Apa yang Tuhan Lakukan Tatkala Hal Baik Berubah Buruk?
APA YANG TUHAN LAKUKAN
TATKALA HAL BAIK BERUBAH BURUK?
Salah satu hal yang akan terjadi di dalam hidup mengikut Tuhan adalah kita akan menerima berkat atau pemberian dari Tuhan. Sesuatu yang kita dambakan akhirnya terjadi atau menjadi milik kita. Jika berkat yang diharapkan membuat kita bahagia, apalagi berkat yang tidak diduga. Berkat seperti itu pastilah membuat kita makin bersyukur kepada Tuhan. Namun, kadang berkat atau hal yang baik yang Tuhan berikan kepada kita secara tiba-tiba berubah menjadi buruk. Sesuatu terjadi dan mengubah segalanya. Mungkin kita bertanya, mengapakah Tuhan memberikan sesuatu yang baik untuk kemudian mengubahnya—atau setidaknya membiarkannya berubah—menjadi buruk? Bukankah lebih baik tidak memberikan apa-apa sama sekali, daripada memberikan sesuatu yang baik kemudian mengubahnya menjadi buruk? Untuk mendapatkan jawabannya dan memetik beberapa pelajaran, marilah kita melihat sebuah kisah nyata yang dicatat di 2 Raja-Raja 4:8-37. Dikisahkan bahwa di Kota Sunem ada sepasang suami-istri yang membuka pintu rumahnya untuk pelayanan Nabi Elisa. Bukan saja mereka mengundang Nabi Elisa untuk makan, mereka pun menyediakan kamar untuknya beristirahat. Suatu hari, Nabi Elisa memanggil si istri dan memberitahukannya bahwa ia akan menggendong seorang anak laki-laki. Sudah tentu berita ini mengejutkan sekaligus menggembirakannya sebab selama ini ia belum dikaruniakan anak. Tahun berikutnya, si istri melahirkan anak laki-laki, tepat seperti yang disampaikan Nabi Elisa.
Setelah anak itu besar, suatu hari secara tiba-tiba ia mengeluh kepalanya sakit dan dalam waktu singkat anak itu meninggal dunia, di pangkuan ibunya. Si ibu kemudian membawa anak itu ke tempat tidur di mana Nabi Elisa biasa tidur di sana. Setelah itu ia pun langsung pergi menemui Nabi Elisa di Gunung Karmel. Begitu berjumpa dengan Nabi Elisa, wanita itu berkata, "Adakah kuminta seorang anak laki-laki dari tuanku? Bukankah telah kukatakan, ‘Jangan aku diberi harapan kosong?" Begitu mengetahui apa yang terjadi, Elisa segera berangkat. Setibanya di rumah wanita itu, Elisa pun berdoa lalu membaringkan dirinya di atas anak itu untuk memanaskan tubuh anak itu. Ia mengulangnya sekali lagi dan tiba-tiba anak itu bersin sampai tujuh kali, lalu membuka matanya. Elisa memanggil ibunya dan menyerahkan anak itu kepadanya. Melihat anaknya bangkit, si ibu pun tersungkur di depan kaki Nabi Elisa.
Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari kisah nyata ini:
- Sekali lagi kita diingatkan bahwa KEMALANGAN DAPAT MENIMPA SIAPA SAJA, TERMASUK ORANG YANG BAIK DAN MENGASIHI TUHAN. Si perempuan yang baik itu tidak memunyai anak dan besar kemungkinan, penyebabnya adalah karena suaminya sudah tua. Kendati Alkitab tidak memberikan kita informasi apa-apa tentang latar belakangnya, kita dapat menduga bahwa alasan mengapa ia, perempuan muda, menikah dengan laki-laki yang tua adalah dikarenakan faktor ekonomi—ia seorang yang tidak punya. Ini kemalangan pertama. Kemalangan kedua adalah, setelah menikah beberapa lama, ia tidak dikaruniakan anak. Berbeda dari kita yang hidup di masa sekarang, pada masa itu seorang yang tidak dikaruniakan anak bukan saja dianggap sebagai orang yang tidak diberkati, ia pun dianggap sebagai orang yang dihukum Tuhan. Jadi, bukan saja ia kesepian tanpa anak, ia pun sedih karena menerima cibiran masyarakat. Dua kemalangan menimpa seorang wanita yang mengasihi Tuhan dan hamba-Nya.
- Yang dapat kita petik adalah, BERUSAHALAH SELALU UNTUK BERBUAT SESUATU SESUAI DENGAN KEMAMPUAN MASING-MASING. Di tengah kemalangan, wanita ini tetap berbelas kasihan dan berusaha berbuat sesuatu. Si wanita, yang tidak kita ketahui namanya ini, tidak menenggelamkan diri di dalam kemalangannya. Ia tidak berubah menjadi seseorang yang mementingkan diri serta menuntut orang untuk memerhatikan dan mengasihaninya. Tidak! Sebaliknya, ia tetap melihat kepentingan dan kebutuhan orang. Firman Tuhan memberitahukan bahwa dialah yang berinisiatif mengundang Nabi Elisa untuk singgah ke rumahnya. Ia mengerti bahwa pastilah Nabi Elisa letih dan lapar; itu sebab ia membuka pintu rumahnya. Sewaktu ia melihat bahwa Nabi Elisa tidak memunyai tempat berteduh, ia pun berinisiatif membangunkan kamar untuknya. Ia tahu bahwa ia berada di posisi di mana ia dapat menolong Nabi Elisa, jadi, tanpa ragu, ia langsung menolong.
Demikian pula dengan Nabi Elisa. Ia berterima kasih atas kebaikan perempuan itu dan ia pun berupaya untuk berbuat sesuatu baginya. Ia berdoa dan meminta Tuhan untuk mengaruniakan anak bagi perempuan itu. Jadi, di sini kita melihat masing-masing berusaha berbuat sesuatu untuk yang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kita pun mesti melakukan hal yang sama. Apa pun kondisi kita, berusahalah berbuat sesuatu bagi sesama; jangan tenggelam di dalam kepentingan diri. Tengoklah sekeliling dan perhatikanlah kebutuhan sesama. Tuhan memakai orang yang melihat sekeliling, bukan orang yang hanya melihat ke dalam diri sendiri. - BERKAT— BAIK ITU DALAM BENTUK MATERI, KESEHATAN, ATAU ORANG — BERSIFAT SEMENTARA. Harta dapat habis, rumah dapat lapuk, kesehatan dapat menurun dan orang dapat berubah. Tidak ada berkat jasmaniah yang kekal; semua sementara dan dapat berubah. Jadi, jangan sampai kita melupakan hal ini. Jangan sampai kita memerlakukan berkat materi sebagai sesuatu yang permanen. Jangan terkejut kalau berkat materi akhirnya pudar atau berubah.
- BERKAT HANYALAH SARANA—BUKAN TUJUAN AKHIR—DARI PEKERJAAN DAN RENCANA TUHAN. Lewat doa Nabi Elisa perempuan itu mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Ia menerima berkat Tuhan. Namun, itu bukanlah tujuan akhir Tuhan; Ia mengaruniakan anak kepada perempuan itu karena Ia memunyai rencana. Anak itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya. Itu sebab Tuhan menetapkan anak itu untuk sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tetapi, sebagaimana kita lihat, kematiannya sementara. Tuhan berkenan membangkitkannya melalui doa hamba-Nya, Nabi Elisa. Lewat peristiwa ini kita belajar bahwa berkat dan kebaikan Tuhan adalah bagian dari pekerjaan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya, bukan perhentian atau terminal akhir dari pekerjaan dan rencana Tuhan. Pada akhirnya pekerjaan dan rencana Tuhan membawa kemuliaan bagi Tuhan, sebagaimana dapat kita lihat pada kisah ini. Si perempuan bersujud, ia bersyukur atas kemurahan Tuhan, dan ia melihat kuasa dan kemuliaan Tuhan.
Mungkin Tuhan pernah memberikan berkat dan kebaikan-Nya kepada kita. Sudah tentu kita senang dan bersyukur. Mungkin itu harta, mungkin itu pekerjaan, mungkin itu istri, suami, atau anak. Namun kesenangan kita tidak berlangsung selamanya; pada suatu saat semua berubah. Yang manis berubah menjadi pahit. Di saat seperti itulah kita diingatkan bahwa berkat dan kebaikan Tuhan adalah sarana untuk menggenapi rencana Tuhan. Jadi, tatkala Tuhan melimpahkan berkat dan kebaikan-Nya kepada kita, terimalah dan bersyukurlah. Namun, jangan genggam erat-erat, apa pun yang Tuhan berikan kepada kita. Ingatkan diri bahwa semua itu adalah sarana belaka, bukan tujuan akhir. Tuhan akan menggunakan apa pun yang diberikan-Nya kepada kita untuk menggenapi rencana-Nya.
Camkanlah bahwa tatkala berkat berubah menjadi beban, sewaktu yang manis berubah menjadi pahit, itu tidak berarti bahwa Tuhan marah dan memalingkan wajah-Nya. Tuhan tengah merangkai karya-Nya dan sesuai dengan rencana-Nya, Ia harus melakukan perubahan. Hidup kita pun berubah—dari nyaman menjadi tidak nyaman. Tetapi sekali lagi ingatlah, itu tidak berarti Ia telah memalingkan wajah-Nya. Mazmur 4:7-8 mengingatkan, "Banyak orang berkata, ‘Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?’ Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak daripada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur." Ya, biarlah cahaya wajah Tuhan sajalah yang menjadi sumber sukacita kita, bukan kelimpahan gandum dan anggur.
Ringkasan T509B
Oleh: Pdt.Dr.Paul Gunadi
Simak judul-judul "Masalah Hidup" lainnya di www.telaga.org
Pak, saya sedang membaca artikel TELAGA yang berjudul "Menghadapi Kepahitan Hidup" dan sekarang saya ingin konsultasi. Sampai saat ini saya seringkali merenung, mengapa saya menjadi orang yang agak hitungan. Yang ingin saya tanyakan, apakah itu karena dampak dari waktu kecil saya selalu diperlakukan tidak adil, atau karena saya sampai saat ini masih merasa kepahitan terhadap Mama saya? Saya sendiri tidak mengerti, kadang perkataan saya seringkali menyakiti Mama saya, itu sengaja…….setelah itu saya akan merasa menyesal. Apakah karena saya mengalami kepahitan dengan Mama?
Izinkan saya menceritakan sedikit kehidupan masa kecil saya. Berkali-kali orang di sekitar saya (saudara, nenek dan teman dekat Mama) berkata, "Kamu adalah anak yang paling tidak disayang oleh Mama kamu", tiap kali mendengar perkataan itu, saya bukan merasa sedih atau marah, tetapi merasa sangat malu !! Bahkan pernah suatu saat Mama sedang merasa kesal pada saya, Mama pernah mengatakan kepada tetangga yang ketika itu datang ke rumah kami, "Saya paling tidak cinta anak yang satu ini, tidak tahu mengapa dia bisa terlahir tidak ‘sreg’ di hatiku". Mendengar perkataan Mama, langsung saya merasa sangat malu di depan teman Mama.
Pak, kalau melalui perkataan saya baru pernah mendengar Mama 1 kali mengatakan tidak mencintaimu, padahal didalam keseharian Mama selalu mengurus saya, menyekolahkan saya, meskipun didalam keseharian saya SELALU diperlakukan tidak adil/dibedakan dari kakak dan adik saya.
Yang ingin saya tanyakan, mengapa tiap kali Mama datang ke Bandung, saya selalu tidak ingin dekat-dekat, tapi setiap kali Mama pulang ke Jakarta, saya selalu menyesal tak terkatakan, karena tidak melayani Mama dengan baik. Apakah ini yang disebut kepahitan? Bila ini yang disebut dengan kepahitan, bagaimana caranya supaya cepat pulih? Saya mencintai Mama saya melebihi dari saya mencintai calon suami saya. Sekadar informasi untuk Bapak, saya mencintai Mama saya kedua setelah Tuhan Yesus.
Salam : ATIJAWABAN :
Menjumpai Saudari ATI,
Senang sekali jika kami bisa menjumpai Sdri. ATI melalui tulisan ini. Memang benar bahwa pengalaman penolakan yang dirasakan dan didengar melalui kata-kata di masa kecil bahkan sejak dari dalam kandungan berdampak buruk secara psikologis bagi pertumbuhan anak. Perilaku "aneh" Anda terhadap Mama bisa jadi merupakan manifestasi kepahitan yang sudah tersimpan lama didalam alam bawah sadar, sehingga sekalipun Anda berusaha mencintai Mama tetap saja ada sesuatu yang kurang "sreg" yang muncul di luar kesadaran. Maksudnya begini, secara sadar Anda tahu bahwa Anda harus mencintai Mama, apalagi melihat keadaannya sekarang. Mengingat kasih dan pengorbanan Mama selama ini, Anda juga menyadari bahwa tanpa Mama Anda tidak akan ada seperti sekarang. Anda tentu setuju kalau kami katakan bahwa pengorbanan orang tua, khususnya Mama adalah pengorbanan yang tidak terbalaskan.
Namun tanpa disadari Anda telah menyimpan "sakit hati" yang telah berlangsung lama. Kata-kata yang mengatakan bahwa "kamu adalah anak yang paling tidak disayang" dan pernyataan Mama, "saya paling tidak cinta anak yang satu ini, tidak tahu mengapa dia bisa terlahir tidak sreg di hatiku" yang Anda dengar sendiri dari mulut Mama Anda telah melukai hati Anda. Mungkin Anda telah berusaha mengubur dalam-dalam rasa sakit hati itu dengan pemikiran bahwa meskipun Mama "tidak sayang" tetapi kenyataannya Mama masih berbuat baik dengan merawat Anda sehingga dewasa. Anda berusaha mengabaikan pernyataan "tidak sayang" itu karena mungkin Anda belum begitu mengerti maksudnya pernyataan itu.
Harus dipahami bahwa kewajiban orang tua adalah merawat, memberi nafkah, memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Setiap orang tua bisa dan harus melakukan semuanya itu. Tetapi masalahnya adalah bahwa orang tua bisa melakukan itu tanpa kasih sayang. Mereka melakukannya semata-mata karena tuntutan kewajiban. Padahal kebutuhan untuk pertumbuhan seorang anak bukan hanya hal-hal materi seperti itu. Kasih sayang merupakan kebutuhan penting yang tidak boleh diabaikan dan tidak bisa digantikan oleh semua kewajiban itu. Aktivitas merawat, memberi makan, memberi pakaian, menyekolahkan tidak dapat menggantikan sentuhan kasih sayang yang seharusnya diberikan.
Sebagai contoh, seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah kita. Dia bisa melakukan apa saja, mulai dari membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci baju, memasak dan menyiapkan makanan bagi tuan rumah. Apakah dia melakukan semua itu dengan "kasih sayang"? "Tidak". Dia melakukan semua itu karena dibayar dan baginya itu adalah suatu keharusan atau kewajiban. Demikian juga ada banyak orang tua yang karena situasi lingkungan, supaya jangan dikatakan sebagai orang tua yang tidak bertanggungjawab, mereka merawat dan membesarkan anak-anak mereka tanpa kasih sayang. Kami katakan demikian bukan berarti bahwa Mama Anda sudah separah itu. Mudah-mudahan Mama Anda tidak separah itu. Akan tetapi itu realitas yang terjadi, dimana perlakuannya kepada Anda telah menimbulkan kepahitan dan itu telah tersimpan lama.
Pengalaman "penolakan" Mama terhadap Anda telah menimbulkan "kepahitan" atau "luka batin". Luka batin adalah pengalaman psikologis yang tidak boleh disepelekan. Mengabaikan, membiarkan dan melupakan pengalaman terluka bukanlah tindakan yang baik, tetapi justru merupakan tindakan yang tidak sehat. Pengalaman Anda pada masa kecil bisa jadi akan terulang pada anak Anda. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa pengampunan adalah jalan satu-satunya untuk penyembuhan luka batin. Mengampuni Mama yang sudah "bersalah" merupakan proses yang panjang dan mungkin akan sangat menyakitkan ketika Anda akan mendengar pengakuan jujur mengapa Mama "membenci" Anda. Tetapi itu harus ditempuh demi kebaikan Anda sendiri. Apakah Anda mau mengampuni Mama Anda?
Jika "ya", kami memberikan pertimbangan beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk proses pengampunan itu. Pertama-tama Anda dapat menguji perasaan Anda terlebih dahulu dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam hati, "siapa orang yang saya ampuni", "apakah perlakuannya itu telah melampaui batas?", "mengapa saya harus mengampuni", "apakah ada imbalannya", "adilkah jika saya mengampuni padahal dia tidak pernah meminta maaf kepada saya"?
Langkah selanjutnya, Anda dapat menemui Mama Anda secara pribadi, tanyakan kepadanya mengapa Mama begitu "membenci" Anda pada waktu kanak-kanak. Coba dengarkan pengakuannya dengan hati dan mencoba belajar mengerti, kalau Mama Anda membenci Anda tentu bukan tanpa alasan. Coba dengarkan pengakuannya mengapa Mama bersikap "kurang sayang" kepada Anda, mungkin ia sedang merasa khawatir dan berbeban berat atau mungkin mengalami perlakuan kasar dari Papa Anda saat mengandung Anda atau Mama selalu dipersalahkan karena mengandung anak perempuan yaitu Anda, mengapa bukan anak laki-laki atau mungkin Mama Anda juga memunyai trauma masa kecil yang menyakitkan akibat perlakuan yang mirip.
Setelah itu cobalah membuka wawasan baru terhadap orang yang pernah menyakiti Anda. Ingat, orang yang telah menyakiti Anda adalah Mama Anda sendiri, dia manusia biasa, penuh kelemahan, penuh kekurangan. Dia membutuhkan bantuan, dukungan, hiburan dari Anda, terlebih di usianya yang sudah lanjut. Belajarlah mengasihi Mama Anda dengan kasih agape. Kasih agape adalah kebajikan dan kehendak baik yang tidak mengenal batas. Kasih yang hadir bukan semata-mata karena adanya perasaan mengasihi. Dengan kasih ini pula Tuhan Yesus menyuruh kita mengasihi musuh. Sekali lagi, pengampunan adalah satu-satunya langkah membebaskan Anda sendiri dari perasaan sakit hati itu. Sesungguhnya tindakan "mengampuni" lebih bermanfaat bagi diri Anda sendiri, dapat mengurangi kekhawatiran, depresi, stres kehidupan, kebencian, kemarahan, kedengkian, tindakan kekerasan, gangguan fisik akibat stres seperti pusing, sakit punggung, sulit tidur, sakit kepala, sakit perut, tingkat keparahan dari penyakit jantung atau kanker dan membebaskan Anda dari jerat rasa bersalah. "Mengampuni" justru meningkatkan harapan, harga diri dan kekuatan diri, menurunkan tekanan darah, memerbaiki hubungan yang retak, membuat tubuh terasa lebih sehat secara fisik dan lain-lain. Doa kami kiranya Tuhan menolong Anda memasuki proses mengampuni.
Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan. Doa dan harapan kami, Tuhan menolong Anda dengan kasih-Nya.
Salam : Didi DarsonoMELEPASKAN KENDALI!
Oleh: Ev. Grasia M.Tampubolon, M.Th. (konseling) *)
Dalam hidup ini, tidak jarang kita berusaha untuk menjalani hidup seperti yang kita inginkan. Kita memersiapkan segala sesuatu dengan baik, mulai dari perencanaan hidup sampai hal-hal yang menjadi target kita. Kita kemudian memikirkan langkah-langkah apa saja yang harus diambil dan dengan cara yang bagaimana untuk dapat mencapainya. Inilah bentuk cara kita dapat mengendalikan hidup kita. Hal ini memang sesuatu yang baik, sehingga ini dapat menolong kita untuk terus bergerak maju. Namun sisi lainnya terkadang yang tidak kita siapkan bahwa ada banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan. Ketika hidup mulai berjalan tidak seperti yang kita rencanakan dan harapkan, kita mulai frustrasi dan kecewa. Tidak jarang, kita juga menjadi pahit dengan hidup bahkan dengan Tuhan.
Kita lupa bahwa ada yang tidak dapat kita kendalikan, salah satunya yaitu kehilangan. Sementara itu kita akan selalu berhadapan dengan yang namanya "kehilangan". Kehilangan yang kita alami mulai dari hal-hal kecil seperti: kehilangan barang, kunci, buku dan lainnya, sampai dengan kehilangan yang besar, seperti: hewan peliharaan, rumah, kesehatan, ataupun orang yang kita kasihi. Persoalannya tidak ada seorang pun yang dapat terhindar dari hal ini. Sekalipun kita berusaha sedemikian rupa, namun selama hidup di dunia ini tidak ada satupun yang kekal.
Oleh karena itu, ini yang sering kali menjadi sumber masalah dalam kehidupan kita ketika kita berusaha menggenggam sesuatu yang di luar kendali kita. Kita berpikir hidup kita aman-aman saja (contoh: kita sehat, pekerjaan baik, keluarga baik, relasi baik, dan lain-lain) dan akan selamanya berlangsung demikian. Kita lupa bahwa hidup ini tidak akan selalu baik-baik saja. Ada masa di mana kita menangis, ada masa kita harus merelakan relasi kita, ada masa kita tidak dihargai, ada masa kita harus berpisah dengan orang yang kita kasihi. Ya, memang benar bahwa kita semua selalu berharap bahwa hidup kita akan selalu baik-baik saja, tapi kesadaran bahwa hidup ini tidak akan selalu berjalan seperti yang kita harapkan juga harus kita miliki.
Ketika kita berpikir bahwa dunia kita berjalan seperti yang kita harapkan akan membuat kita menggenggam sesuatu yang begitu rapuh dan tidak jarang kita akan menjadi frustrasi karenanya. Karena yang kita genggam adalah sesuatu yang di luar kontrol kita. Oleh karena itu belajar melepaskan sangatlah penting, walau ini tidak mudah tapi dalam hidup ini kita sebaiknya selalu belajar untuk melepaskan.
"Melepaskan kendali" di sini bukan dalam arti menyerah, tetapi mengizinkan kehilangan itu terjadi, mengizinkan hidup tidak berjalan seperti yang kita harapkan dan mengizinkan rasa tidak nyaman itu hadir dalam hidup kita. "Melepaskan kendali" juga dapat berarti merelakan sesuatu untuk lepas atau hilang dan mengizinkan Tuhan yang pegang kendali atas hidup kita. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Namun ketika kita dapat melepaskan kecenderungan kita untuk mengendalikan segala sesuatu, justru hal ini menolong kita dalam menghadapi persoalan yang sedang kita alami.
Ketika kita menggenggam sesuatu dengan kuat sebenarnya ini justru melukai kita semakin lebih lagi. Sebagai contoh: kita menggenggam luka kita di masa lalu. Kita masih terus marah dan pahit dengan apa yang kita alami dan orang yang melukai kita. Sebenarnya usaha ini bukan untuk kebaikan kita, tetapi justru ini membuat kita makin terluka. Oleh karena itu, Tuhan meminta kita untuk mengampuni setiap orang yang melukai kita. Pengampunan adalah satu usaha untuk melepaskan kemarahan dan keinginan untuk balas dendam. Tuhan Yesus meminta umat-Nya melakukan demikian selain karena kasih-Nya yang kita terima, juga karena ini untuk diri kita sendiri. Kita sering kali berpikir bahwa pengampunan ini memberi keuntungan bagi pelaku, tetapi sebenarnya pengampunan punya dampak positif bagi orang yang memberikannya.
Contoh lainnya: ketika kita kehilangan sesuatu yang kita harapkan. Kita mungkin merasa marah dan kecewa bahwa Tuhan tidak menjawab doa. Namun sebenarnya kemarahan kita justru membuat kita semakin sulit untuk maju. Kita tidak menyadari bahwa kita sangat terbatas dalam melihat dan memahami sesuatu peristiwa, sedangkan Tuhan memahami keseluruhan hidup kita. Maka kita perlu melepaskan kendali atas hidup kita dan mengizinkan hidup sesuatu dengan yang Tuhan kehendaki walaupun dalam menjalaninya tidak mudah. Ketika kita bisa melepaskan kendali kita, ini akan menolong kita melewati kesusahan hidup dengan lebih kuat.
"Melepaskan kendali" adalah satu bentuk contoh ketaatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kadang Tuhan memakai suatu peristiwa untuk kita melepaskan hal dunia dan kita menggenggam hal yang kekal. Tuhan mau kita sungguh hidup untuk hal kekal, bukan tentang dunia. Kristus mau kita sungguh percaya bahwa Ia memegang kendali atas hidup kita. Kristus mau kita percaya bahwa Ia mengizinkan sesuatu terjadi untuk kebaikan kita. Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Pertanyaan yang perlu kita renungkan: "Maukah kita melepaskan kendali kita dan percayakan Kristus yang memegang kendali hidup kita?"
*) Salah seorang konselor PKTK SidoarjoANDA MENGAWALI HARI INI DENGAN DOA?
Suatu pagi, aku bangun pagi-pagi dan bergegas menghadapi setumpuk pekerjaanku di kantor Banyak hal yang harus kuselesaikan Hingga waktu DOAKU kuabaikan Masalah datang beruntun-runtun kepadaku Setiap tugas terasa makin berat bagiku "Mengapa Tuhan tidak menolongku?" Aku bertanya dan DIA menjawab: "Anda tidak meminta!" Aku ingin melihat sukacita dan keindahan Tapi hari-hariku penuh setumpuk pekerjaan, kelabu dan suram Aku bertanya-tanya: "Mengapa Tuhan tidak menunjukkan kepadaku?" DIA berkata: "Tapi Anda bahkan tidak pernah mencari-Ku!" Aku mencoba untuk datang ke hadirat Tuhan Kucobai semua kunci dan persediaan Tuhan mencela dengan penuh kasih dan halus: "Anak-Ku, ketuklah pintu dahulu!" Pagi ini aku bangun pagi-pagi dan hening sejenak sebelum hari kumasuki Banyak hal yang harus kuselesaikan hingga aku harus mengambil waktu untuk BERDOA (Dikutip dari "Stories From Heaven")UCAPAN BAHAGIA
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerjaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu".
POKOK DOA (Januari 2025)
Satu bulan telah kita lewati di tahun 2025. Hari-hari terakhir dari bulan Januari 2025 kita mengalami cuaca ekstrem (hujan yang cukup lebat, angin kencang) bahkan di beberapa daerah terjadi banjir, longsor dan lain-lain. Kita tetap mengucap syukur karena kita berada dalam perlindungan-NYA. Beberapa doa syukur dan doa permohonan yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut :
- Bersyukur untuk rencana rekaman bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai narasumber dalam bulan Februari 2025.
- Doakan untuk rencana membuka stand di STT SAAT pada hari Sabtu, 8 Februari 2025 sehubungan dengan acara Konferensi Pemuridan Keluarga dengan tema "Reconnecting: Overcoming Family Disconnection", beserta para pembicara, peserta akan belajar memerkuat hubungan suami-istri, orang tua – anak, hingga membangun keluarga yang utuh dan penuh makna.
- Doakan untuk acara Ibadah Padang Keluarga Muda yang diadakan oleh GKJW Sidoarjo, pada hari Minggu, tanggal 16 Februari 2025 di Blessing Hills, Trawas. dengan pembicara Bp. Hendra Lim, M.Th., salah seorang dosen bidang konseling dari STT SAAT Malang.
- Doakan untuk Radio Suara Sion Perdana (RASSINDA) di Karanganyar, Solo yang memerlukan dana untuk penggantian antena radio, menjadi kebutuhan mendesak. Penggantian antena bertujuan meningkatkan jangkauan dan kualitas siaran sehingga lebih banyak jiwa dapat terjangkau.
- Doakan untuk kesehatan Pdt.Dr.J.H.Soplantila di usia 82 tahun sebagai penderita diabetes sejak tahun 1990 yang lalu, agar Tuhan memimpin dan memberikan jalan keluar terbaik bagi hamba-Nya ini. Demikian pula kita tetap mendukung kesehatan Pdt.Dr. Rahmiati Tanudjaja dan Bp. Heman Elia.
- Bersyukur untuk penyertaan Tuhan bagi Telaga Kehidupan dalam proses peningkatan layanan administrasi, sehingga beberapa perubahan boleh berjalan dengan baik dan lancar. Doakan hikmat Tuhan terus menuntun kami dalam melengkapi sistem dalam pelayanan ini.
- Bersyukur untuk tiga orang konselor dan 1 orang tim admin. yang Tuhan kirimkan untuk mendukung layanan Telaga Kehidupan.
- Doakan agar Tuhan terus bekerja dalam proses konseling bagi para klien. Para klien boleh diberkati melalui pelayanan ini dan pelayanan ini boleh dikenal dan memberkati semakin banyak jiwa.
- Doakan untuk Ibu Anita Sieria, koordinator Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo yang menempuh studi lanjut program Ph.D.in Clinical Christian Counseling di Filipina selama 2 bulan, dimulai pada bulan Februari 2025, supaya nama Tuhan boleh dimuliakan dan setiap ilmu yang didapat boleh dipakai untuk memberkati banyak orang.
- Bersyukur atas anugerah Tuhan yang membawa Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) Jember memasuki tahun 2025. Kami meletakkan pengharapan kami pada Tuhan Yesus Kristus yang memberkati setiap konselor dan seluruh anggota Tim Telaga Pengharapan untuk sehati sepikir melayani Tuhan.
- Bersyukur untuk pelayanan Sri Wahyuni, konselor Telaga Pengharapan dalam retreat siswa SMP Dian Harapan kelas 1 pada tanggal 16-17 Januari 2025 dengan topik "Living Our Unique Identity in Christ", Tuhan Yesus sudah menolong persiapan yang dilakukan oleh pembicara, tim guru dan Tuhan membentuk identitas diri siswa-siswi yang mengikuti retreat ini.
- Bersyukur Ruang Pojok Sharing Center (Lampung) bekerjasama dengan Telaga Pengharapan (Jember) mengadakan Instagram Live dengan topik "2025, Sehat Jiwa, Bahagia Hati" pada tanggal 17 Januari 2025 pk.19.00 WIB.
- Ruang Pojok Sharing Center bekerjasama dengan Telaga Pengharapan mengadakan Trauma Support Group pada tanggal 30 November 2024 – 20 Maret 2025 setiap hari Kamis pk.19.00 – 21.00 WIB (8x pertemuan) lewat zoom. Doakan untuk persiapan tim konselor dalam memersiapkan modul Support Group dan para peserta yang membutuhkan layanan ini.
- Telaga Pengharapan bekerjasama dengan Sukacita Counseling Center akan mengadakan Instagram Live dengan topik "Merawat Cinta dalam Pernikahan" pada tanggal 20 Februari 2025, pk.19.00 WIB.
Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang, yaitu :
Dari 006 untuk 6 bulan : Rp 1.250.000,-
Dari 011 untuk 4 bulan : Rp 600.000,-
DAFTAR REKAMAN TELAGA TAHUN 2024
T 601A Mengendalikan BerkatT 601B Gara-Gara Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga
T 602A Tiga Wajah Anak
T 602B Sewaktu Anak Memerlihatkan Karakter yang Buruk
T 603A Tetap Bahagia Setelah Pensiun
T 603B Apakah yang Dapat Orang Tua Lakukan untuk
Menjaga Kesehatan Mental Anak? (I + II)
T 604A Terluka, Mau Pulihkah? ( I )
Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya
T 604B Terluka, Mau Pulihkah? ( II )
Apa yang Dapat Dilakukan Supaya Pulih?
- 20 kali dibaca