Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Apa Yang Tuhan Lakukan Tatkala Hal Baik Berubah Buruk". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kita semua tentu berharap bahwa apa yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita itu biar tetap menjadi bagian kita, jangan tiba-tiba hilang atau tiba-tiba pergi atau tiba-tiba menjadi buruk. Tetapi memang faktanya seperti yang menjadi tema pembicaraan ini bahwa sesuatu yang baik itu adakalanya juga bisa berubah menjadi buruk. Kira-kira topik ini mau kita sikapi dari sisi yang mana, Pak Paul?
PG : Begini, Pak Gunawan. Salah satu hal yang akan terjadi dalam hidup mengikut Tuhan adalah kita akan menerima berkat atau pemberian dari Tuhan. Sesuatu yang kita dambakan akhirnya terjadi atau menjadi milik kita. Nah, jika berkat yang diharapkan membuat kita bahagia apalagi berkat yang tidak diduga ya. Berkat seperti itu pastilah membuat kita makin bersyukur kepada Tuhan. Namun kadang berkat atau hal yang baik yang Tuhan berikan kepada kita secara tiba-tiba berubah menjadi buruk. Sesuatu terjadi dan mengubah segalanya. Tidak bisa tidak, kita bertanya mengapakah Tuhan memberikan sesuatu yang baik untuk kemudian mengubahnya atau setidaknya membiarkannya berubah menjadi buruk ? Bukankah lebih baik tidak memberikan apa-apa sama sekali daripada memberikan sesuatu yang baik kemudian mengubahnya menjadi buruk ? Nah, untuk mendapatkan jawabannya dan juga memetik beberapa hal yang dapat kita pelajari, kita akan melihat sebuah kisah nyata yang dicatat di 2 Raja-Raja 4:8-37.
GS : Iya. Sebelum kita membaca atau mendengarkan kisahnya, terkesan dan memang ada orang yang pernah menyampaikan pada saya, "Tuhan itu mempermainkan saya." Dia merasa kecewa pada Tuhan karena merasa sesuatu yang sudah diberikan kemudian tiba-tiba itu diambil oleh Tuhan. Begitu kesan dia, ‘diambil oleh Tuhan’. Memang hal ini rupanya ada sesuatu contoh yang konkret di dalam Alkitab ya ? Bagaimana mengenai 2 Raja-Raja 4 itu tadi ?
PG : Dikisahkan bahwa di Kota Sunem ada sepasang suami istri yang membuka pintu rumahnya untuk pelayanan Nabi Elisa. Bukan saja mereka mengundang Nabi Elisa untuk makan, mereka pun menyediakan kamar untuk dia beristirahat. Suatu hari Nabi Elisa memanggil si istri dan memberitahukannya bahwa dia akan menggendong seorang anak laki-laki. Sudah tentu berita ini mengejutkan sekaligus menggembirakannya sebab selama ini dia belum dikaruniakan anak. Tahun berikutnya si istri melahirkan anak laki-laki tepat seperti yang disampaikan Nabi Elisa. Setelah anak itu besar, suatu hari secara tiba-tiba dia mengeluh kepalanya sakit dan dalam waktu singkat anak itu meninggal dunia di pangkuan ibunya. Si ibu kemudian membawa anak itu ke tempat tidur dimana Nabi Elisa biasa tidur disana. Setelah itu dia pun langsung pergi menemui Nabi Elisa di Gunung Karmel. Begitu berjumpa dengan Nabi Elisa, wanita itu berkata, "Adakah kuminta seorang anak laki-laki dari tuanku ? Bukankah telah kukatakan jangan aku diberi harapan kosong." Nah, dari perkataan si wanita kita bisa mengerti betapa terlukanya dia sebab dia tidak pernah minta anak justru Tuhan memberikan anak. Tidak terduga ya hadiah dari Tuhan. Tapi sekarang anak itu diambil dengan begitu saja. Jadi, sama seperti tadi yang Pak Gunawan katakan tentang perkataan orang yang Pak Gunawan kenal, sepertinya Tuhan mempermainkan. Tapi apa yang dilakukan oleh Elisa setelah dia tahu apa yang terjadi, dia langsung berangkat ya. Setibanya di rumah wanita itu, Elisa pun berdoa lalu membaringkan dirinya di atas anak itu untuk memanaskan tubuh anak itu. Dia mengulangnya sekali lagi dan tiba-tiba anak itu bersin sampai tujuh kali lalu membuka matanya dan Nabi Elisa memanggil ibunya dan menyerahkan anak itu kepadanya. Melihat anaknya bangkit, si ibu pun tersungkur di depan Nabi Elisa. Jadi, kita mau menarik beberapa pelajaran dari kisah nyata yang memang memedihkan hati ini, Pak Gunawan.
GS : Iya. Ini masih happy ending, anaknya masih hidup kembali. Orang yang saya sampaikan tadi itu memang seorang yang cukup setia dan berbakti kepada Tuhan. Lama tidak punya anak, dia berdoa supaya istrinya hamil dan istrinya pun hamil. Sampai kehamilan 7 bulan mengalami pendarahan. Dia minta tolong, "Tuhan, jangan ambil anak ini. Masih kecil." Dokter berkata ini bisa ditolong tapi kemungkinan cacat. Jadi pergumulan lagi, Pak Paul anak pertama yang didambakan lahir cacat. Ternyata lahir sehat. Mereka memuji Tuhan, mereka senang sekali dengan anak ini. Tapi belum berusia satu tahun, anak ini sakit dan akhirnya meninggal dunia. Itu sangat memukul ayah dan ibunya yang tadi mengatakan, "Tuhan itu seolah-olah mempermainkan kami." Lama diminta akhirnya diberikan tapi terjadi pendarahan itu membuat hidup mereka tegang. Lolos dari itu, lahir, akhirnya meninggal, Pak Paul. Ini memang perlu kita pelajari, apa sebenarnya yang bisa kita petik dari kisah Elisa dan Ibu ini tadi, Pak Paul?
PG : Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik, Pak Gunawan. Pertama, sekali lagi kita diingatkan bahwa kemalangan dapat menimpa siapa saja, termasuk orang yang baik dan mengasihi Tuhan. Perempuan yang baik itu tidak memunyai anak dan besar kemungkinan karena suaminya sudah tua. Kendati Alkitab tidak memberi kita informasi apa-apa tentang latar belakangnya, kita dapat menduga bahwa alasan mengapa dia perempuan muda menikah dengan laki-laki yang tua adalah karena faktor ekonomi. Dia orang yang tidak punya. Ini kemalangan pertama. Kemalangan kedua adalah setelah menikah berapa lama dia tidak dikaruniai anak. Berbeda dengan kita yang hidup di masa sekarang, pada masa itu seorang yang tidak dikaruniai anak bukan saja dianggap sebagai orang yang tidak diberkati, dia pun dianggap sebagai orang yang dihukum Tuhan. Bukan saja si ibu ini kesepian tanpa anak, dia pun sedih karena menerima cibiran masyarakat. Jadi, kita melihat dua kemalangan menimpa seorang wanita yang mengasihi Tuhan dan hamba-Nya. Jadi, pelajaran pertama yang telah kita petik adalah ya ternyata kemalangan bisa menimpa bukan saja orang yang baik, tapi juga orang yang mengasihi Tuhan.
GS : Iya. Lalu yang menjadi pertanyaan, termasuk oleh orang yang saya kenal itu, apa bedanya kalau kita katakan semua bisa dialami baik orang yang mengasihi Tuhan atau tidak, lalu apa bedanya ? Perlindungan Tuhan ini apa bedanya? Bagaimana menanggapinya, Pak Paul ?
PG : Kadang kita memang memunyai anggapan bahwa kalau kita mengikut Tuhan, maka Tuhan akan membuat hidup kita lancar, tidak akan pernah mengalami musibah. Tapi Tuhan tidak pernah menjanjikan itu sama sekali, Pak Gunawan. Tuhan memanggil kita datang kepada-Nya untuk menerima keselamatan dari-Nya. Ada satu hal yang sangat penting, yaitu keselamatan dan itu yang Tuhan tawarkan kepada kita. Itu yang Tuhan janjikan kalau kita menerima keselamatan itu, Ia akan mengampuni dosa kita dan Ia akan membawa kita pulang ke rumah-Nya yang kekal di surga kelak. Itu yang Tuhan janjikan. Memang Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang berbeda dari orang lain atau hidup yang lebih nyaman daripada orang lain.
GS : Betul sekali, Pak Paul. Pada kondisi seperti itu, orang jarang memikirkan keselamatan yang sudah dia peroleh bahwa itu sesuatu yang lebih besar dari segalanya.
PG : Betul.
GS : Pelajaran yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah berusahalah selalu untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kita lihat disini, di tengah kemalangan, wanita ini tetap berbelaskasihan dan berusaha berbuat sesuatu. Wanita yang tidak kita ketahui namanya ini tidak menenggelamkan diri di dalam kemalangannya. Dia tidak berubah menjadi seseorang yang mementingkan diri serta menuntut orang untuk memerhatikan dan mengasihaninya. Tidak. Sebaliknya dia tetap melihat kepentingan dan kebutuhan orang. Firman Tuhan memberitahukan bahwa dialah yang berinisiatif mengundang Nabi Elisa untuk singgah di rumahnya. Dia mengerti pastilah Nabi Elisa letih dan lapar, itu sebab dia membuka pintu rumahnya. Sewaktu dia melihat Nabi Elisa tidak memunyai tempat berteduh, dia pun berinisitif membangunkan kamar untuknya. Dia tahu bahwa dia berada di posisi dimana dia dapat menolong Nabi Elisa. Jadi, tanpa ragu dia langsung menolong. Demikian pula dengan Nabi Elisa, dia berterima kasih atas kebaikan perempuan itu dan dia pun berupaya untuk berbuat sesuatu baginya. Nabi Elisa berdoa dan meminta Tuhan mengaruniakan anak bagi perempuan itu. Jadi, disini kita melihat, masing-masing berusaha berbuat sesuatu untuk orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kita pun mesti melakukan hal yang sama. Apapun kondisi kita, berusahalah berbuat sesuatu bagi sesama. Jangan tenggelam di dalam kepentingan diri. Tengoklah sekeliling, perhatikanlah kebutuhan sesama. Ktia mesti ingat bahwa Tuhan memakai orang yang melihat sekeliling, bukan orang yang hanya melihat ke dalam diri sendiri.
GS : Iya. Hal itu yang dilakukan oleh wanita ini tadi sebelum dia memunyai anak dan sakit, Pak Paul. Tapi setelah tahu anaknya sakit dan kemudian meninggal, apakah dia masih bisa melakukan hal yang sama, Paul ?
PG : Memang tidak ada kesempatan itu karena langsung begitu anaknya meninggal dia mendatangi Nabi Elisa dan meminta Nabi Elisa datang ya. Tapi saya percaya bahwa sebagai manusia dia akan harus melewati masa terpukul dulu. Kalau misalkan anak itu tidak dibangkitkan, dia akan terpukul. Makanya, pertama kali melihat Nabi Elisa yang dikatakannya adalah kenapa Engkau memberikan kepadaku anak hanya untuk mengambilnya lagi. Itulah teriakan dia kepada Tuhan. Jadi, saya kira dia akan terpukul, mungkin untuk sementara dia akan merasa pahit kepada Tuhan. Tapi kalau melihat dia secara utuh, sebelum-sebelumnya meskipun dia itu tidak dikaruniai anak, suaminya sudah tua, dan bersar kemungkinan dari latar belakang ekonomi yang tidak kuat, tapi kenapa dia tetap memperhatikan orang. Jadi, saya yakin setelah dia melewati masa sedih dan terpukul itu dia akan bangkit kembali dan tetap akan melayani Tuhan seperti biasa.
GS : Jadi, perlu dilatih dalam diri seseorang itu sebelum ada peristiwa yang tidak mengenakkan ini. Artinya kita harus selalu siap sedia untuk memerhatikan orang lain daripada terus menerus memerhatikan diri kita sendiri.
PG : Saya kira kita bisa melihat di dunia ini ada dua jenis orang, Pak Gunawan. Ada orang yang tidak bisa kena masalah sedikit pun sudah langsung marah kepada Tuhan, pahit kepada Tuhan dan kemudian menggunakan alasan itu untuk meninggalkan Tuhan. Tapi ada orang-orang yang dari kecil, dari hal-hal yang tidak begitu besar diterimanya dengan apa adanya, karena tahu percaya Tuhan itu tidak akan berbuat jahat kepadanya meskipun dia harus mengalami mungkin kerugian, kehilangan, tapi tetap dia akan percaya Tuhan itu tidak akan meninggalkannya. Sehingga nantinya kalaupun hal yang besar menimpanya, dia tetap akan setia kepada Tuhan.
GS : Iya. Selain hal itu apakah ada pelajaran yang lain, Pak Paul ?
PG : Pelajaran ketiga yang bisa kita petik adalah berkat - baik itu dalam bentuk materi, kesehatan, atau orang – bersifat sementara. Harta dapat habis, rumah dapat lapuk, kesehatan dapat menurun dan orang dapat berubah. Tidak ada berkat jasmaniah yang kekal. Semua sementara dan dapat berubah. Jadi, jangan sampai kita melupakan hal ini. Jangan sampai kita memperlakukan berkat materi sebagai sesuatu yang permanen. Jangan terkejut kalau berkat materi akhirnya pudar atau berubah. Ini bisa kita lihat contohnya yang jelas adalah dalam pernikahan. Berapa banyak orang berkata pada hari pernikahan ‘Engkau adalah berkat buat saya’. Tapi kemudian orang itu berubah. Yang tadinya dianggap berkat akhirnya malah dianggap sebagai beban. Kenapa ? Sebab memang orang bisa berubah. Jadi, tidak ada satu pun berkat materi di dunia ini yang permanen.
GS : Tapi memang kita seringkali terpikat pada berkatnya daripada pada sumber berkatnya itu sendiri. Bagaimana meyakinkan diri kita sendiri pertama-tama dan juga kepada orang lain, bahwa sumber berkat itu jauh lebih penting daripada berkatnya itu sendiri.
PG : Memang ini diperlukan kedewasaan rohani, Pak Gunawan. Pada akhirnya kalau kita terus bertumbuh dalam Tuhan, kita akan mengatakan bahwa terpenting bukanlah berkat apa yang Tuhan berikan kepada saya. Terpenting adalah Tuhan bersama saya. Terpenting adalah Tuhan mencintai saya. Sehingga kita akan berkata itu terlebih dari segala-galanya. Sebetulnya ini bukan sesuatu yang terlalu aneh, Pak Gunawan. Kita yang sudah menikah begitu lama, kita akan berkata, "Yah, tidak penting lagi penampilan fisiknya, kondisi kesehatannya, kondisi keuangannya. Tidak penting. Yang penting saya bisa bersama dia, melihat dia, saya bisa mencintai dan dicintai olehnya. Itu yang paling penting." Nah, sama dengan Tuhan juga begitu, Pak Gunawan.
GS : Jadi ini membutuhkan proses pengenalan dan proses hubungan pribadi yang makin lama makin bertumbuh ya.
PG : Betul.
GS : Adakah pelajaran yang lain ?
PG : Yang keempat adalah berkat hanyalah sarana bukan tujuan akhir dari pekerjaan dan rencana Tuhan. Lewat doa Nabi Elisa, perempuan itu mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Dia menerima berkat Tuhan. Namun itu bukanlah tujuan akhir Tuhan. Ia mengaruniakan anak kepada perempuan itu karena Ia memunyai rencana. Anak itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya. Itu sebab Tuhan menetapkan anak itu untuk sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tapi sebagaimana kita lihat kematiannya sementara. Tuhan berkenan membangkitkannya melalui doa hamba-Nya, Nabi Elisa. Lewat peristiwa ini kita belajar bahwa berkat dan kebaikan Tuhan adalah bagian dari pekerjaan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya. Bukan perhentian atau terminal akhir dari pekerjaan dan rencana Tuhan. Pada akhirnya pekerjaan dan rencana Tuhan membawa kemuliaan bagi Tuhan sebagaimana dapat kita lihat pada kisah ini. Perempuan itu bersujud, dia bersyukur atas kemurahan Tuhan dan dia melihat kuasa dan kemuliaan Tuhan. Nah, mungkin Tuhan pernah memberikan berkat dan kebaikan-Nya kepada kita. Sudah tentu kita senang dan bersyukur. Mungkin itu harta, mungkin itu pekerjaan, mungkin itu istri, suami atau anak, namun kesenangan kita tidak berlangsung selamanya. Pada suatu saat semua berubah. Yang manis berubah menjadi pahit. Di saat seperti itulah kita diingatkan bahwa berkat dan kebaikan Tuhan adalah sarana untuk menggenapi rencana Tuhan. Jadi, tatkala Tuhan melimpahkan berkat dan kebaikan-Nya kepada kita, terimalah dan bersyukurlah. Namun jangan genggam erat-erat apapun yang Tuhan berikan kepada kita. Ingatkan diri bahwa semua adalah sarana belaka bukan tujuan akhir. Tuhan akan menggunakan apapun yang diberikan-Nya kepada kita untuk menggenapi rencana-Nya. Dan camkanlah tatkala berkat berubah menjadi beban, sewaktu yang manis berubah menjadi pahit, itu tidak berarti Tuhan marah dan memalingkan wajah-Nya. Tuhan tengah merangkai karya-Nya dan sesuai dengan rencana-Nya Ia harus melakukan perubahan. Hidup kita pun berubah dari nyaman menjadi tidak nyaman. Tapi sekali lagi ingatlah itu tidak berarti Tuhan telah memalingkan wajah-Nya.
GS : Iya. Pak Paul, berarti selama kita masih hidup, apapun yang terjadi di dalam hidup kita, itu bukan akhir dari proses Tuhan membentuk kita tetapi masih merupakan bagian dan akan terjadi proses-proses yang lain yang ada di hadapan kita.
PG : Betul.
GS : Masalahnya adalah kadang-kadang kita tidak bisa melihat dengan jelas apa tujuan itu, Pak Paul.
PG : Betul.
GS : Padahal tadi Pak Paul katakan ada tujuan akhir yang Tuhan rencanakan buat kita. Ini yang tidak bisa kita lihat, Pak Paul.
PG : Kadang kita bisa melihatnya tapi kadang juga tidak. Saya langsung teringat seseorang yang bisa melihatnya adalah Pdt. Greg Laurey. Pendeta di sebuah gereja di Amerika Serikat. Beliau mempunyai dua putera. Putera pertama setelah remaja pemuda meninggalkan Tuhan. Sampai orangtua terus harus sedih dan berdoa baginya, nah suatu hari si anak kembali kepada Tuhan. Melayani bersama papanya. Yang pertama kembali kepada Tuhan, (anak) yang kedua mulai bermasalah di usia remaja. Memakai narkoba. Si kakak yang sudah bertobat sering mencoba mengingatkan si adik. Si adik tetap saja tidak mau dengar. Akhirnya suatu hari si kakak berkata, "Apa yang perlu atau harus terjadi supaya kamu sadar dan kembali kepada Tuhan ?" Adiknya diam saja mendengar itu. Adiknya pergi ke sekolah di siang hari tiba-tiba teman ayahnya datang ke sekolah menyuruh dia pulang. Dia tanya ada apa, teman ayahnya hanya berkata, "Pulang saja. Lihat saja." Begitu pulang, dia masuk ke dalam rumah, dia melihat papanya ada di lantai dan sedang menangis. Kakaknya mati dalam kecelakaan mobil." Nah, gara-gara itu si adik bertobat. Jadi, apa jawaban dari pertanyaan kakaknya, "Apa yang harus terjadi supaya kamu kembali kepada Tuhan ?" yang harus terjadi adalah si kakak itu harus mati. Nah, kesaksian ini diberikan oleh anak itu, Pak Gunawan. Saya dengar di radio. Jadi, ada kalanya kita bisa melihat tujuan-Nya. Untuk keselamatan, Tuhan itu akan melakukan apa saja karena dia sangat peduli kepada jiwa manusia. Jangan sampai binasa. Jadi, kalau pun – omong kasarnya – gara-gara Ia ingin memberikan keselamatan, Ia harus melindas kanan kiri, Ia akan lakukan itu. Sebab keselamatan manusia, bagi Dia terpenting. Buat apa hidup senang, semua baik, tapi jiwanya tidak Tuhan selamatkan. Jadi, Tuhan memang akan sangat jelas berkata, "Prioritasnya adalah keselamatan manusia."
GS : Iya, tapi bukankah dalam iman kita percaya bahwa tidak semua orang akan menjalani hal itu. Karena toh pada akhirnya tidak semua orang beroleh keselamatan?
PG : Betul. Tapi itu tidak berarti Tuhan tidak mencoba ya. Tidak berarti Tuhan tidak berusaha memberikan keselamatan itu kepada manusia. Memang ada yang menerima, ada yang menolaknya.
GS : Pak Paul, sehubungan dengan ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Mazmur 4:7-8 mengingatkan, "Banyak orang berkata: siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita? Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan. Engkau telah memberikan sukacita kepadaku lebih banyak daripada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur." Jadi dari Mazmur ini kita belajar bahwa yang membuat si Pemazmur itu bersukacita bukan gandum dan anggur tetapi wajah Tuhan. Biarlah wajah Tuhan menjadi sumber sukacita kita, bukan kelimpahan gandum dan anggur.
GS : Malah biasanya kelimpahan ini yang seringkali menutupi wajah Tuhan karena kita terpukau dengan gandum dan anggur itu tadi, Pak Paul.
PG : Betul.
GS : Jadi, tujuan akhirnya adalah keselamatan dan keselamatan itu adalah dimana seseorang melihat wajah Tuhan secara langsung.
PG : Betul.
GS : Iya. Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Apa Yang Tuhan Lakukan Tatkala Hal Baik Berubah Buruk". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.