Yonatan Potret Pria Bijak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T077B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Yonatan mewakili karakteristik seorang pria yang bijak. Seorang pria yang bijak adalah dia bersahabat hanya dengan sesama pria, dia adalah seorang yang membela kebenaran dan dia juga adalah seorang yang lepas dari ambisi pribadi dan dia juga adalah seorang yang setia.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada 4 karakter yang bisa kita pelajari dari kehidupan Yonatan sebagai pria bijak yaitu:

  1. 1Samuel 18:1, "Ketika Daud habis berbicara dengan Saul berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud dan Yonatan mengasihi dia seperi jiwanya sendiri." Yonatan adalah sahabat Daud, jadi karakteristik pertama seorang pria bijak adalah dia bersahabat dengan sesama pria. Apalagi kita yang sudah beristri, penting sekali menjunjung tinggi prinsip ini, boleh berteman dengan wanita tapi jangan dekat. Bertemanlah dekat hanya dengan sesama pria.

  2. 1Samuel 16:4,5, "Lalu Yonatan mengatakan tentang yang baik kepada Saul ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa pada hambanya sebab dia tidak berbuat dosa terhadapmu. Bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu, ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu dan Tuhan telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel, engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan." Karakter kedua Yonatan membela yang benar meskipun dalam hal ini dia harus melawan ayahnya sendiri. Dengan kata lain kita sebagai pria Kristen, sebagai suami Kristen kita dipanggil Tuhan untuk berdiri di atas kebenaran.

  3. 1Samuel 20:30,31, "Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan katanya kepadanya: "Anak sundal yang kurang ajar, bukankah aku tahu bahwa engkau telah memilih anak Isai dan itu noda bagiku kau sendiri dan bagi perut ibumu. Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati." Ciri ketiga atau karakteristik ketiga dari Yonatan adalah dia orang yang lepas dari ambisi pribadi. Bagi dia yang penting dia tahu Tuhan kehendaki apa dalam hidupnya, dia tahu Daud adalah orang yang Tuhan sudah urapi dan begitu dia tahu Daud adalah orang yang Tuhan urapi, dia tidak perlu lagi memperdebatkan hal itu untuk mempertanyakan keabsahan pengurapan Tuhan. Sebagai pria Kristen kita harus belajar dari Yonatan, terimalah yang Tuhan berikan, ini porsi kita, ya sudah terima, jangan kita tidak terima dan mau memperbesar-besar diri. Banyak pria yang akhirnya terjerumus dalam dosa penipuan dsb, gara-gara ingin besar terlalu cepat dan tidak menerima porsi yang Tuhan tetapkan baginya.

  4. 1Samuel 31:1,2, "Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel, orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa. Orang Filistin terus mengejar Saul." Ciri terakhir atau karakteristik terakhir yang kita bisa petik dari kehidupan Yonatan adalah dia seorang yang setia, meskipun ayahnya mempunyai banyak kelemahan tapi waktu ayahnya berperang membela orang Israel, Yonatan berada di samping ayahnya. Kesetiaan merupakan sebuah pilihan tidak muncul dengan mendadak dan tidak kita rasakan secara perasaan. Kesetiaan adalah sebuah komitmen, sebuah tekad. Dr. James Dobson dia pernah berkata: "Saya tidak akan berzinah, memang saya tidak bisa memastikan masa depan saya, tapi saya sudah membuat tekad itu, saya tidak akan dan tidak mau mengkhianati istri saya."
    Nah saya kira itu harus menjadi tekad kita semua sebagai seorang pria dan suami Kristen, untuk bisa setia yaitu:

    1. Mempunyai tekad bahwa tidak ada kosa-kata berkhianat, tidak ada istilahnya berhubungan dengan wanita lain, tekad itu harus kita jaga.

    2. Untuk bisa setia orang harus bijaksana, caranya adalah seperti yang diungkapkan di atas bersahabat dengan sesama jenis, jangan bersahabat dengan lawan jenis. Atau kita nggak menempatkan diri kita di situasi di mana akhirnya kita mudah jatuh ke dalam pencobaan.