Sewaktu ditanya apakah ingatan tentang dirinya yang ia ingin tinggalkan setelah kematiannya, Pendeta Billy Graham menjawab, "integritas." Puji Tuhan! Itulah ingatan tentang dirinya yang telah ia titipkan kepada kita semua. Sampai akhir beliau menjaga kekudusan hidupnya dan tidak jatuh ke dalam dosa yang mengharuskannya kehilangan integritas. Sebagai anak Tuhan kita pun ingin menjaga kekudusan dan membawa integritas sebagai persembahan hidup kita kepada Tuhan. Tetapi, ada yang berhasil, ada yang tidak. Dari semua yang tidak berhasil, sebagian jatuh ke dalam dosa perzinahan—dosa yang tidak hanya menghancurkan hidup pribadi, tetapi juga keluarga dan pelayanan kita. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengapakah pria jatuh ke dalam dosa perselingkuhan. Mengapakah pria mudah jatuh ke dalam perzinahan? Berikut ini akan dijabarkan beberapa faktor penyebabnya.
Tidak ada dosa yang tidak meninggalkan bekas. Namun, di antara semua dosa, tidak ada yang melebihi perzinahan dalam hal meninggalkan bekas. Ratapan 5:7 [1] mengingatkan, "Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami menanggung kedurjanaan mereka." Ya, bekas atau akibat dari dosa perzinahan panjang dan lama, bahkan bisa berlangsung beberapa generasi. Gara-gara kelalaian kita, maka anak bahkan cucu harus menanggung akibatnya bertahun-tahun kemudian. Itu sebab kita harus menjaga diri dan langkah pertama adalah dengan cara membuang jauh-jauh pikiran untuk berselingkuh.
Saya ingin mendapatkan layanan konseling lewat email.
Permasalahan yang saya hadapi sebenarnya masalah klasik rumah tangga yang sudah banyak terjadi di banyak rumah tangga.
Apalagi di daerah saya kota Manado. Saya dan suami telah salah jalan. Suami saya yang terlebih dahulu memulai, dan saya hanya ingin membalasnya. Memang sudah tahu itu dosa tapi godaan yang terjadi begitu kuat. Di tahun 2009 suami saya pertama kali melakukan perselingkuhan namun saya maafkan. Tahun 2014 suami saya mengulangi perbuatannya itu dan bahkan sekarang sudah punya anak dari hasil perselingkuhannya. Lebih parahnya lagi selingkuhannya adalah teman baik saya. Memang suami saya mengatakan bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya, tapi saya sebagai istri tidak bisa menerima hal itu karena sampai sekarang pun suami saya masih saja memberikan perhatian walaupun hanya melalui Whatsapp.
Saya juga melakukan kesalahan dimana saya sempat berkenalan dan berhubungan sedikit jauh dengan seseorang, tapi baru sebatas chat dan video call. Mungkin kalau suami saya tidak mendapatkan chatting saya maka hubungan saya dengan orang tersebut akan lebih jauh. Ketika saya sudah tidak lagi memiliki hubungan itu, suami saya justru lebih parah. Dia mengatakan "menunggu waktu Tuhan" sebab ia sangat menginginkan anak hasil perselingkuhan tersebut. Saya bingung, sekarang memang tinggal banyak berdoa dan pasrah pada Tuhan.
Selama ini saya sering sharing dengan salah satu pelayan Tuhan (seorang Ibu pendeta) karena terkadang saya sampai pada titik bertanya "Apakah masih ada jalan?" Iman pengharapan saya ada kalanya goyah karena sepertinya hubungan suami saya dengan wanita lain itu susah dihentikan. Sebab anak mereka dijaga dan diurus oleh papa mertua. Suami saya selalu hanya berkata sabar saja dan kalau ekonomi kita sudah kuat atau bila memang sudah siap pasti akan dilepaskan. Tidak tahu sampai kapan kesabaran saya harus dibuka lebar. Tuhan seakan-akan membiarkan saya menghadapi pergumulan ini.
Tahun lalu saya rawat inap di rumah sakit sebanyak 7 kali; belum termasuk rawat jalan. Tahun ini 4 kali saya rawat inap karena tekanan darah saya naik bahkan sampai mencapai 241/144. Setiap kali memikirkan masalah itu dan beradu argumen dengan suami pasti saya masuk ke rumah sakit lagi. Saya sudah pernah berbicara dengan wanita itu dan orangtuanya. Tapi sepertinya wanita itu sangat menginginkan suami saya. Saya hanya memikirkan anak-anak saja dan janji pernikahan kami sehingga saya bisa bertahan sampai saat ini. Bahkan saya sudah sampai pada titik pasrah pada keadaan. Saya berpikir mungkin waktu hidup saya di dunia ini tinggal beberapa tahun lagi. Kalaupun Tuhan memanggil saya pulang, saya ingin meninggalkan dunia dengan keadaan saya masih istri dari suami saya (yang mengikat janji di hadapan Tuhan) dan sebagai ibu dari anak-anak saya.
Masalah ini sudah terjadi, hati seorang istri terlukai oleh suami dan sahabat sendiri. Yang terjadi ini menyakitkan dan melukai hati dan pikiran ibu. Saran saya adalah:
Saya harus bangkit karena Tuhan ada. Ini waktu ibu harus semakin dekat dan kembali dekat dengan Tuhan. Kasih Tuhan cukup untuk ibu, dan kuasa Tuhan sanggup tolong ibu. Yang utama adalah relasi ibu dengan Tuhan, izinkan Tuhan yang menguasi hidup ibu. Lepaskan kemarahan ibu kepada suami dan teman ibu. Itu urusan mereka dengan Tuhan. Sekarang urusan ibu dengan Tuhan, nikmati relasi dekat dengan Tuhan, jangan genggam kemarahan itu. Lepaskan pengampunan dalam nama Tuhan. Fokus pada Tuhan lalu fokus kepada anak, mereka perlu kasih ibu. Berdoalah dan nikmati waktu dimana ibu begitu dekat dengan Tuhan.
DIA ada.Berawal dari pembicaraan antara Bp. Paul Gunadi dengan Sdri. Tjoa Lie Bing (Ev. Sri Wahyuni Tjokrodiredjo, S.E., M.Div., M.K.) yang merencanakan diadakannya Pusat Konseling dan Pusat Bina Iman Anak di Sidoarjo. Pembicaraan itu ditindaklanjuti oleh Sdri. Lie Bing dengan membuat Proposal Kesepakatan Kerjasama "Children Community for Christ" (3 C) pada tanggal 23 Agustus 2019. Lewat email, Bp. Paul Gunadi meneruskan rencana ini ke LBKK agar bisa ditindaklanjuti untuk menjadi bagian dari pelayanan LBKK. Dalam hal ini pengurus LBKK telah menyambut baik dan diadakan beberapa kali pertemuan dengan Sdri. Lie Bing dan kawan-kawan.
Pada hari Minggu, 29 September 2019 dari Malang berangkat Bp. dan Ibu Gunawan Santoso, Ibu Nancy Timisela serta Bp. dan Ibu Jusuf N.T. untuk mengadakan survei beberapa rumah di Sidoarjo. Survei diakhiri setelah makan siang dan pertemuan dilanjutkan oleh Sdri. Lie Bing, Ibu Anita dan Ibu Nancy.
Kemudian pertemuan dilanjutkan pada tanggal 5 Oktober 2019 di Pastorium, Malang yang dihadiri oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ibu Anita Sieria, Ibu Nancy Rosita Timisela, Bp. dan Ibu Suriptono, Ph.D., Sdri. Tjoa Lie Bing serta Bp. dan Ibu Jusuf N.T. Beberapa hal yang sempat dibicarakan antara lain :
Pertemuan ketiga sekaligus diadakan dalam rangka Temu Akrab "Gembala Keluarga" pada tanggal 17 Oktober 2019 di R.M. D’Keik, Malang yang dihadiri oleh 17 orang, termasuk Bapak dan Ibu Basoeki Rahardjo, Bapak dan Ibu Gunawan Santoso, Ibu Indrawati Tambayong, Bapak dan Ibu Pdm. Maurits Tahya, Bapak Necholas David dan Sdri. Lois T. Kristanti. Inti dari pertemuan ini a.l. : Bp. Gunawan Santoso mengatakan diharapkan pada tahun 2020 program-program yang sudah direncanakan bisa terwujud, seperti melakukan pendekatan pada guru-guru di sekolah-sekolah yang ada di Sidoarjo dan sekitarnya.
Bersyukur untuk donasi yang diterima melalui Bp. Paul Gunadi untuk rencana Pusat Konseling dan pusat Bina Iman di Sidoarjo, yaitu dari :
Saat ini sebuah rumah di Perum.Mutiara Regency Blok A2 no.20 telah dikontrak selama 2 tahun sebesar Rp 45 juta dan pemilik rumah sedang memperbaiki kusen yang keropos, atap yang bocor dan beberapa perbaikan lainnya yang diharapkan selesai pada pertengahan bulan Desember 2019. Untuk biaya kontrak rumah selama 2 tahun masih diperlukan dana Rp 30.800.000,-.
Diharapkan Sdri. Lie Bing akan pindah ke Sidoarjo pada tanggal 20 Januari 2020 dan Pusat Konseling bisa dimulai sekitar bulan Maret 2020.
Beberapa agenda yang perlu dikerjakan antara lain :
Links
[1] https://alkitab.mobi/tb/Rat/5/7/
[2] https://m.telaga.org/audio/mengapa_pria_berselingkuh
[3] http://www.telaga.org
[4] https://m.telaga.org/audio/pengampunan_dalam_pernikahan_i
[5] https://m.telaga.org/audio/pengampunan_dalam_pernikahan_ii
[6] https://m.telaga.org/audio/pengampunan_dalam_pernikahan_iii
[7] https://m.telaga.org/audio/iman_anak_tanggungjawab_siapakah
[8] https://m.telaga.org/audio/komersialisasi_anak
[9] https://m.telaga.org/audio/investasi_orangtua_i
[10] https://m.telaga.org/audio/investasi_orangtua_ii
[11] https://m.telaga.org/audio/pengaruh_teknologi_informasi_pada_relasi_pernikahan
[12] https://m.telaga.org/audio/memanfaatkan_teknologi_informasi_dalam_membesarkan_anak
[13] https://m.telaga.org/audio/pasangan_muda_di_tengah_himpitan_pekerjaan_dan_pelayanan_i
[14] https://m.telaga.org/audio/pasangan_muda_di_tengah_himpitan_pekerjaan_dan_pelayanan_ii
[15] https://m.telaga.org/audio/pribadi_yang_sehat_adalah_kunci_relasi_yang_sehat_i
[16] https://m.telaga.org/audio/pribadi_yang_sehat_adalah_kunci_relasi_yang_sehat_ii
[17] https://m.telaga.org/audio/tugas_orangtua_semasa_anak_berusia_05_tahun
[18] https://m.telaga.org/audio/tugas_orangtua_semasa_anak_berusia_512_tahun
[19] https://m.telaga.org/audio/tantangan_penggembalaan_konflik_antar_jemaat
[20] https://m.telaga.org/audio/tantangan_penggembalaan_tetap_mendarat
[21] https://m.telaga.org/audio/membangun_di_atas_yang_ada_i
[22] https://m.telaga.org/audio/membangun_di_atas_yang_ada_ii
[23] https://m.telaga.org/audio/mencintai_sampai_mati_i
[24] https://m.telaga.org/audio/mencintai_sampai_mati_ii
[25] https://m.telaga.org/audio/melayani_untuk_menyenangkan_tuhan_i
[26] https://m.telaga.org/audio/melayani_untuk_menyenangkan_tuhan_ii
[27] mailto:telaga@telaga.org
[28] https://m.telaga.org/jenis_bahan/berita_telaga