Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yossie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo. Beliau adalah pakar dalam bidang konseling keluarga. Dan perbincangan kami kali ini tentang "Melayani Untuk Menyenangkan Tuhan" bagian pertama. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Silakan Bu Vivian, apa yang Ibu bisa sampaikan untuk para pendengar tentang tema "Melayani untuk Menyenangkan Tuhan".
VS : Disini kita akan melihat apakah definisi melayani dulu. Ada orang yang melihat bahwa melayani itu sebagai sesuatu yang menyenangkan Tuhan, untuk Tuhan, tetapi ada orang melakukan untuk orang lain supaya bisa dilihat orang. Ada orang juga melayani karena motif-motif yang berlainan. Jadi kita mau melihat, apa melayani itu. Kalau kita melayani jika dilihat secara umum yang sedang maka ada orang yang melayani secara penuh waktu baik itu ‘full-time’/penuh waktu (tidak mengerjakan lain-lain) tapi juga ada yang melakukan pada waktu yang ada.
Y : Seperti ‘part-time’/paruh waktu ?
VS : Jadi mereka juga bisa melayani bukan hanya di bidang spiritual rohani namun juga bisa melayani di tempat mereka bekerja, itupun juga melayani Tuhan disana.
Y : Dengan kata lain melayani tidak selalu harus di gereja tetapi bisa di "market place"/tempat masing-masing dimana Tuhan tempatkan kita.
VS : Betul. Jadi kalau pelayanan ‘full-time’/penuh waktu itu pun bisa dilihat ini motifnya apa. Ada orang yang melayani ‘full-time’/penuh waktu karena gara-gara sudah mendaftar sekolah sana sini tidak diterima semua. Jadi sudahlah sekolah pendeta di situ saja. Ada orang juga yang mencari pekerjaan di sana sini tidak mudah, maka sudah saja jadi pendeta.
Y : Biasanya mudah diterima, kalau jadi pendeta.
VS : Iya. Kemungkinan begitu. Dan sekolah yang memang menerima murid dengan mudah dan menjadi pendeta di sekeliling rumah. Kalau kita melihat dari pemahaman ini, maka pelayanan Tuhan itu merupakan keputusan terakhir ketika di sana dan di sini sulit.
Y : Alternatif terakhir, begitu ya Bu?
VS: Seharusnya melayani Tuhan itu prioritas yang utama; apa yang terbaik diberikan. Jadi kita bisa melihat itu dalam pengertian ‘full-time’/penuh waktu tapi definisi ‘full-time’/penuh waktu tergantung pada dirinya sendiri sehingga melakukan itu bagi dirinya sendiri bukan apa yang Tuhan mau.
Y : Maksudnya ketika kita sepertinya melayani Tuhan ‘full-time’/penuh waktu di gereja itu pun belum tentu untuk Tuhan, begitu ya Bu? Bisa jadi untuk kepentingan diri kita sendiri.
VS : Iya. Nah, itu yang akan kita lihat macam-macam motif disini. Jadi kalau begitu kita melihat pelayanan bahkan juga ‘part-time’/paruh waktu dimanapun orang itu berada dia akan menunjukkan diri sebagai terang dunia dan garam dunia. Jadi melayani Tuhan baik di rumah, di sekolah, baik di tempat kerja dimana saja ini melayani Tuhan. Tetap menjadi orang yang sama. Ada orang yang memiliki tingkah laku di pelayanan dan di rumah berbeda, sehingga di gereja pelayanannya begitu baik dengan tingkah laku yang begitu baik juga ternyata nanti kalau sudah keluar dari gereja itu menjadi seperti orang lain; di gereja baik dan di rumah menjadi orang yang kasar, tidak baik, tidak sabar dengan keluarga. Ada orang juga yang ketika di gereja begitu baik tapi nanti di luar maka tingkah lakunya berlainan, bahkan keluar gereja misalnya langsung menipu orang lain. Selain tingkah lakunya yang lain demikian juga moral, kehidupan moralnya tidak baik. Di gereja terlihat orangnya begitu sungguh-sungguh mengikut Tuhan, ternyata di luar gereja orangnya tidak baik, misalnya di dalam pernikahan tidak suci dan di dalam kehidupannya juga tidak. Contohnya, ada orang yang ke gereja dan setelah selesai gereja dia berbicara dengan jujur ke saya mengatakan bahwa sepulang dari gereja dia akan pergi ke kasino. Jadi bagi dia hal ini tidak apa-apa.
Y : Menarik ya Bu? Menurut sudut pandang konseling, apa sebetulnya yang terjadi Bu ketika terjadi dualisme pribadi? Di gereja dan di kehidupan sebenarnya, mengapa bisa berbeda?
VS : Menganggap pelayanan untuk Tuhan dan yang dilakukan untuk Tuhan itu hanyalah salah satu bagian bukan keseluruhan bagian kehidupan. Maka kita nanti akan melihat motifnya. Sebetulnya kalau kita sebagai orang Kristen maka apa adanya dimana-mana diri kita melayani Tuhan 100 persen.
Y : Iya. Semuanya untuk Tuhan.
VS : Kalau cuma hanya salah satu bagian maka bagian yang lain dikuasai oleh kedagingan kita.
Y : Nah, boleh tidak Bu menjelaskan dasar Alkitab apa yang Tuhan Yesus mau di dalam kehidupan kita dimana kita seharusnya sebagai murid-murid-Nya ?
VS : Kita ini harus melihat dasar Alkitabnya, bagaimana kita melihat tentang teladan untuk melayani ialah Tuhan Yesus sendiri. Kita sebagai orang Kristen mau melihat bagaimana Tuhan Yesus sewaktu datang ke dunia, khususnya untuk melayani orang-orang yang dia kasihi; untuk kita semua. Kita lihat Yesus datang ke dunia adalah untuk menjadi Juruselamat dunia dan Tuhan Yesus adalah Allah yang memiliki seluruhnya di alam semesta dan di sorga namun Dia mau melayani, dengan kata lain, meninggalkan semua kemuliaan sorga untuk kita semua. Dan caranya bagaimana itu adalah Tuhan mau melayani menjadi seperti seorang hamba. Menjadi serupa seorang hamba adalah dikatakan di Filipi 2:6-7,"yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." Disini kita harus melihat bahwa pelayanan harus meneladani Tuhan Yesus sebagai contohnya. Dia adalah, dikatakan, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang dipertahankan sehingga Yesus menjadi seorang manusia yang melayani padahal Dia setara dengan Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Dia memiliki keseluruhannya dengan segala kemuliaan-Nya tapi Yesus mengatakan tidak perlu dipertahankan, dengan kata lain, meninggalkan semuanya itu untuk mengosongkan diri-Nya menjadi kosong dan tidak memiliki segalanya. Lahir dimana Dia?
Y : Kandang binatang.
VS : Itu adalah tempat yang paling hina. Lalu dikatakan bahwa Dia mengambil rupa seorang hamba. Jadi hamba adalah status yang rendah sehingga bukanlah …..
Y : Tuan, raja ya Bu?
VS : Betul. Jadi hamba. Pelayanan Yesus sesungguhnya menjadi bukan untuk mendapatkan yang banyak tapi malah yang ada itu dikosongkan atau dibuang semua untuk melayani manusia.
Y : Manusia yang berdosa.
VS : Kita melihat supaya kita mendapatkan keselamatan. Yesus datang sebagai Juruselamat sehingga dengan kata lain berarti adanya pengorbanan. Sehingga pelayanan itu adalah pengorbanan, bukannya malah mendapatkan untuk diri sendiri melainkan memberi. Itulah pelayanan. Selain itu kita melihat, pada waktu Yesus melayani dikatakan bukan hanya memberi untuk mengosongkan diri-Nya namun dikatakan juga Dia mau merendahkan diri. Yohanes 13:14-15 dikatakan"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Dengan kata lain, Tuhan Yesus memberikan contoh kepada kita semua bahwa jikalau melayani itu harus dengan merendahkan diri. Siapakah Tuhan Yesus? Tuhan Yesus adalah Anak Allah yang Dia juga Allah sendiri, Allah Putra dengan segala kemuliaan-Nya mau membasuh kaki kita ini.
Y : Apalagi kita seharusnya.
VS : Jadi dengan kata lain mau merendahkan diri. Apa membasuh kaki? Berarti kaki yang kotor dan merupakan pekerjaan rendah. Zaman dulu orang-orang memakai seperti sepatu sandal untuk jalan kaki sehingga berdebu, oleh karena itu perlu dibasuh sebelum masuk ke rumah. Itulah perbuatan hamba. Yesus mau melakukan itu, makanya dikatakan Tuhan Yesus merendahkan diri. Cara pelayanan Yesus ini menunjukkan perbuatan merendahkan diri. Kalau Tuhan Yesus katakan di Yohanes 13:14-15 tadi bahwa jika Tuhan Yesus ialah Tuhan dan Gurumu jadi yang mengajarkan kepadamu untuk membasuh kakimu maka itu wajib saling membasuh kakimu. Jadi dikatakan bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita dalam pelayanan yaitu wajib meneladani Tuhan Yesus dalam hal merendahkan diri. Jadi Tuhan adalah teladan kita di dalam pelayanan sehingga pemahaman pelayanan kepada Tuhan secara Alkitabiah adalah dengan merendahkan diri bukan dengan kesombongan. Yang lain kita melihat di Filipi 2:8 dikatakan, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Rasul Paulus mengatakan, juga Yesus ini merendahkan diri dari Allah menjadi manusia. Dia merendahkan diri bukan hanya sesaat atau bukan hanya satu dua hari sewaktu membasuh kaki tetapi sampai mati akhir hidupnya. Dengan kata lain, dengan taat dan setia melakukannya sampai mati dan kematian-Nya di kayu salib yang dengan penuh penderitaan. Dengan kata lain, kita ini sebgai orang Kristen juga perlu melihat Yesus sebagai teladan kita; bagaimana Tuhan Yesus melayani dengan ketaatan bukan melayani sebentar jikalau hati senang. Contoh lain, "Wah, saya nanti sepertinya kurang senang maka saya tidak mau melayani. Ini lagi naik turun perasaannya. Kalau lagi naik saya mau dan kalau turun saya tidak mau." Sehingga tergantung dengan suasana hati, tergantung keadaan menyenangkan atau tidak. Kalau menghadapi salib Tuhan Yesus bukannya malah meninggalkan tetapi taat terus sampai selesai tugas kita di dunia ini atau sampai akhir hayat. Bukannya hanya ketika kita ada waktu tapi seluruh kehidupan kita. Bukan saat masa tertentu tapi segala masa, berarti ada masa senang ……
Y : Ada masa susah pun harus melayani Tuhan.
VS : Iya. Jadi juga ada masa ketika sedang excited (menggairahkan) melakukan maka lakukankah. Kalau nanti kecewa tidak mau.
Y : Tetap, secara manusia kita bisa jenuh atau kecewa.
VS : Masa ketika cocok dengan si A maka kita mau melayani. Tapi kemudian ada si B tidak cocok lalu pergi dan tidak melayani lagi. Saya melihat ada orang yang pelayanan juga melihat orangnya. Contohnya seandainya di gereja kedatangan si A dan tidak cocok, sehingga tidak mau melayani lagi namun juga tidak mau datang ke gereja bahkan pindah gereja. Atau bahkan tidak mau menjadi orang Kristen.
Y : Menyangkali iman begitu, Bu.
VS : Sehingga pelayanan itu harus terus taat sampai kita bertemu dengan Tuhan. Inilah pelayanan seluruh hidup kita meski apapun yang terjadi. Berarti dengan kata lain juga ialah mau melayani dengan kesungguhan hati. Bagaimanapun juga contohnya, saya lihat ada beberapa orang, ketika masih single/lajang ….…
Y: Pelayanannya berapi-api.
VS : Iya. Berapi-api, segala macam pelayanan diambil. Namun setelah menikah terkadang-kadang alasannya terlalu sibuk dan tidak bisa. Dan sesuai pengalaman saya, ada satu orang yang saya bantu banyak karena masalah A, B, C dan akhirnya teratasi semua. Namun setelahnya itu semua dan setelah menikah, orang ini melayani sudah kurang dan nanti setelah ada anak tambah hilang. Terus hidupnya sewaktu susah sibuk dan apapun juga mau melayani di gereja tetapi seketika hidupnya membaik……
Y : Malah meninggalkan pelayanan.
VS : Bukan hanya meninggalkan pelayanan, tapi juga tidak mau ke gereja sama sekali dan dikatakan bahwa di setiap hari Minggu perlu ada ‘family time’ (waktu untuk keluarga).
Y : Padahal sudah diberkati Tuhan, malah begitu ya Bu?
VS : Berarti pelayanannya itu tidak baik karena hanya melihat masa saja. Saya pernah berbicara dengannya, "Kamu dulu seperti ini. Ingat, Tuhan memberkati kamu sampai akhirnya seperti ini. Ingat nazarmu dahulu seperti apa. Begitu susah dan tapi melewati itu bersama-sama sampai akhirnya mendapatkan yang kamu inginkan. Mengapa sekarang meninggalkan Tuhan?" "Saya tidak meninggalkan Tuhan, saya ingat terus. Tapi saya hanya tidak ada waktu untuk Tuhan."
Y : Manusia ternyata rumit begitu. Maksudnya ‘lain di bibir, lain di hati, lain di perbuatan.’
VS : Iya. Jadi pelayanannya hilang. Bukan hanya itu saja tapi seluruhnya.
Y : Bahkan ke gereja saja tidak mau ya, Bu?
VS : Iya.
Y : Nah, memang Bu menarik sekali. Ketika Ibu tadi menjelaskan tentang melayani seperti Tuhan Yesus yang mana adalah teladan yang sempurna, yang luar biasa dan yang kalau kita bisa melayani seperti itu Tuhan terlihat menakjubkan. Tapi benar saya juga menjumpai dalam prakteknya begitu banyak orang yang berkata begini, "Itu Tuhan, saya masih manusia." Jangankan merendahkan hati, menyapa saja kadang-kadang kalau lagi konflik bisa tidak mau, begitu Bu. Sampai benar-benar akhirnya tidak mau pelayanan, keluar dan sebagainya. Apa yang sebenarnya terjadi dari sisi manusia kita?
VS : Jadi kita ini memang bukan Tuhan, tapi kita diberi kekuatan oleh Tuhan maka Tuhan sendiri yang memberi kekuatan kalau kita memunyai hati yang ingin melayani Tuhan. Jadi yang perlu kita pahami adalah memandangkan pandangan kita ini kepada siapa. Jangan memandangkan diri pada manusia. Semua manusia tidak ada yang sempurna.
Y : Betul. Pasti ada cacat celanya.
VS : Benar. Jadi pelayanan kita ini untuk siapa; bukan untuk manusia jadi untuk Tuhan sehingga pandangan kita pada Tuhan yaitu apa yang Yesus sudah lakukan untuk kita.
Y : Dan itu yang akan menarik kita terus untuk menjadi seperti Yesus karena pandangan kita, kita arahkan ke Tuhan Yesus sendiri.
VS : Jadi kita tidak melihat situasi, responsnya orang sehingga lihatlah pada Tuhan. Dengan kata lain, kita perlu memerbaiki diri bukan ‘semau gue’. Orang punya saran A, B, C maka kita lihat. Kalau memang bisa kita memerbaiki diri. Tidak semua sempurna. Tapi bukannya kemudian kita kecewa dan tidak mau melakukan. Jadi yang terpenting adalah fokusnya kita pelayanan untuk siapa.
Y : Karena memang banyak sekali orang yang pelayanan pun masih melihat orang sehingga kepahitan dan kecewa. Awalnya saja terkagum karena bergabung dengan sebuah gereja karena mau terlibat, ini pasti diberkati. Tapi kenyataannya setelah lewat, manusia pasti punya kelemahan, banyak yang terkejut dan kecewa lalu konflik dan meninggalkan pelayanan itu. Padahal seharusnya memang kembali kepada dasar firman Tuhan.
VS : Jadi ini perlu saya katakan lagi bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita saling melayani. Sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendiri tapi kita butuh sesama yang saling bisa menguatkan di dalam perjalanan di dunia ini, jadi ini adalah pelayanan antara satu dengan yang lainnya.
Y : Tapi bagamana Bu dengan beberapa orang yang terlanjur sakit hati? Saya perhatikan ada yang menutup diri seakan menarik diri dari komunitas atau gereja sehingga kita mau melayani mereka seperti ada tembok.
VS : Jadi kita ini perlu belajar saling mengampuni. Sudahlah itu kesalahan, ampuni. Tapi kita memang tidak bisa bekerja sama dengan semua orang, karena memang ada orang yang motif pelayanannya berlainan dengan kita. Ini nanti macam-macam motif akan lihat…
Y : Di bagian kedua, ya.
VS : Iya. Motifnya kalau berlainan maka tidak akan cocok. Nanti kita akan melihat misalnya motif karena keuangan, motif untuk membesarkan diri. Itu berarti tidak bisa bekerjasama. Jadi apakah orang ini untuk mencari harta untuk dirinya sendiri atau tidak. Tidak bisa begitu. Jadi kita mengampuni orang yang bersalah, tapi bukan berarti bergabung dengan berbagai orang yang tidak benar jalannya. Pelayanan pun kalau tidak benar, pengajaran pun tidak benar, motif tidak benar maka jangan bergabung dengan orang itu. Cari yang lain.
Y : Disitu perlu hikmat juga untuk membedakan, untuk mengambil keputusan.
VS : Jadi janganlah ikut dengan ajaran-ajaran yang salah. Pernah ada orang yang melayani untuk sukses dalam hidup, hidup untuk uang, rasa nyaman.
Y : Betul. Apalagi natur manusia egois untuk mencari kesenangan sendiri.
VS : Padahal Tuhan Yesus melayani untuk merendahkan diri, bukan untuk kenyamanan tubuh.
Y : Justru membuang kesenangan-Nya, kemuliaan-Nya.
VS : Jadi lebih banyak merendahkan diri untuk menaati perintah dari Allah Bapa. Bahkan sampai kepada kayu salib dan itu adalah penderitaan.
Y : Apakah boleh dikatakan bahwa pelayanan itu juga bagian dari penyangkalan diri, Bu? Karena tadi secara manusia kita cenderung maunya nyaman, enak dan dimengerti orang tapi Tuhan Yesus memberikan teladan untuk merendahkan diri dan mengosongkan diri.
VS : Tuhan Yesus juga mengajarkan menyangkal diri-Nya sendiri dengan mau mati di atas kayu salib. Penyangkalan dengan arti kata untuk menyangkali kenikmatan diri kita sendiri, jadi bukannya semua untuk kenikmatan. Penyangkalan bagi keinginan daging kita, itulah yang harus dibuang.
Y : Ketika kita tahu model pelayanan Tuhan Yesus yang luar biasa, dalam prakteknya, menurut Ibu apa tantangan kita untuk melakukannya seperti yang Tuhan mau?
VS : Satu adalah yang mengosongkan diri dengan kemuliaan-Nya menjadi seperti seorang budak. Yang kedua, Yesus melayani dengan merendahkan diri bahkan juga sama seperti seorang hamba. Yang ketiga, Tuhan Yesus melayani dengan ketaatan sampai mati; ini tentang kesetiaan. Jadi tantangan kita sebagai manusia ialah mengosongkan diri, dengan kata lain, bahwa dirinya sendiri bukan diutamakan. Yang aku inginkan ialah kehendakku sendiri inilah yang harus disalib; minta kehendak Tuhan itu apa. Tuhan kehendak-Mu saja yang terjadi seperti yang Yesus katakan "Kehendak-Mu yang terjadi." Yesus datang ke dunia karena kehendak Allah, maka kita juga mau agar kehendak-Mu yang terjadi.
Y : Bukan kehendak sendiri ya, Bu?
VS : Iya. Merendahkan diri adalah kita belajar seperti Tuhan Yesus. Apa saja yang kita miliki itu dari Tuhan dan ini yang kita berikan kepada Tuhan; Tuhan memberi kepandaian, kesehatan, talenta.
Y : Itu semua apa saja.
VS : Jadi kita merendahkan diri dan memberikannya kembali kepada Tuhan. Merendahkan diri bukan dengan kesombongan tapi memberikan sehingga tahu dari mana datangnya merendahkan diri. Dengan kata lain, kita ini mau setia sampai mati seperti Tuhan Yesus, berarti juga taat, yang kita lakukan bukan untuk diri sendiri. Setia adalah bersifat terus-menerus.
Y : Tidak satu dua masa, tapi seluruh masa hidup kita.
VS : Jadi baik masa mulai dari kita kecil sampai remaja sampai pemuda, sampai menikah sampai masa tua pun hingga berhadapan Tuhan setia melayani Tuhan, sesuai dengan kapasitas yang kita miliki. Nah, kalau waktu sehat walafiat saat kekuatan masih banyak maka kita terus melayani Tuhan. Sampai masa sudah tua masih bisa melayani dengan kapasitas yang ada. Saya membaca bukunya Billy Graham, betapa kagumnya pada masa mudanya kesana kemari untuk melayani Tuhan. Pada masa tuanya di buku "Nearly Home", dia katakan tetap pelayanan dengan membimbing orang-orang yang datang kepadanya dan secara teratur memberikan arahan, tuntunan sebagai senior dan mengadakan Pemahaman Alkitab (Bible Study).
Y : Dengan demikian hidup kita itu akan menyenangkan hati Tuhan. Terima kasih banyak Bu Vivian untuk penjelasannya. Kita nanti akan sambung di bagian kedua tentang motif-motif dalam pelayanan. Para pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melayani Untuk Menyenangkan Tuhan" bagian pertama. Bagi Anda yang berminat untukmengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda melalui Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK ke Jalan Cimanuk 56 Malang. Atau Anda dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.