jadi cukup banyak yang seperti itu, menonton, mengkonsumsi pornografi kemudian naik tingkat melakukannya baik itu ke pelacuran, baik itu dengan sesama teman dan sebagainya. Dengan kata lain, pornografi menjadi sebuah jembatan untuk kita melakukan dosa-dosa lain yang lebih berat. Ada juga yang terjebak di dalam dosa kebohongan, karena ingin menutupi kebiasaan pornografi jadi akhirnya dia mulai berbohong. Berbohong mula-mula memang soal pornografi tapi lama-lama karena terlalu banyak berbohong maka lama kelamaan mulailah berbohong untuk hal-hal lain pula. Ada pula yang menghamburkan uang untuk membiayai kebiasaan ini akhirnya jatuh ke dalam dosa pencurian uang, mencuri uang orangtua untuk mengkonsumsi pornografi ini. Semua ini adalah dosa yang serius, namun mungkin dosa terberat yang akhirnya sering ditanggung oleh pengguna pornografi di masa muda adalah kebergantungan pada pornografi hingga di usia dewasa. Jadi berapa banyak anak-anak yang sewaktu remaja menggunakan pornografi akan terus terikat oleh dosa seksual sampai di usia tua, bukan hanya di usia 30an tapi sampai usia 65an terus dikuasai. Jadi akhirnya kita melihat dosa yang ditimbulkan oleh pornografi, bisa mengikat manusia mulai di usia 15an dan mungkin sampai usia 65an. Jadi sekitar 50 tahunan dia akan terus dikuasai oleh dosa ini.
GS : Jadi selama dia memiliki gairah seksual maka itu akan tetap menghantui dia, Pak Paul ?
PG : Betul sekali dan kesulitan dia selalu menjaga kesuciaannya, menjaga pikirannya jangan sampai tercemar, menjaga batasnya. Godaan-godaan seperti itu akan terus menghantui dirinya apalagi kalu dia tidak kuat-kuat dan akhirnya dia benar-benar jatuh terlibat di dalam perselingkuhan.
Jadi sekali lagi kita melihat dosa pornografi menjadi jembatan melakukan dosa-dosa lainnya yang lebih berat.
GS : Menurut pengamatan Pak Paul, para remaja putra ini kalau menyaksikan suatu pornografi itu, dia melakukan sendirian atau bersama-sama dengan teman-temannya ?
PG : Pada awalnya karena ditunjukkan teman maka akan melihatnya bersama-sama dengan teman, namun sekali mereka bisa mendapatkannya sendiri maka semuanya tinggal ditransfer ke dalam komputer merka atau di dalam HP mereka.
Jadi akhirnya mereka mengkonsumsinya sendiri di dalam 'privacy' kamar mereka dan inilah yang akhirnya tidak diketahui oleh orang tua mereka padahal ini yang mereka lakukan.
GS : Pak Paul, masalah-masalah apa yang biasanya timbul karena orang pada masa remajanya mengkonsumsi pornografi ?
PG : Ada banyak Pak Gunawan, saya bisa memberikan beberapa contoh misalnya berapa banyak pemuda atau pemudi yang harus menikah lebih dini karena kehamilan di luar nikah dan bukankah cukup banya di antara mereka adalah pengguna pornografi.
Jadi anak-anak remaja yang terlibat dalam hubungan seksual seringkali mengawali perbuatan itu lewat pornografi dulu, nonton, lihat gambar dan sebagainya akhirnya berbuat karena waktu mereka punya pacar mereka tidak bisa lagi mengendalikan diri, sudah begitu kuat dorongannya dan sekarang tersedia orangnya maka akhirnya lebih mudah jatuh ke dalam dosa pornografi, dosa seksual. Akhirnya ada yang hamil dan akhirnya harus ada yang aborsi dan akhirnya harus ada yang menikah lebih dini. Misalkan lagi yang lainnya berapa banyak orang yang terlibat di dalam tindak kriminal perkosaan yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi pornografi juga. Saya masih ingat tahun 1980an di Amerika Serikat ada seorang pembunuh serial bernama Ted Bandy, dia membunuh, memperkosa dan akhirnya sebelum dia dijatuhi hukuman mati dia memberikan kesempatan kepada Dr. James Dobson untuk mewawancarainya di penjara dan dengan terbuka dia bercerita, dia mengadakan pengakuan bahwa sejak remaja dia pengkonsumsi pornografi kelas berat, akhirnya tidak bisa menguasai diri dan akhirnya membunuh orang, memperkosanya, membunuh orang, memperkosanya. Jadi sekali lagi bisa menjadi jembatan ke tindak kriminal. Atau berapa banyak rumah tangga yang hancur akibat pornografi yang dimulai sejak usia remaja, berapa banyak istri yang menangis karena malam-malam melihat suaminya menonton materi-materi pornografi. Istri yang merasa dirinya tidak ada harganya, tidak bisa menjadi idaman suaminya dan merasa benar-benar seperti barang rongsokan, tidak diperhatikan oleh suami karena maunya suaminya hanya itu saja, dan waktu berhubungan dengan si istri, si istri juga tahu bahwa yang ada di benak si suami bukanlah dirinya, yang diinginkan itu benar-benar bukanlah dirinya tapi gambar-gambar itu. Berapa banyak rumah tangga yang rusak dan sudah tentu kalau si istri melihat suami seperti itu maka respek terhadap si suami pun menurun belum lagi ini menjadi contoh buruk bagi anak-anak. Berapa banyak anak-anak yang menemukan gambar-gambar porno di HP ayahnya, di komputer ayahnya. Jadi benar-benar itu memberikan contoh yang buruk kepada anak-anak dan berapa banyak perselingkuhan yang dilakukan oleh orang yang semasa remaja terikat pornografi. Singkat kata, pornografi membuka pintu dosa yang lebih besar.
GS : Itu termasuk juga terjadinya pengguguran kandungan dan sebenarnya resikonya tinggi sekali.
GS : Walaupun tidak langsung berkaitan dengan yang remaja putra, tapi itu memberikan dampak yang negatif kepada orang lain.
PG : Betul sekali. Jadi memang terlalu lebar dan luas dampak buruk dari pornografi.
GS : Dan biasanya orang-orang yang sudah kecanduan pornografi ini kemudian prestasi kerjanya ataupun prestasi di sekolah itu akan menurun.
PG : Betul. Akan terpengaruh karena memang mencandu mereka.
GS : Jadi masih ada hal-hal negatif yang lain yang harus diperhatikan, dan ini memang bukan sesuatu yang mudah untuk diberantas karena tadi Pak Paul katakan, penyebarannya begitu mudah dan bisa terlindungi. Tapi orang lain tidak mengerti bahwa kita itu seorang pecandu pornografi, kadang-kadang seperti itu, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Maka dalam sesi berikut kita akan bicarakan cara penangkalannya dan penangkalannya itu tidak bisa sepenuhnya pada pembatasan alat-alat teknologi itu, sebab sudah sangat susahsekali untuk dicegah.
Maka penangkalan nanti harus dimulai dari dalam dan bukan dari luar.
GS : Pak Paul, kita akan mengakhiri perbincangan ini. Mungkin ada Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : 1 Korintus 6:13 berkata, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh." Dan tubuh kita, pikiran kita diciptakan Tuhan bukan untuk percabulan, bukanuntuk diisi dengan materi-materi pornografi, melainkan untuk Tuhan sebab memang Tuhanlah yang menciptakan dan Dia ingin sekali diam dan tumbuh di dalam pikiran kita.
GS : Ini sebenarnya berbicara tentang kesucian ?
GS : Termasuk remaja putra juga perlu menjaga kesuciannya di hadapan Tuhan.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Putra dan Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.