Makna Tunduk Istri Kepada Suami

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T152A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Di dalam materi ini kita akan mengerti satu hal kenapa Tuhan memilih seorang pria menjadi kepala dan menghendaki istri tunduk kepadanya dan sejauh manakah istri itu harus tunduk kepada suami?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

"Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."Efesus 5:22-23

Latar belakang

Di sini Tuhan memberikan pedoman hidup bersama menurut cara Allah. Jika kita menaatinya, kita akan menikmati relasi yang rukun, sebaliknya, bila kita melanggarnya, kita akan mencicipi relasi yang penuh konflik.

Beberapa pertanyaan yang muncul tatkala membaca ayat ini adalah:

  1. Mengapakah Tuhan secara spesifik menetapkan suami sebagai kepala sehingga istri harus tunduk kepadanya?

  2. Apakah artinya "tunduk" di sini? Sejauh manakah kita akan tunduk kepada suami?

Kepemimpinan Suami

  1. Keluarga adalah sebuah unit organisasi dan semua organisasi harus memiliki pimpinannya. Tanpa kepemimpinan, organisasi akan mengalami kekacauan.

  2. Penunjukan pria sebagai pemimpin berkaitan erat dengan konsep Kristus sebagai kepala jemaat. Kristus, yang adalah Allah, mengambil identitas pria sebagai jasad ragawinya dan tidaklah masuk akal jika Tuhan menetapkan istri sebagai kepala rumah tangga dan menyamakannya dengan Kristus, kepala jemaat. Dalam hal ini, jauh lebih konsisten bila suami yang diidentikkan dengan Kristus.

  3. Kepemimpinan menuntut adanya kuasa dan kuasa seorang suami Kristen adalah kuasa yang lahir dari pengorbanan, bukan pemaksaan.

Ketundukan Istri

  1. Tunduk adalah syarat keanggotaan dalam suatu organisasi atau ikatan. Tanpa ketundukan, mustahil tercipta kerukunan.

  2. Tunduk adalah pedoman yang Tuhan berikan kepada istri agar dapat melanggengkan hidup bersama, bukan perintah yang Tuhan sampaikan kepada wanita karena seolah-olah ini adalah masalah atau kelemahan wanita. Tanpa kecuali, kita semua sulit untuk tunduk.

  3. Tunduk dibatasi oleh Tuhan sendiri, dalam pengertian, istri tidak boleh melanggar kehendak Tuhan gara-gara ingin tunduk kepada suami. Namun, berhati-hatilah untuk melabelkan segala sesuatunya, "kehendak Tuhan." Bahkan kepada suami yang "tidak taat kepada Firman," Tuhan memerintahkan istri untuk "tunduk" (1 Petrus 3:1).

  4. Tunduk tidak berarti tidak berpendapat atau kehilangan keunikan diri; ingat, pernikahan adalah sebuah penyatuan bukan akuisisi. Dengan kata lain, sebagai penolong, istri boleh dan seharusnyalah menyumbangkan saran dan pendapat namun setelah itu, ia menyerahkan keputusan akhir kepada suami.

  5. Tunduk bukan saja pada keputusan yang tepat tetapi juga pada keputusan yang keliru. Di sinilah ketundukan mendapatkan ujiannya dan di sinilah iman berperan-bahwa masih ada Tuhan yang memelihara kehidupan kita kendati suami telah mengambil keputusan yang keliru.