Tugas Orangtua Semasa Anak Berusia 0-5 Tahun

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T556A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tugas kita sebagai orangtua seyogyanya tidak ditentukan oleh kesanggupan dan ketersediaan waktu melainkan oleh kebutuhan anak itu sendiri.Kita mesti mengenali kebutuhan anak dan berusaha memenuhinya agar anak dapat bertumbuh secara sehat. Oleh karena itu kita mesti hadir dalam kehidupan anak terutama pada usia dini. Keterikatan anak-orangtua terbentuk di usia awal. Jadi sekali kita melewatkan kesempatan ini kita akan kehilangan selamanya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sering kali kita mengartikan tugas kita sebagai orangtua berdasarkan kesanggupan dan ketersediaan waktu yang kita miiliki. Sebagai contoh, bila kita tidak nyaman mendisiplin anak, maka kita berkata bahwa mendisiplin anak bukanlah tugas kita. Atau, jika kita tidak memunyai waktu banyak untuk bercengkerama dengan anak, maka kita berkata bahwa bercengkerama dengan anak bukanlah tugas kita sebagai orangtua. Pemikiran ini tidak tepat sebab tugas kita sebagai orangtua seyogianya tidak ditentukan oleh kesanggupan dan ketersediaan waktu melainkan oleh kebutuhan anak itu sendiri. Berdasarkan pengertian ini kita dapat menyimpulkan bahwa tugas kita sebagai orangtua bersifat umum dan khusus. Ada kebutuhan anak yang bersifat umum tetapi ada pula kebutuhan anak yang bersifat khusus. Kita mesti mengenalinya dan berusaha memenuhinya keduanya agar anak dapat bertumbuh secara sehat. Pada kesempatan ini kita akan menyoroti tugas kita sebagai orangtua sewaktu anak berusia 0-5. Selain tugas umum, kita pun akan melihat beberapa tugas khusus, sesuai dengan kebutuhan anak.

  1. Menyediakan Kebutuhan Jasmaniah Anak dalam Pengertian Memberi Anak Gizi yang Cukup dan Menjaga Kesehatan Tubuhnya.. Berkenaan dengan memberi kecukupan gizi, saya tidak akan berpanjang lebar menjelaskannya sebab kita dapat memperoleh informasi ini dari pelbagai sumber. Terpenting adalah kita memberi makan anak secara sehat dan berimbang serta biasakan anak untuk menyantap makanan yang kita sediakan. Memang anak mempunyai kesukaannya tetapi jangan terlalu mengikuti seleranya sebab selera dapat disesuaikan. Bila kita terlalu mengikuti kemauan anak, maka ia cenderung bertumbuh besar dengan selera makan yang cerewet.
    Berkaitan dengan tugas menjaga kesehatannya, kita mesti memerhatikan kondisi tubuh anak secara berimbang. Berimbang dalam pengertian, kita harus melindungi anak dari sakit penyakit tetapi kita pun perlu membiarkan anak mengembangkan pertahanan diri yang kuat—dan ini diperoleh lewat sakit. Sebagai contoh, jangan terlalu takut anak terkena pilek dan batuk; jangan melindunginya sedemikian ketatnya sebab perlindungan yang berlebihan ini justru melemahkan daya tubuhnya. Bukannya makin kuat melawan penyakit, ia malah melemah.
  2. Memelihara Kerutinan Hidup. Sejak kecil kita sudah harus menerapkan jadwal yang tetap kepada anak, misalkan kapan anak makan, kapan ia tidur, kapan ia bermain dan berapa lama ia bermain. Kerutinan ini akan menolong, bukan saja kita, tetapi juga anak. Ia menjadi terbiasa dengan kerutinan dan secara perlahan namun pasti anak pun menyesuaikan diri. Sudah tentu salah satu manfaat dari kerutinan adalah anak tahu dengan jelas tuntutan yang dibebankan kepadanya. Selain itu ia pun belajar hidup dengan disiplin dan mulai mengembangkan disiplin. Kerutinan membuat anak hidup bukan atas kehendaknya sendiri saja tetapi juga kehendak kita orangtuanya. Inilah akar disiplin dan ini perlu dipupuk sejak kecil.
  3. Menumbuhkembangkan Kemandirian Yang Sesuai Dengan Tahap Perkembangannya.. Kita mesti menjaga anak agar tidak membahayakan dirinya tetapi kita pun perlu memberinya ruang untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Jadi, awasi namun biarkan ia bergerak ke sana ke mari, dan ke atas ke bawah supaya ia belajar mengembangkan kemandirian. Sama dengan itu, izinkan anak untuk memilih mainannya dan jangan mengaturnya untuk bermain dengan mainan yang kita anggap baik baginya. Juga, biarkan anak mencoba untuk makan sendiri walau untuk itu kita mesti siap menoleransi kekotoran di meja makan dan bekerja ekstra untuk membersihkannya. Dengarkanlah celotehnya dan sedapatnya turutilah permintaannya dalam kewajaran sebab perlakuan ini akan membuatnya merasa didengarkan. Makin didengarkan, makin ia menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian.
  4. Menerapkan Sistem Imbalan dan Konsekuensi. Sedapatnya kita tidak menghukum anak; hanya hukum bila terpaksa dan tidak ada lagi jalan lain. Sebaliknya, gunakanlah sistem imbalan dan konsekuensi. Sebelum anak melakukan kesalahan, antisipasilah dan berilah peringatan kepadanya: Bila ia menaati perkataan kita maka ia mendapatkan imbalan; sebaliknya, jika ia tidak menggubrisnya, maka ia akan menerima konsekuensinya yakni hukuman. Sistem imbalan-konsekuensi akan menolong anak untuk memikirkan akibat perbuatannya sehingga ia tidak gegabah dalam bertindak. Sudah tentu tidak seharusnya kita menciptakan terlalu banyak aturan yang mengandung imbalan-konsekuensi; hanya terapkan untuk hal-hal yang penting. Tujuan kita adalah agar anak berpikir sebelum bertindak. Dan, bila hukuman dijatuhkan, ia pun sadar bahwa sesungguhnya hukuman adalah akibat perbuatannya sendiri.
  5. Menstimulasi Perkembangan Mental dan Sosialnya. Ajaklah anak bicara; berdiskusilah dengannya (sesuai usia, tentunya), dan bermainlah dengannya. Sedapatnya izinkan anak untuk bermain dengan teman sebayanya, baik di dalam ruang tertutup maupun di ruang terbuka. Jangan takut anak kotor sebab itu adalah bagian dari bermain di luar di alam terbuka. Sesungguhnya semua ini adalah alat untuk merangsang perkembangan mental dan sosial anak. Jika kita membatasi anak dari semua ini, niscaya anak mengalami hambatan perkembangan mental dan sosial.
  6. Menunjukkan Kasih dan Perhatian yang Sama Pada Semua Anak. Anak peka dengan perhatian dan perlakukan berbeda dan dengan cepat menyimpulkan bahwa kita kurang mengasihinya. Jadi, sedapatnya bersikaplah sama kepada semua anak. Senantiasa perhatikanlah sikapnya yang memisahkan diri atau menolak kita; besar kemungkinan itu disebabkan oleh rasa kurang dikasihi.
    Kita mesti hadir dalam kehidupan anak, terutama pada usia dini. Keterikatan anak-orangtua terbentuk di usia awal; jadi, sekali kita melewatkan kesempatan ini, kita akan kehilangan selamanya. Amsal 22:6 mengingatkan, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."