PERUBAHAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN

PERUBAHAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN
Salah satu kesalahan yang kerap kita perbuat tatkala bergabung ke dalam sebuah organisasi adalah kita terlalu cepat mengadakan perubahan. Setidaknya ada dua alasan mengapa dorongan mengadakan perubahan kerap timbul pada saat awal kita bergabung:
- Pertama, kita cepat melihat "masalah" karena kita melihat dinamika organisasi itu dari luar ke dalam.
- Kedua, bisa jadi memang pengalaman yang pernah kita lalui telah mengajarkan kepada kita sesuatu yang berharga, yang sesungguhnya dibutuhkan oleh organisasi di mana kita berada.
- PERTAMA, KITA MESTI BERHATI-HATI DAN BERSIKAP BIJAKSANA, karena kendati mungkin saja pengamatan kita benar—bahwa memang ada masalah—KITA TIDAK MENGETAHUI KONDISINYA SECARA MENYELURUH. Keuntungan melihat masalah dari luar adalah kita bisa melihatnya secara obyektif namun kerugiannya adalah kita tidak bisa melihat masalah dari dalam—secara subyektif.
Sebagai contoh, mungkin kita menilai bahwa seorang pimpinan bersikap terlalu kaku dan tegas dalam menerapkan peraturan. Mungkin kita harus bertanya, apakah memang ini adalah bagian dari sifatnya ataukah ia hanya bersikap seperti ini dalam konteks bekerja. Mungkin kita pun mesti menyelidiki lebih lanjut, apakah memang cara yang lebih lunak pernah diterapkan dan apakah hasilnya? Kadang orang memang lebih tanggap terhadap penerapan aturan yang tegas dan kurang siap serta kurang bertanggungjawab terhadap kepemimpinan yang lunak. Singkat kata, sebelum mengadakan perubahan, pelajari terlebih dahulu kondisi di mana kita berada. - KEDUA, KITA MESTI MENYADARI BAHWA KADANG KETIDAKSEMPURNAAN LEBIH BAIK DARIPADA USAHA UNTUK MENYEMPURNAKANNYA.
Salah satu alasan mengapa Tuhan harus menempatkan Musa di gurun Midian, jauh dari hiruk pikuk kegemilangan istana Mesir, adalah supaya Musa belajar rendah hati dan lebih bergantung pada Tuhan ketimbang kekuatan sendiri. Singkat kata, jika Tuhan membiarkan Musa mengadakan perubahan—melepaskan Israel dari perbudakan—40 tahun lebih awal, dapat dipastikan hasilnya akan jauh lebih buruk. Saat itu Musa belum siap untuk menjadi pemimpin yang baik. Jadi, di mana pun kita berada, sebelum menyuarakan perubahan, kita selalu harus memikirkan apakah memang ada alternatif lain yang lebih baik. - KETIGA, KITA HARUS MENYADARI BAHWA PERUBAHAN YANG PERMANEN MEMERLUKAN BUKAN SAJA PEMIMPIN DAN SISTEM YANG BAIK, TETAPI JUGA ORANG YANG DAPAT MENDUKUNG PERUBAHAN ITU.
Kembali kepada Musa, jika saja Musa mengadakan perubahan 40 tahun lebih awal, itu berarti ia akan harus berhadapan dengan Firaun yang adalah salah satu paman angkatnya. Kita tahu bahwa ia diadopsi menjadi putra salah seorang putri Firaun, jadi, pada masa kecilnya, Firaun yang memerintah adalah kakeknya. Itu berarti setelah ia dewasa, Firaun yang memerintah adalah salah seorang paman atau mungkin salah seorang sepupunya. Singkat kata, satu generasi mesti lewat terlebih dahulu sebelum Tuhan mengadakan perubahan—mengeluarkan Israel dari Mesir.
Di dalam Lukas 5:37-39, "Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru kedalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik". Tuhan Yesus memberikan perumpamaan kantong kulit untuk menyimpan anggur. Setelah dipakai untuk waktu yang lama kantong kulit akan menjadi kering dan kaku. Itu sebabnya sewaktu anggur baru dituangkan ke dalamnya, sering kali kantong kulit itu pecah. Tuhan Yesus mengerti betapa sulit mengubah sebuah sistem yang telah berakar, itu sebabnya Ia tidak berusaha masuk menjadi bagian dari komunitas rohaniwan. Sebaliknya, ia memilih 12 murid yang bukan berasal dari kelompok rohaniwan. Ia memilih kantong baru dan menyiapkannya selama 3 tahun.
Ringkasan T364B
Oleh: Pdt.Dr.Paul Gunadi
Simak judul-judul sekitar "PENDIDIKAN" lainnya
di www.telaga.org
Saya seorang pendeta yang sedang menghadapi seseorang yang sudah beberapa kali terjerumus dalam masalah utang uang; terakhir uangnya sangat besar sekitar Rp 200 jutaan lebih dan telah merepotkan keluarganya. Untuk yang terakhir ini, keluarganya sudah angkat tangan (tidak mau mengangsur atau membayar utang tersebut). Pada saat saya datangi ke rumahnya, dia sepertinya tidak merasa bersalah dan cenderung berbohong. Pertanyaannya, apakah dia terkena gangguan ‘shopaholik’(kecanduan berbelanja) atau gangguan kejiwaan ? Bagaimana cara menanganinya?
Baiklah kami akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan. Berutang adalah masalah yang wajar. Siapa pun kita dalam keadaan terjepit bisa berutang. Hampir setiap orang pernah berutang, baik dalam bentuk barang maupun uang. Akan tetapi berutang bisa menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, apalagi kalau orang yang berutang itu selalu dibiarkan tidak bertanggungjawab atau setiap kali berutang, ada orang lain atau anggota keluarga yang membayarkan utang tersebut. Sikap keluarga yang demikian justru menjerumuskan yang bersangkutan dan semakin menumbuhkan kebiasaannya berutang.
Untuk menangani kasus seperti ini, dapat diambil langkah berikut ini:
Pertama, coba selidiki sudah seberapa sering ia berutang dan apa yang terjadi setiap kali berutang? Apakah ia selalu bertanggungjawab atas utang-utangnya atau ada orang lain atau keluarga yang membantu? Selanjutnya kita dapat menyampaikan kepada masyarakat agar jangan memberikan utang terhadap orang ini. Menutupi kasus ini adalah sikap yang kurang bijaksana, apalagi memindahkannya ke lingkungan yang baru, sebab di lingkungan yang baru ia akan mengulangi perbuatan yang sama.
Kedua, meminta orang yang berutang itu untuk bertanggungjawab dengan membayar utang-utangnya dengan cara apa pun. Tujuannya supaya ia merasa bahwa membayar utang itu sangat menyakitkan, sehingga menjadi jera untuk berbuat lagi.
Ketiga, mengkonsultasikannya kepada psikiater agar jika diperlukan dapat diberikan terapi atau pengobatan untuk menyembuhkan kebiasaan kompulsifnya.
Demikian saran yang dapat kami berikan, doa kami menyertai pelayanan Bapak Yerete.
Salam : Pdt. Didi DarsonoSelama praktik menjadi konselor saya bertemu dengan orang-orang yang terluka. Tentu tidak ada orang yang hidup tanpa pernah terluka, namun saya mendapati orang-orang pemberani-lah yang sampai di ruang konseling saya. Mereka berani menempuh jalan yang panjang dan tidak mudah untuk memulai perjalanan menuju pemulihan.
Tidak mudah menengok kembali luka, namun keberanian menengok kembali luka itu menjadi titik awal perjalanan menuju pemulihan. Ada beberapa hal yang saya amati untuk menolong seseorang menuju pulih, di antaranya adalah tiga hal berikut ini:
- Menengok luka bukan untuk menetap dan tenggelam di sana, melainkan untuk perlahan menerima dan melepaskannya.
Terkadang tanpa sadar kita menggenggam luka yang kita kenal, sebab luka itu telah menemani perjalanan kita. Misalnya saja seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) – baik antar orang tua atau ia sendiri juga mengalaminya dari orang tua. Alih-alih memilih pasangan yang mengasihi dan merawatnya dengan lembut, kadang ia justru memilih seseorang yang akan melakukan hal yang sama sebagaimana ia saksikan dalam keluarga asalnya, sebab relasi seperti itulah yang telah ia kenal. Rupanya lebih sulit memasuki pola relasi baru yang belum pernah dikenalnya daripada mengulang pola yang telah dikenalnya. Karena itu untuk menuju pemulihan, ia perlu menengok kembali lukanya dan menerima itu sebagai bagian dari perjalanan hidupnya kemudian rela melepaskannya dan mencoba pola relasi yang sehat meski itu asing baginya. Mari memeriksa adakah yang perlu kita terima dan kita lepas dari hidup kita? - Berani meminta tolong – berarti juga berani mengakui bahwa ada sesuatu yang tidak dapat kita tangani sendiri.
Beberapa orang tidak meminta tolong meski memerlukannya, sebab ia tidak menyadari bahwa sebenarnya ia memerlukan pertolongan. Ibarat seorang yang sedang sakit kanker, tetapi tidak menyadari adanya kanker di sana maka ia tidak meminta pertolongan. Ada juga orang-orang yang sebenarnya mulai merasa ada yang perlu dipulihkan dalam diri mereka, namun mereka berkata, "nanti juga sembuh sendiri tidak usah dipikirkan". Beberapa orang bahkan berkata, "aku tidak apa-apa" ketika orang-orang di sekitarnya berpendapat berbeda. Tetapi di fase mana pun kita, tidak ada salahnya mencari tahu dan memberanikan diri untuk masuk dalam perjalanan mengenal diri. Sering kali dalam perjalanan mengenal diri ini, kita memerlukan orang lain untuk menolong kita bercermin dan melihat diri serta menyediakan tempat aman untuk kita bertumbuh dari titik di mana kita berada. Tidak perlu berkecil hati bila kita mendapati ada luka dalam diri, sebab itu adalah satu kesempatan menuju pemulihan dan pertumbuhan - Memiliki teman seperjalanan.
Di dalam keseharian dan di dalam ruang konseling saya mendapati bahwa salah satu faktor yang sangat bersumbangsih dalam pemulihan seseorang adalah adanya teman seperjalanan. Teman seperjalanan kadang adalah seseorang yang pernah mengalami hal yang serupa dengan yang kita alami, terkadang seseorang yang sedang sama-sama mengalami hal yang serupa. Tetapi terutama adalah seseorang yang menyediakan hati dan telinganya untuk mendengar beban hati kita dan menerima kita apa adanya – namun tidak membiarkan kita seadanya. Seorang teman yang merayakan keberhasilan dan pertumbuhan terkecil yang ia saksikan dalam hidup kita dan membersamai kita di kala kita berada dalam lembah yang gelap – ketidakpastian, kebingungan, bahkan rasa hampa dan hilang pengharapan. Helen Keller pernah berkata, "Walking with a friend in the dark is better than walking alone in the light" (Terjemahan: Lebih baik bersama seorang teman di dalam kegelapan dari pada sendirian di tempat yang terang). Kita dapat melibatkan seorang teman perjalanan dengan mulai terbuka mengenai pergumulan kita kepada seseorang yang dapat kita percayai.
Perjalanan menuju pemulihan tidak pernah mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil untuk dilalui. Ambil satu langkah untuk semakin bertumbuh menuju jalan yang Tuhan rancangkan. Memberanikan diri bukan berarti tak pernah ragu atau takut, namun di tengah keraguan dan ketakutan, kita tetap memberanikan diri untuk melangkah ke sana.
Tema Nasional: "Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat"
Tema Bidang Kesehatan "Merawat Lansia, Merawat Bangsa"
Sejarah Hari Lanjut Usia Nasional dimulai dari peran Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat, seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia, yaitu ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1945.
Untuk menghormati dan mengapresiasi peran serta kontribusi para lanjut usia, terutama dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa, pemerintah Indonesia secara resmi mencanangkan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) pertama kali oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang. Sejak itu, tanggal 29 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional.
Peringatan HLUN bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran lanjut usia dalam pembangunan negara, serta memberikan penghormatan dan penghargaan kepada mereka.
Selain itu, HLUN juga bertujuan untuk mendorong upaya-upaya yang lebih nyata dalam meningkatkan kesejahteraan para lanjut usia di Indonesia.
LATAR BELAKANGIndonesia telah memasuki era penduduk tua ("Ageing Population") sejak tahun 2021, dengan proporsi penduduk lansia yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 12% atau 29 juta penduduk Indonesia merupakan lansia, dan persentase ini diprediksi akan meningkat hingga 20% pada tahun 2045 (BPS 2024).
Tantangan yang dihadapi lansia di Indonesia cukup signifikan, terutama terkait dengan kemandirian dan kesehatan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi tingkat ketergantungan pada penduduk umur = 60 tahun menunjukkan bahwa 95% lanjut usia mandiri; 2,1% dengan ketergantungan ringan dan 2,9% mengalami ketergantungan sedang hingga total dan memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
Selain itu, SKI 2023 juga mencatat peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di kalangan lansia, seperti hipertensi, diabetes dan stroke, yang dapat memengaruhi tingkat kemandirian mereka, sehingga diperlukan upaya preventif dan promotif untuk menjaga kesehatan lansia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dalam menghadapi tantangan ini, Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam menjaga kesehatan lansia, serta meningkatkan ketersediaan perawatan jangka panjang dan dukungan sosial bagi lansia. Peringatan Hari Kesehatan Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Indonesia jatuh setiap tanggal 29 Mei, hal ini merupakan momentum penting bagi masyarakat untuk merefleksikan pentingnya menghargai, menghormati dan merawat lansia.
Peringatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap lansia. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan terintegrasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Oleh karena itu, rangkaian kegiatan HLUN ke-29 tahun 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit tidak menular pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Gerakan ini tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017, menekankan pentingnya kolaborasi antar kementerian, lembaga dan seluruh ‘stakeholder’(kelompok yang memiliki kepentingan).
Dengan dukungan dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah terhadap lansia, sehingga mereka dapat menikmati masa tua yang bahagia dan sejahtera. Sehubungan dengan hal tersebut Implementasi GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dapat dilakukan dengan dukungan dalam pelaksanaan Hari Lanjut Usia Nasional.
Tahun 2025 sudah lima bulan kita lewati. Secara khusus dalam bulan Mei 2025 kita bersyukur untuk HUT LBKK yang ke-35 pada tanggal 2 Mei 2025 (Hari Pendidikan Nasional). Dalam bulan Mei 2025 kita juga memeringati Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei), Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga (29 Mei) dan Hari Lansia Nasional (29 Mei). Menurut penjelasan BMKG, kita juga memasuki musim kemarau basah. Di bawah ini ada beberapa pokok doa syukur dan juga doa permohonan sebagai berikut:
- Bersyukur pembuatan transkrip dari T604 dengan judul "Terluka, Mau Pulihkah?" sudah selesai. Doakan agar rekaman dalam tahun 2024 dapat dikirim ke YLSA (Yayasan Lembaga SABDA) dan ke beberapa radio dalam bulan Juni 2025.
- Doakan untuk rencana rekaman pertama pada tahun 2025 dengan Bp. Pdt.Dr. Paul Gunadi sebagai narasumber, yaitu pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2025.
- Doakan untuk Radio Swaranusa Anugerah AM di Jayapura, menurut informasi dari Sdri. Atha hanya memutar lagu-lagu saja karena belum ada program.
- Tetap doakan untuk pemerintah Indonesia, presiden dan seluruh jajarannya dalam mengelola dan memimpin agar sungguh-sungguh bisa menangani berbagai hal di berbagai pulau dan provinsi di seluruh Indonesia.
- Berdoa untuk setiap klien yang dilayani oleh Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo, kiranya Tuhan terus menuntun dan menolong mereka dalam setiap hal yang mereka sedang gumulkan.
- Berdoa untuk para konselor dan tim Telaga Kehidupan supaya bersatu hati melayani para klien yang Tuhan percayakan dengan sepenuh hati dan sukacita.
- Doakan untuk "fellowship" dan pelatihan untuk konselor yang akan dilakukan pada bulan Juni 2025 ini
- Doakan untuk setiap proses konseling, baik secara ‘online’ maupun ‘onsite’, agar supaya melalui layanan ini semakin banyak orang yang diberkati.
- Bersyukur atas penyertaan Tuhan kepada Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) Jember, kiranya setiap pelayanan yang dilakukan menjadi saluran kasih dan pemulihan dari Tuhan untuk banyak jiwa.
- Telaga Pengharapan bekerjasama denan Ruang Pojok Sharing Center mengadakan Instagram Live pada tanggal 30 Mei 2025 pk.19.00 WIB dengan topik "It’s OK to Cry".
- Doakan untuk Ev. Sri Wahyuni yang diundang oleh Komunitas Circles Indonesia untuk mengisi pelayanan Firman di Persekutuan Doa Circles pada tanggal 8 Juni 2025 dengan topik "Merawat Kesehatan Mental di Tengah Pelayanan".
- Doakan juga untuk Ev. Sri Wahyuni yang diundang oleh GKT Jember untuk mengisi pelayanan Firman di Persekutuan Pemuda Remaja pada tanggal 21 Juni 2025 dengan topik "Pulih dari Luka Batin".
- Doakan untuk rencana penyusunan Modul Konseling Awam, biarlah Tuhan menolong rencana penyusunan ini dengan memberi hikmat dan akal sehat.
- Doakan untuk tim konselor yang melayani di Telaga Pengharapan agar Tuhan memberikan hikmat dan kemampuan dalam pendampingan bagi klien-klien.
Bersyukur untuk donasi yang diterima dari:
011 untuk 4 bulan (Mei s.d. Agustus 2025) sejumlah Rp 600.000,-
- 39 kali dibaca