Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Gunawan Santoso, dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Mendapatkan Makna Hidup". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kalau kita berbicara tentang makna hidup, pengertiannya seperti apa Pak Paul?
PG : Hidup itu memiliki tujuannya, hidup itu bukanlah hanya sebuah proses biologis dan jasmaniah, tapi juga memunyai sebuah tujuan tertentu yang ditetapkan atau yang diberikan oleh Pencipta kita.
GS : Itu memang setiap manusia perlu punya atau ada yang tidak punya tidak apa-apa, atau bagaimana, Pak Paul ?
PG : Saya kira kalau kita sampai tidak memunyai itu maka kita akan mengalami bukan saja kebingungan tapi juga kekosongan dalam hidup. Jadi saya kira seyogyanya manusia memunyai makna hidup, bukan saja manusia memunyai tapi sebetulnya menerima apa yang sudah diberikan oleh Tuhan Pencipta kita.
GS : Iya. Lalu bagaimana kita itu bisa mendapatkan makna hidup itu, Pak Paul ?
PG : Memang ada yang sering kita tanyakan berkaitan dengan makna hidup ini yaitu apakah makna hidup mesti dicari sebelum kita temukan ataukah makna hidup adalah sesuatu yang diberikan kepada kita. Coba kita bahas hal ini. Apakah makna hidup mesti dicari sebelum ditemukan ataukah makna hidup diberikan pada kita? Jawabannya adalah keduanya. Makna hidup diberikan dan dicari. Makna hidup diberikan oleh Pencipta kehidupan yaitu Tuhan Allah sendiri sesuai dengan tujuan mengapa Ia menciptakan manusia dan menempatkannya di dunia. Saya kira ini masuk akal, sebab hanya Pencipta yang tahu mengapa atau apakah tujuannya ia menciptakan sesuatu. Untuk mengetahui makna hidup kita harus kembali kepada firman Tuhan, Sang Pencipta. Mazmur 8:4-6 menjelaskan "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan; apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." Dari firman Tuhan ini kita dapat ketahui bahwa Tuhan menciptakan dan menempatkan kita di dunia untuk membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Jadi inilah tujuan hidup yang diberikan kepada kita oleh Tuhan Allah Sang Pencipta. Kita ada di dunia bukan untuk kita, melainkan untuk Tuhan; yakni membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Berdasarkan pemahaman ini kita dapat berkata, apapun yang kita lakukan pilihan apapun yang kita ambil semua harus membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan.
GS : Iya. Pak Paul, di tengah-tengah beratnya kehidupan ini orang sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan keluarganya apakah ada orang yang tidak memikirkan hal itu ?
PG : Ada, Pak Gunawan. Kadang-kadang kesibukan hidup ini menyita perhatian kita sehingga kita tidak begitu memerhatikan, mengapa kita ada di dunia ini, untuk apa. Kalau kita pikirkan seharusnya memang kita akan mencoba menemukan jawabannya, sebab untuk apakah kita ada di dunia, apakah hanya untuk bekerja? Ada orang yang bisa menikmati hidup ini, tapi ada juga orang yang hidupnya itu susah. Masakan dia berkata, "Oh saya ada di dunia ini tidak ada tujuan dan hanya untuk hidup susah". Apakah hanya itu ? Jadi seyogyanya memang kita bertanya, untuk apakah saya ada di dunia ini. Sehingga itu yang nanti menjadi pedoman atau kompas untuk kita hidup.
GS : Tapi seringkali rutinitas kehidupan ini membuat kita "Ya sudah pokoknya dijalani saja, tidak perlu berpikir yang ‘tinggi-tinggi’ seperti itu", Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Tapi kalau kita memunyai bingkainya, Pak Gunawan, maka apapun yang kita kerjakan itu justru menjadi bermakna. Waktu kita bekerja kita melakukannya dengan baik-baik, kita melayani orang kita memerlakukan sesama dengan baik. Sebetulnya waktu kita melakukan semua itu dan kita taruh dalam bingkai, "Kita disini, di dunia ini adalah untuk membawa kehormatan dan memantulkan kemuliaan Tuhan", baru kita mengerti. "Saya mengerjakan semua ini sebaik-baiknya dan menjadi berkat bagi semua orang supaya saya bisa membawa hormat dan memantulkan kemualiaan Tuhan". Sewaktu saya menjadi seorang suami yang setia, sebagai bapak yang mengasihi anak-anak dan juga ibu yang mengasihi anak-anak dan suami, nah kita melakukan semua itu dalam bingkai bahwa kita membawa kehormatan dan juga memantulkan kemuliaan Allah. Sehingga waktu orang melihat apa yang kita lakukan mereka akan berkata, "Oh begitu, inilah yang sebetulnya dimaksud oleh Tuhan". Kita ada di dunia untuk memantulkan kemuliaan Tuhan.
GS : Iya. Tapi tidak semua orang tahu hal itu, Pak Paul. Biasanya kalau ditanya tujuan hidup kamu apa sebenarnya, selalu menjawab pokoknya dijalani saja selama saya bisa mencukupi keluarga saya itu sudah cukup.
PG : Iya. Jika memang seperti itu saja hidup ini seperti roda yang berputar tanpa ada tujuan. Tapi kalau kita tahu tujuan hidup kita, kita adalah roda yang berputar menuju ke arah tertentu. Kita tidak hanya ada di dunia, tapi kita memang sedang dipandu oleh Tuhan menuju ke sebuah titik yang Dia kehendaki.
GS : Kalau Pak Paul katakan salah satu tujuan ini adalah untuk memantulkan kemuliaan Tuhan, itu bagaimana Pak Paul ?
PG : Jadi artinya waktu nanti orang bertemu dengan kita, bergaul dengan kita maka apa yang dilihatnya pada diri kita akan mengingatkan mereka tentang Tuhan. Sewaktu orang melihat kita ini baik, maka orang akan ingat Tuhan. Jadi tanpa kita sadari tanpa kita sengaja-sengaja waktu kita berbuat baik, Tuhan itu sudah dimuliakan dalam kehidupan kita. Saya pribadi memang memunyai pengalaman tentang hal ini, Pak Gunawan. Pada waktu lulus SMA saya ini bingung, tidak tahu bidang studi apa yang mesti saya pilih. Kebingungan ini menimbulkan kecemasan meniti masa depan. Suatu hari dalam sebuah kelompok pemahaman Alkitab saya belajar bahwa pada akhirnya tujuan hidup saya adalah membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Nah, saya teringat betapa melegakannya pemahaman itu. Tiba-tiba semua kecemasan sirna. Saya berpikir tidak jadi soal saya akan menjadi apa kelak, misalnya saya juga bisa jadi tukang bersih rumah atau apa saja. Yang terpenting adalah saya memenuhi tujuan hidup saya yang diberikan Tuhan yakni memuliakan Dia lewat apapun yang saya lakukan. Jadi kita boleh memunyai pekerjaan yang berbeda-beda, baik sebagai direktur perusahaan atau tukang sapu jalanan, tetapi tujuan hidup kita satu yaitu membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Jadi waktu saya tahu, "Oh inilah tujuan hidup saya", saya tenang, Pak Gunawan. Saya tidak terpikir lagi nanti mau menjadi apa, seperti apa. Yang penting saya mengerti apapun yang saya lakukan saya mau melakukan itu sebagai penghormatan saya kepada Tuhan dan supaya Tuhan dihormati. Sudah, saya tidak khawatir memikirkan masa depan dan hidup saya menjadi sangat penuh dengan damai.
GS : Iya, tetapi pencerahan itu datang ketika Pak Paul mengikuti kelompok pemahaman Alkitab artinya kita belajar dari firman Tuhan. Nah, untuk itu Pak Paul, banyak orang yang memang tidak menyempatkan diri untuk mau belajar dari kebenaran firman Tuhan sehingga dia pikir, "Sudah kehidupan ini dijalani begitu saja", Pak Paul.
PG : Betul. Saya mengerti, banyak orang yang berkata seperti itu. Saya pernah berbicara dengan seseorang, dia memang tidak memiliki keyakinan tentang Tuhan atau apa. Lalu saya tanya dia, "Apakah tujuan hidup bapak ?" dan dia berkata, "Saya hanya membesarkan anak-anak sampai ‘jadi’, ya sudah begitu saja". Tapi kalau kita pikir-pikir masakah hanya begitu saja? Apakah Tuhan menempatkan kita di dunia ini hanya untuk nanti bekerja, punya anak dan mati. Rasanya buat apa hanya begitu saja? Jadi kita mesti memang menggali lebih dalam lagi dan kita akan menemukan bahwa ternyata tidak sampai hanya itu, ada yang lain.
GS : Iya. Karena seperti itu tadi, Pak Paul bingung dalam menentukan jurusan sekolah. Nah, biasanya justru peran orang tua disitu besar sekali. Orang tua yang mengarahkan anaknya masuk ke jurusan mana, begitu Pak Paul.
PG : Betul. Apapun nanti yang kita harus cari, jurusan apa, apapun yang orang tua inginkan kita juga mesti mencoba untuk sesuaikan. Tapi yang penting kita tahu ini hanyalah kendaraan, ini bukanlah tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita bukan untuk menjadi pekerja, bukan untuk mencari uang, bukan untuk menduduki jabatan. Tidak. Tapi untuk menghormati Tuhan dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Jadi apapun yang kita lakukan itu hanyalah kendaraan.
GS : Iya. Seperti tadi Pak Paul katakan, Pak Paul tidak lagi peduli apakah mau jadi tukang bersih rumah atau jadi pengusaha tidak peduli. Tapi banyak orang lebih memilih menjadi pengusaha kalau bisa, daripada tukang bersih rumah.
PG : Betul. Memang tidak semua orang berkesempatan untuk menjadi pengusaha, jadi apapun yang memang tersedia kesempatan apapun yang Tuhan berikan kita terima. Sebab pada akhirnya kita dinilai Tuhan bukan atas dasar pekerjaan itu sendiri. Tapi atas dasar seperti apakah kita melakukannya dan untuk siapakah kita melakukannya. Itu yang nanti akan Tuhan nilai. Tapi saya juga mau tekankan sisi yang satunya, Pak Gunawan. Tadi saya sudah berkata bahwa makna hidup itu diberikan oleh Tuhan. Jadi kita harus terima itu, yaitu membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Namun selain diberi makna hidup mesti dicari pula. Saya jelaskan ini. Jika makna hidup secara universal diberikan oleh Tuhan Allah Sang Pencipta, maka makna hidup secara pribadi mesti dicari dan ditemukan. Artinya bagaimanakah atau dengan cara apakah kita membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan, mesti dicari dan ditemukan. Tuhan mengaruniakan kepada kita kemampuan tertentu dan menempatkan masing-masing kita di tempat serta kondisi tertentu. Sebab cara atau bagaimana kita membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan juga tertentu alias spesifik. Tidak sama antara satu dan yang lain.
GS : Yaitu sejak kapan secara pribadi seseorang itu mesti mencari tujuan hidupnya, Pak Paul ?
PG : Saya kira pada waktunya usia remaja. Nah, tidak bisa tidak dia mulai memertanyakan untuk apakah saya ada di dunia ini. Di saat itulah dia mulai harus menggumulkannya. Jadi yang pertama saya tadi sudah singgung, menerima makna hidup yang Tuhan berikan kepada kita, membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Namun secara spesifiknya apa yang kita harus lakukan untuk membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan, ini yang mesti kita cari, kita temukan. Karena ini harus sesuai dengan siapa kita, dimanakah kita berada, kesempatan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Saya berikan contoh dari hidup saya, Pak Gunawan. Setelah tahu bahwa makna hidup adalah membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan, saya tidak lagi bingung. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih bidang studi psikologi sebab bidang itu saya sukai dan sanggup untuk saya ikuti. Dalam perjalanan menempuh perkuliahan saya pun makin diteguhkan bahwa itulah bidang yang akan saya geluti kelak. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan pada akhirnya, tapi saya yakin bahwa saya ingin membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan lewat bidang kesehatan mental. Ini menjadi makna hidup saya yang pribadi. Nah, mungkin orang lain tidak sama dengan saya. Seorang ibu rumah tangga misalnya. Apa yang bisa dia lakukan, dia bisa berkata, "Secara pribadi saya akan membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan lewat kehidupan saya; perawatan saya kepada anak-anak, pengabdian saya kepada suami saya". Nah, itu yang dijadikan cara atau kendaraan untuk menggenapi makna hidup yang Tuhan berikan.
GS : Iya. Karena kalau kita tahu sebenarnya sejak remaja seseorang itu perlu mengetahui atau mencari makna hidupnya, sebagai orang tua kita setidaknya bisa membantu dia dengan mengarahkan dia untuk masuk ke dalam pergumulan sendiri dengan Tuhan; sebenarnya apa yang Tuhan kehendaki atas hidupnya. Kalau tidak kita orang tua akan memaksakan apa yang kita mau.
PG : Saya setuju, Pak Gunawan. Jadi kita sebagai orang tua seyogyanya karena kita mengerti anak kita; kita bisa lihat apa yang menjadi minatnya, apa yang menjadi kebisaannya. Kita berikan tanggapan-tanggapan itu kepada dia sehingga dari kecil dia sudah mulai mendengarkan masukan dari kita. Jadi kira-kira apa yang bisa dia kerjakan nanti. Nanti dia mungkin sekali akan menemukan hal-hal yang lain. Kalau bisa kita berdiskusi sehingga akhirnya bisalah kita menemukan apa yang cocok buat anak kita. Mudah-mudahan agar kita juga menerimanya. Sehingga dia bisa sampai kepada tujuan itu.
GS : Karena walaupun sama-sama, katakan ada orang lain yang juga memilih bidang psikologi seperti yang Pak Paul lakukan itu, tetapi tujuan hidupnya masih bisa berbeda-beda, Pak Paul ?
PG : Betul. Makanya seharusnya menurut saya, berdasarkan apa yang saya pahami dari firman Tuhan, kita memunyai tujuan yang sama itu. Siapapun kita apapun tugas dan pekerjaan kita, apapun kondisi kita tujuannya sama yaitu membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan.
GS : Iya. Kalau dia tidak masuk ke dalam tujuan itu, bagaimana akibatnya, Pak Paul ?
PG : Saya kira orang yang memang tidak memiliki tujuan hidup itu, pada akhirnya ada kecenderungan hanya hidup untuk kepentingan sendiri atau hanya hidup untuk hal-hal yang lebih bersifat sementara. "Yang penting saya dapat uang, pendapatan ini, lalu saya merasa senang" atau apa. Jadi dengan kata lain, saya khawatir kalau kita tidak memiliki tujuan hidup yang Tuhan sudah berikan kepada kita, akhirnya hidup kita menjadi dangkal karena kita tidak benar-benar memahami mengapa Tuhan menempatkan kita di dunia ini.
GS : Tapi ada kemungkinan seseorang itu, jalan saja dulu dijalani kehidupannya, mungkin sudah sampai dia berkeluarga punya anak dan sebagainya. Baru pada titik itu dia menyadari bahwa tujuan hidupnya bukan hanya ini. ‘kan dia bisa tetap pada profesinya, misalnya sebagai dokter atau pegawai. Sekarang dia punya tujuan yaitu untuk mendatangkan hormat bagi Tuhan dan memantulkan kemuliaan Tuhan itu, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi ada orang yang untuk satu kurun tidak memikirkan apa tujuan hidupnya tapi di satu titik dia menyadari, "Oh, ini tujuan hidup saya sebagaimana yang Tuhan berikan pada saya" dan dia menerimanya. Mulai saat itulah hidupnya mulai bermakna, Pak Gunawan. Saya kira kita manusia selalu mencari makna. Karena kita memang berbeda dari binatang yang memang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir tentang makna hidup. Nah, kenapa kita memikirkan makna hidup sebagai manusia ? Sebab memang ada makna hidup itu, Pak Gunawan. Jadi kita bukannya mencari-cari, menciptakan sesuatu yang tadinya tidak ada. Tidak. Kenyataan kita memikirkan apa makna hidup, karena memang ada makna hidup. Makanya kita sebagai manusia terus mau mencari dan kita bisa melihat juga waktu kita sudah mendapatkannya, "Oh ini makna hidup saya. Secara universal membawa hormat bagi Tuhan, memantulkan kemuliaan Tuhan, secara pribadi secara personal saya memuliakan Dia lewat ini, lewat itu". Nah, hidup kita berubah. Hidup kita menjadi bermakna, kita tahu tujuannya sama. Bayangkan, Pak Gunawan, kalau kita hidup dalam dunia yang ideal dimana semua manusia hidup hanya untuk itu, benar-benar membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan, bayangkan tidak ada lagi yang namanya perampokan, pencurian, penjarahan semua itu tidak ada lagi. Kita tahu ini hanya akan terjadi nanti di sorga. Tapi sebetulnya itulah yang Tuhan kehendaki dari awalnya. Jadi kita mesti memang mulai memikirkan. Kalau kita belum memikirkannya. Tuhan tidak menyodorkan makna hidup yang pribadi kepada kita begitu saja. Kita mesti mencarinya lewat suatu proses. Jika sudah meminta Tuhan untuk memimpin, Dia pasti akan menunjukkannya kepada kita. Dia tidak akan membuat kita bingung dan bertanya-tanya, sebab Dia ingin kita tahu dengan cara apa kita dapat membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Terpenting adalah dalam proses pencarian kita, kita bisa melihat secara realistik bidang yang kita sukai dan mampu kita kerjakan. Jangan berpikir ‘muluk-muluk’, lihatlah dan terimalah apa adanya. Sesudah itu kita putuskan dan kita kerjakan.
GS : Jadi yang memang untuk mendapatkan tujuan hidup tadi atau memaknai hidup ini memang harus melewati suatu proses. Jadi prosesnya itu seperti apa, Pak Paul ?
PG : Memang kita kadang-kadang harus mencoba apakah ini sesuatu yang bisa kita kerjakan? Apakah ini sesuatu yang bisa kita nikmati ? Nah, kita memang perlahan- lahan mencarinya dan mendengar juga tanggapan-tanggapan dari orang. Sampai kita menemukannya dan kita berkata, "Oh, ini pas dengan saya. Ini yang akan saya geluti dan apapun yang saya kerjakan dalam bidang ini saya persembahkan ini untuk Tuhan". Namun saya juga mau tambahkan satu lagi, Pak Gunawan, kita ini tidak hanya membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan lewat pekerjaan kita. Kita juga harus melakukannya lewat karakter kita, Pak Gunawan; siapakah kita ini. Sebab karakter berperan besar dalam membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Itu sebab kita pun dapat menyimpulkan bahwa makna hidup yakni membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan digenapi lewat perubahan karakter. Kita bertumbuh menyerupai Tuhan kita Yesus. Nah, sebagaimana kita ketahui perubahan karakter hanya bisa terlaksana bila kita taat kepada perintah Tuhan. Jadi bisa kita simpulkan bahwa jalan menuju perubahan karakter dan makna hidup ialah lewat ketaatan kepada perintah Tuhan. Sewaktu kita tahu, kita hidup dalam ketaatan, kita pun tahu dengan pasti kita tengah hidup dalam kehendak Tuhan. Dan itu adalah makna atau tujuan hidup. Sewaktu orang diberkati lewat interaksi dengan kita karena karakter kita yang baik, dengan kebaikan kita, maka kita membawa hormat dan memantulkan kemuliaan Tuhan.
GS : Iya. Pembentukan karakter seseorang itu dipengaruhi oleh banyak hal, Pak Paul. Bisa juga dipengaruhi oleh latar belakang dia dan juga lingkungan dia dan sebagainya, Pak Paul. Ini sampai sejauh mana karakter itu bisa membantu kita menemukan makna hidup itu ?
PG : Memang pembentukan karakter biasanya terjadi lewat interaksi kita dengan sesama. Misalkan waktu kita kecil orang tua yang membentuk karakter kita. Waktu kita sudah besar kita dibentuk juga lewat teman-teman, guru-guru di sekolah dan akhirnya waktu kita sudah bekerja kita akan juga mendapatkan bentukan itu dari teman-teman di tempat pekerjaan, dan sudah tentu salah satu yang akan membentuk kita adalah pernikahan kita atau keluarga kita. Tuhan akan menggunakan semua itu untuk membentuk siapakah kita ini. Tapi juga Pak Gunawan, Tuhan akan memakai kita membentuk karakter orang-orang di sekitar kita. Waktu kita ini membentuk karakter orang lewat hal-hal yang baik pada, diri kita, misalkan lewat kesabaran kita, lewat kasih sayang kita, lewat kelembutan kita, di saat itulah waktu kita memengaruhi orang membentuk orang lewat karakter kita yang baik, kita sebetulnya sedang memantulkan kemuliaan Tuhan dan membawa hormat kepada Tuhan. Kita ini kalau melihat orang yang baik, Pak Gunawan, tidak bisa tidak kita akan terpikir Tuhan. Ini adalah sifat manusia. Tuhan sudah ciptakan kita seperti itu. Tidak ada orang yang melihat orang yang sungguh-sungguh baik kemudian berpikir, "Memang ini orang dipengaruhi si jahat, si Iblis". Tidak akan orang itu berpikir, "Orang ini adalah anak Tuhan. Lain orang ini, dia sungguh-sungguh saleh, orang yang beribadah kepada Tuhan, maka hidupnya begitu mulia." Jadi secara langsung waktu orang melihat kebaikan kita, orang akan melihat kemuliaan Tuhan.
GS : Tapi itu setelah melalui proses interaksi yang cukup panjang. Kalau di awal-awal bahkan ada orang yang menyangka bahwa mengapa orang ini melakukan kebaikan-kebaikan, artinya seseorang itu bisa curiga terhadap seseorang yang berbuat baik.
PG : Karena memang hidup ini sudah tidak lagi sempurna, Pak Gunawan. Banyak orang yang tidak baik, banyak yang jahat, banyak penipu. Akhirnya kita ini tidak mudah percaya orang sewaktu dia berbuat baik pada kita. Namun kalau orang itu melihat kita ini tidak berpura-pura atau motif tertentu, tidak ada udang dibalik batu, kita tulus berbuat baik pada orang, di saat itulah orang akan melihat ada yang lain pada diri kita. Waktu mereka berkata ada yang lain pada diri kita, tidak bisa tidak akan mereka hubungkan dengan Tuhan. Dan sewaktu mereka berpikir tentang Tuhan lewat kebaikan kita, mereka akan melihat keindahan Tuhan dan di saat itulah Tuhan dimuliakan.
GS : Dan di situ lalu, kita mulai yakin bahwa tujuan hidup kita itu sudah benar; sudah pada track yang benar.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi misalkan orang berkata, "Saya senang bertemu kamu. Terima kasih atas apa yang engkau lakukan". Nah, kita tahu kita sudah menggenapi tujuan yang Tuhan tetapkan buat kita.
GS : Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan sebagai kesimpulan dari perbincangan kita ini, apa ?
PG : Matius 5:16 menyimpulkan "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga". Jadi jelas sekali ada keterkaitan antara bercahaya di depan orang lewat perbuatan baik kita. Dan waktu orang melihat cahaya perbuatan baik kita orang akan memuliakan Bapa yang di sorga.
GS : Iya. Tetapi kita itu tidak mampu bercahaya sendiri. Kita itu, seperti Pak Paul katakan, hanya memantulkan kemuliaan Tuhan.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kita sebetulnya sewaktu berbuat baik atau apa, kita semata-mata hanyalah menaati apa yang Tuhan perintahkan dan waktu kita menaati, kuasa Tuhan pun diberikan kepada kita untuk melakukan hal yang baik itu.
GS : Jadi mungkin kesimpulannya dari ayat ini adalah tujuan hidup kita itu memuliakan Bapamu yang di sorga bukan untuk kepentingan diri kita sendiri.
PG : Betul, Pak Gunawan.
GS : Baik, terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mendapatkan Makna Hidup". Bagi Anda yang berminat mengetahui lebih lanjut melalui acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) di Jalan Cimanuk 56 Malang. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.