Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu, kali ini tentang "Proses Berpacaran" bagian yang kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pada kesempatan yang lalu kita sudah mulai membicarakan tentang proses berpacaran dan kita akan melanjutkan perbincangan itu pada kesempatan kali ini, namun agar para pendengar kita memunyai gambaran yang lebih lengkap atau mengingat apa yang kita sudah perbincangkan mungkin Pak Paul secara ringkas bisa menyampaikan hal-hal apa yang sudah kita perbincangkan pada kesempatan yang lalu ?
PG : Pada dasarnya kita membicarakan tentang pentingnya mengenal makna atau tujuan dari berpacaran karena berpacaran adalah bagian integral dalam persiapan pernikahan. Jadi kita harus menjalani prosesnya dengan benar, kemudian saya juga mengungkapkan bahwa sebaiknya kita ini memulai dengan lingkup pertemanan yang luas. Jadi kita harus mencari teman dahulu sebelum mencari teman hidup, jangan langsung fokus pada mencari teman hidup, dari teman-teman yang banyak itu kemudian kita akan memfokuskan bersahabat dengan sekelompok teman-teman. Sudah tentu kalau kita bersahabat dengan beberapa teman kita itu berarti kita memunyai kesamaan-kesamaan, misalnya kesamaan minat dan nanti dari situ kita mulai mengamati tiga hal yaitu kerohaniannya, apakah dia sesama orang beriman dalam Tuhan, apakah dia orang yang mencintai Yesus dalam hidupnya, apakah dia orang yang memang menunjukkan minat untuk mendalami dan mengenal Kristus dengan lebih pribadi. Kita mau benar-benar melihat orang yang bukan saja berbicara atau mengutip firman Tuhan, tapi orang yang sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Kemudian juga kita amati karakternya, apakah orang ini sungguh-sungguh baik, saya definisikan baik adalah orang yang murah hati, orang yang suka memberi, orang yang siap mengalah, orang yang siap mengedepankan orang lain, orang yang siap menolong, orang yang siap untuk mengampuni. Itulah yang saya kategorikan dengan baik atau murah hati. Yang ketiga adalah kita mau melihat karier atau tujuan hidupnya, apakah sama dengan tujuan hidup kita. Misalkan dia orang yang mementingkan karier, uang, orang yang ingin berhasil maka dia akan mengorbankan segalanya guna mencapai tujuannya itu apakah sama dengan tujuan hidup kita, itu yang perlu nanti kita cocokkan. Kalau kita melihat ketiganya maka kita bisa berkata, "Inilah yang saya inginkan dan sama dengan kita" maka kita dekati orang itu dan kita langsung katakan, "Kita punya minat terhadapnya dan kita mau mengajaknya berdoa" mendoakan akan kesiapan menjalani masa berpacaran dengan kita. Setelah dia berdoa misalkan selama 2 minggu atau sebulan, kita kembali lagi dan kita bertanya, "Apakah dia juga mendapatkan konfirmasi yang sama dan memunyai keinginan juga untuk memunyai relasi berpacaran" kalau dia berkata "Ya" maka kita mulai masa berpacaran itu.
GS : Sekarang kalau kita sudah memasuki proses yang namanya berpacaran, artinya sudah disampaikan dan sudah diterima, maka apa yang mesti diperhatikan pada masa-masa berpacaran ini, Pak Paul ?
PG : Ada cukup banyak yang bisa kita angkat, yang pertama adalah kita harus menjaga batas fisik. Kenapa ? Bukan saja kalau kita tidak menjaga batas fisik kita bisa berdosa dalam pengertian kita bisa berzinah, namun yang lainnya juga adalah keintiman fisik seringkali merusak proses pengintiman emosional yang seyogianya berkembang secara alamiah. Karena kita akhirnya terlalu dekat dalam hubungan secara fisik, memuaskan nafsu dan sebagainya, akhirnya hal yang penting yang harus dibahas atau diperhatikan dalam proses berpacaran kita abaikan, sebab kepuasan nafsu saja yang ada sehingga masalah-masalah yang timbul tidak kita selesaikan dan kita diamkan, itu yang bahaya. Kalau masa berpacaran itu ditandai dengan hubungan seksual atau tidak ada lagi batas fisiknya maka setelah menikah karena sudah bisa mendapatkan semuanya tiba-tiba kehilangan cinta, kehilangan segalanya yang tadinya ada, sebab sebetulnya tidak ada, karena yang mendominasi adalah daya tarik fisik saja. Jadi penting sekali dalam masa berpacaran kita menjaga batas fisik.
GS : Memang di sini ada banyak pendapat, sampai sejauh mana kita boleh melakukan sentuhan atau kontak fisik dengan pacar kita itu. Apa pendapat Pak Paul tentang hal ini ?
PG : Sedapat-dapatnya jangan sampai mencium karena begitu kita mulai mencium-cium, pada akhirnya susah sekali untuk mengerem kelanjutannya setelah itu. Kalau kita mau mengecup dahi atau pipinya itu lain perkara, tapi kalau kita mulai mencium bibir maka pada akhirnya akan sangat sulit untuk menjaga batas. Jadi biasanya untuk lebih aman saya anjurkan jangan sampai berciuman di bibir.
GS : Selain menjaga batas fisik, apalagi Pak Paul ?
PG : Jaga batas waktu, dalam masa berpacaran kita harus menyeimbangkan waktu bersamanya dengan waktu bersama keluarga, teman-teman lain dan tugas-tugas lainnya. Jadi jangan sampai kita ini terlalu eksklusif sampai-sampai tidak ada waktu lagi untuk orang lain, ini tidak sehat. Sebab kita mau masa berpacaran kita menjadi masa dimana kita juga bisa berbagi hidup dengan orang-orang lain, sehingga kita ini berdua tetap menjadi bagian dari kelompok kita, diterima, dijadikan bagian dari mereka, bergaul dengan teman-teman yang lain karena nanti setelah menikah pun, kita mau memertahankan jaringan pertemanan ini. Kita tidak akan mengurung diri di rumah berduaan saja, kita nanti akan tetap bersahabat dengan teman-teman kita, keluarga kita dan sebagainya. Jadi dari awal masa berpacaran kita harus memberi waktu untuk pacar kita tapi juga jangan sampai eksklusif.
GS : Di dalam memberi waktu dengan pacar kita, kita mau tidak mau suatu saat pasti berhadapan dengan orang tuanya atau keluarganya. Ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Itu adalah kesempatan yang baik dimana kita bisa berkenalan dengan keluarga pasangan kita dan mereka pun bisa mengenal kita, akhirnya bisa terjalin sebuah relasi dengan mereka pula, sehingga kita tidak hanya mengenal anaknya tapi juga mengenal orang tuanya, kakaknya, adiknya dan mungkin juga sanak-saudaranya yang lain. Karena pada akhirnya kita akan menjadi bagian dari hidup mereka. Ini juga berguna bagi kita lebih mengenal pasangan kita, karena semakin kita mengenal keluarganya dan keluarga besarnya, maka kita juga akan lebih mengenal pasangan kita pula.
GS : Hal-hal apa yang bisa kita kenali lewat hubungannya dengan keluarganya ?
PG : Misalnya kita mau melihat apakah ada kepedulian, apakah ada masalah di dalam relasi dengan orang tua, apakah ada pemberontakan ? Ini hal-hal yang penting yang kita mau lihat, sebab jiwa pemberontak biasanya akan menyulitkan seseorang untuk tunduk kepada sesama dan kalau misalkan dia memunyai banyak kemarahan kepada keluarganya maka itu akan dia bawa ke dalam pernikahannya nanti. Kalau dia tidak ingin memunyai hubungan dengan orang tuanya maka kita juga mau tahu kenapa bisa sampai tidak ada hubungan dengan orang tuanya. Jadi ini semua mau kita perhatikan, sebab sekali lagi semua ini akan masuk ke dalam pernikahan kita, kita suka atau tidak suka ini akan menjadi bagian hidup kita. Maka sudah tentu kita harus mengenalnya dan harus siap menghadapinya dan kalau di saat ini kita merasa tidak sanggup, terlalu banyak masalah yang dia akan bawa ke dalam pernikahan dan saya bukan orang yang bisa menghadapi. Berarti kita harus katakan apa adanya dan tidak meneruskannya daripada kita membutakan mata "pasti bisa dan pasti bisa", tapi ternyata setelah menikah tidak bisa karena tidak bisa menghadapi apa yang dibawanya ke dalam pernikahan.
GS : Berarti kita juga harus memberi kesempatan kepada pacar kita itu untuk datang ke keluarga kita, begitu Pak Paul ?
PG : Setuju sekali. Itu adalah salah satu hal yang penting, kita membawanya ke keluarga kita dan kita juga membawanya kepada orang-orang lain yang kita kenal sehingga dia makin hari makin mengenal siapakah kita lewat orang-orang yang kita kenal juga.
GS : Yang lain yang perlu diperhatikan apa, Pak Paul ?
PG : Dalam masa berpacaran kita harus terbuka dan jangan ragu mengungkapkan pemikiran pribadi. Kenapa ? Makin terbuka maka makin terlihat perbedaan dan makin tersedia kesempatan untuk menyelaraskannya. Kadang ada orang yang takut memunculkan pemikirannya sendiri karena takut nanti tidak cocok, nanti ditinggalkan pacarnya, ini keliru. Justru dengan dia membuka diri, memang muncul perbedaan itu, tapi bukankah ini menjadi kesempatan untuk dapat menyelaraskannya. Jadi dengan kata lain, tabunglah masa-masa berpacaran ini sehingga masalah-masalah bisa mulai diselesaikan sejak dari masa berpacaran, perbedaan bisa mulai diselaraskan sejak mulai berpacaran. Barangsiapa terlalu takut terbuka karena takut kehilangan pasangan, saya bisa katakan itu pertanda dia memang orang yang kurang dewasa sehingga sangat ketakutan kehilangan pasangannya.
GS : Rasanya bukan hanya kita harus berani mengungkapkan pola pikir atau cara berpikir kita, tetapi bagaimana kita mengungkapkan emosi kita atau dia mengungkapkan emosi dia terhadap kita.
PG : Tepat sekali. Terutama emosi marah. Jadi perhatikanlah reaksinya tatkala dia marah atau berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Saya mau memberi peringatan jangan remehkan ledakan emosi, apalagi yang melibatkan kekerasan fisik. Berkali-kali saya bertemu dengan pasangan yang terlibat dalam kekerasan fisik. Waktu saya tanya, biasanya kepada si istri, "Sejak kapan suamimu memukulimu ?" hampir semua berkata, "Sejak masih berpacaran", rupanya sudah mulai, tapi memang tidak seburuk sesudah menikah. Tapi ledakan-ledakan emosi itu sudah ada dan sudah pernah terjadi, calon pasangan atau suami sebelum menikah sudah pernah memukul si istri atau pernah menamparnya atau mendorongnya. Jangan remehkan, sebab orang yang pada masa berpacaran memunyai ledakan emosi yang begitu keras, berarti dia punya masalah tersembunyi yang belum selesai dan dia akan membawanya ke dalam pernikahan dan tinggal tunggu waktu, bom itu akan meledak, siapa yang nanti akan terkena serpihan bomnya ? Tentu saja kita yang menikah dengan dia.
GS : Seringkali orang berharap bahwa nanti kalau sudah menikah sifatnya itu akan berubah dan nyatanya tidak.
PG : Ini yang seringkali dikatakan oleh para korban, saya berpikir tidak apa-apa nanti dia juga akan berubah, siapa yang tidak punya masalah ? Pasti semua punya masalah dan akhirnya menoleransi padahalnya setelah menikah marahnya itu semakin menjadi-jadi.
GS : Apakah hanya reaksi marah yang perlu kita perhatikan dari emosi ini ?
PG : Yang lain adalah kecewa. Jadi kita harus perhatikan reaksi pasangan kita tatkala kecewa, apakah dia dapat menghadapi realitas apa adanya ataukah dia menyalahkan orang lain tatkala kecewa dan berapa cepatnya dia sembuh dari kekecewaan. Jadi dari sini kita mau melihat apakah dia seorang yang bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Kalau orang yang kecewa menyalahkan kanan dan kiri, berarti dia tidak bertanggungjawab atas hidupnya dan itu berarti dia akan menuntut kita nantinya setelah menikah untuk bertanggungjawab atas hidupnya. Sehingga kalau ada apa-apa yang tidak cocok, yang tidak sesuai selera atau yang dianggapnya keliru atau salah, kita yang kena batunya sebab dia mengharapkan kita yang selalu harus mengetahui dan tidak boleh sedikitpun membuat dia kecewa. Kita mau bertanya seberapa cepatnya dia sembuh dari kekecewaan. Ada orang yang kalau kecewa bisa berhari-hari dan berminggu-minggu tidak bisa lepas dari kekecewaan sebab dia tidak bisa menghadapinya keluar dari kekecewaan dan melihat sesuatu yang positif yang bisa dilakukannya. Jadi dalam masa berpacaran kita juga mau memerhatikan aspek perasaan kecewa ini.
GS : Jadi ini sangat erat kaitannya dengan kita memerhatikan bagaimana caranya dia menyelesaikan suatu masalah yang dia hadapi.
PG : Tepat sekali. Semakin dia tidak bisa membereskan masalah, biasanya orang ini akan terus berlarut-larut dalam kekecewaannya.
GS : Dan sebagai pacar mestinya kita membiarkan dia untuk memecahkan masalahnya sendiri terlebih dahulu.
PG : Kalau pun kita mau membantu ya silakan, namun jangan sampai mengambil alih yaitu selalu membereskan masalahnya untuk dia, akhirnya dia tidak akan pernah bisa untuk membereskannya sendiri.
GS : Dan warna aslinya juga tidak kelihatan, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Kalau kita selalu membereskan, maka warna aslinya tidak akan pernah terlihat.
GS : Mungkin ada hal lain yang perlu kita perhatikan, Pak Paul, pada masa berpacaran ini ?
PG : Berikut adalah perhatikan bagaimana dia memerlakukan sesama yang tidak penting atau yang lebih rendah darinya, kenapa ? Sebab sikap tidak menghargai sesama yang tidak setara atau berguna baginya menandakan nilai hidup yang berorientasi pada fungsi, berarti bila kita tidak memberinya manfaat maka dia pun tidak akan menghargai kita. Jadi dari sini kita memang bisa melihat nilai-nilai hidupnya. Ada orang yang seperti itu, dengan orang yang berada di atas dia manis luar biasa, menurut apapun dikerjakannya sebelum disuruh dia sudah kerjakan dulu dengan yang di atasnya, dengan yang sesamanya dia pilih-pilih, "Kalau yang berguna bagi dia maka dia akan dekat-dekat, kalau yang tidak berguna bagi dia maka dia akan tinggalkan", tapi dengan orang yang lebih rendah dia tidak akan pandang mata dan sebagainya. Kalau dia seperti itu maka kita jelas bahwa memang nilai hidupnya berdasarkan pada fungsi "gunanya apa?" kalau tidak ada gunanya maka lebih baik tidak. Kalau ini yang terjadi maka akan sangat repot kalau kita menikah dengan dia, kita harus terus menerus berfungsi seperti yang diinginkannya, kalau kita tidak lagi menelurkan "telur emas" maka kepala kita dipotong. Jadi harus benar-benar berhati-hati dengan orang yang seperti ini.
GS : Ini hanya lewat pertanyaan-pertanyaan atau lewat kenyataan hidup kita bisa melihatnya ?
PG : Kita bisa melihat dari interaksinya, misalnya dari hal-hal kecil. Bagaimanakah dia memerlakukan pelayan, misalkan dia sedang makan dan ada pelayan yang menyuguhkan makanan bagaimana dia memperlakukan pelayan. Bagaimana dia memerlakukan pembantu rumah tangganya, apakah dia memanggilnya dengan kata-kata yang sopan atau dia memerintah seenaknya, atau apakah dia akan berterima kasih kepada orang yang di bawahnya, ataukah dia beranggapan bahwa sudah seharusnya kamu berbuat ini dan saya tidak harus berterima kasih. Dan kita mau membandingkan dengan sikapnya kepada orang yang di atasnya, kalau terlalu manis terlalu menjilat berarti memang betul dugaan kita bahwa dia berorientasi pada fungsi atau kegunaan, kalau tidak ada gunanya maka dia tidak akan memandang lagi, berarti nanti kita akan bernasib sama kalau kita tidak berguna lagi.
GS : Hal lain yang perlu diperhatikan lagi apa, Pak Paul ?
PG : Perhatikanlah bagaimana dia memandang dan memerlakukan keluarga kita. Jadi maksudnya kita adalah bagian keluarga asal kita, jadi bila pasangan kita tidak dapat menerima keluarga kita, maka ini akan menjadi duri dalam pernikahan. Jadi bila dia tidak bisa menerima keluarga asal kita, itu pun berarti belum sepenuhnya menerima diri kita. Memang mungkin keluarga kita ada masalah dan sebagainya, orang tua kita begini dan begitu, kurang sopan kalau berbicara suaranya terlalu keras, egois dan sebagainya, tapi mereka juga adalah keluarga kita. Berarti kalau tidak bisa menghormati nanti akan menjadi duri dan kita tidak bisa menyangkal juga mungkin ada beberapa sifat dari orang tua kita yang ada pada diri kita pula. Jadi dia juga harus belajar menerima keluarga kita apa adanya.
GS : Tapi hal itu sulit untuk dipaksakan, kalau memang keluarga kita banyak kekurangannya maka itu harus kita akui juga.
PG : Tepat sekali. Jadi kita akui apa adanya dan kalau memang kita melihat ini banyak sekali masalahnya dengan keluarga kita dan kita mau menjaga jarak, silakan. Saya tidak selalu meminta agar kita selalu dekat dan bersedia diperlakukan seperti apapun oleh keluarga kita, kadang-kadang itu justru tidak bijaksana. Jadi kita juga harus terbuka apa adanya seperti apa keluarga kita dan kalau memang perlu jaga jarak maka kita jaga jarak, tapi jangan sampai kurang ajar dan jangan sampai menghina-hina keluarga kita.
GS : Bagaimana dengan teman-teman kita yang selama ini begitu akrab dengan kita, Pak Paul ?
PG : Jadi sama. Kita mau mengajak dia bergaul dengan teman-teman kita, sebab pilihan kita akan teman sedikit banyak mencerminkan siapa kita. Jadi kalau kita tidak bisa menerima jenis teman yang kita miliki, maka besar kemungkinan dia pun sukar menerima diri kita. Jadi dia tidak bisa berkata, "Saya mau kamu tapi saya tidak mau teman-teman kamu bergaul dengan kamu lagi" tidak bisa ! Jadi dari dua belah pihak harus ada saling menerima teman-teman, kecuali memang kita akui teman kita yang satu ini tidak benar atau jahat, tapi kalau tidak maka jangan sampai sepertinya mau memotong hubungan kita dengan teman-teman, itu tidak baik.
GS : Berarti harus berani memberikan kebebasan atau ruang bagi kita untuk kita tetap bersahabat dengan teman-teman kita yang lama.
PG : Betul. Jadi tidak bisa langsung pacar kita memotong relasi kita dengan teman-teman begitu saja.
GS : Apakah penting memerhatikan penampilan fisik dari pacar itu ?
PG : Penting. Meskipun ini bukan yang terpenting, tapi ini penting. Jadi kita mau bertanya apakah kita tertarik kepadanya secara fisik pula dan apakah kita bangga terhadapnya. Jadi intinya adalah kita harus menanyakan pada diri kita, "Bersedia atau tidak kita mengajaknya di setiap lingkup lapisan pergaulan kita". Ada orang yang tidak bisa mengajak pasangannya ke tempat yang lebih tinggi atau lebih elite dan sebagainya, karena dia takut pacarnya nanti tidak nyaman dan dia juga tidak nyaman. Berarti ada sesuatu. Jadi kalau kita mau memilih pasangan, pilihlah yang kita merasa nyaman membawa dia ke segenap lapisan dan lingkup kehidupan sosial kita dan kita berani serta bangga menghadirkan dia. Kalau kita sudah mulai mengkotak-kotakkan di sini boleh, di sini jangan berarti memang kita tidak begitu bersedia menerima sepenuhnya secara fisik.
GS : Mungkin di sini faktor kesepadanan itu penting, baik di dalam pendidikan lalu latar belakang sosial dan sebagainya.
PG : Betul. Jadi jangan sampai kita bersama dengan orang yang kita akui sebetulnya saya malu berjalan dengan dia, lebih baik jangan meneruskan kalau kita merasa seperti itu.
GS : Ternyata cukup banyak hal yang perlu kita perhatikan pada masa berpacaran. Hal-hal yang lain yang perlu dipikirkan lagi apa, Pak Paul ?
PG : Setelah kita menjalani masa berpacaran, kita harus mencari konfirmasi dalam masa berpacaran ini. Sedikit-dikitnya ada tiga, kita harus terus berdoa dan berdoa bersama minta konfirmasi dari Tuhan dan salah satu konfirmasi dari Tuhan adalah keberhasilan kita menyelaraskan perbedaan. Saya mau tekankan ini yaitu modal keselarasan, kita punya kesamaan dalam memulai relasi itu tidak sama dengan keberhasilan menyelaraskan diri. Yang terpenting bukan berapa banyak kesamaan waktu kita memulai relasi, tapi berapa banyak perbedaan yang berhasil diselaraskan. Karena kalau kita punya modal banyak kesamaan, tapi kita tidak bisa belajar menyelaraskan perbedaan maka akan sia-sia karena pasti setelah menikah kita akan menemukan perbedaan dan kalau kita tidak pernah belajar bagaimana menyelaraskannya, maka akan susah. Jadi yang pertama konfirmasinya adalah itu, kalau ini adalah relasi yang Tuhan inginkan dan Tuhan berkati, maka kita harus melihat apakah kita berhasil menyelaraskan perbedaan. Yang kedua adalah penilaian positif terhadap relasi kita, baik dari keluarga maupun teman dekat, mereka mengenal diri kita dan dapat melihat kita berdua dari sudut yang berbeda. Jadi dengarkan tanggapan mereka dan jangan tutup telinga dan berkata, "Semua orang salah, saya benar tidak ada yang mengerti saya hanya saya dan pacar saya yang mengerti satu sama lain". Jangan seperti itu tapi terbuka dan dengarkanlah masukan dari keluarga dan teman dekat. Dan yang terakhir adalah pertumbuhan relasi itu sendiri, ini konfirmasi yang penting. Pernikahan itu didirikan di atas tiga dasar; percaya, respek dan cinta. Ketiganya harus mengalami pertumbuhan dalam masa berpacaran dan bukan kemerosotan. Bukan makin lama berpacaran makin tidak percaya, tidak respek, semakin tidak cinta berarti kalau itu yang terjadi maka ini bukan pasangan untuk kita.
GS : Pak Paul, tadi katakan bahwa pernikahan itu didirikan atas tiga dasar yaitu percaya, respek dan cinta. Bagaimana pernikahan itu dibangun ?
PG : Pernikahan ini dibangun di atas tiga pasangan tiang, yang pertama adalah doa dan firman Tuhan. Jadi kita mau benar-benar membangun relasi di dalam doa dan firman Tuhan, baca firman, berdoalah terus. Dan kedua, ibadah dan persekutuan, jadi beribadahlah bersama, bersekutulah bersama. Ini yang menjadi tiang dalam keluarga kita dan yang terakhir tiang pelayanan dan persembahan apakah kita mau terlibat di dalam pelayanan, apakah bersama-sama kita juga mau memberikan persembahan kepada Tuhan, ini adalah tiang-tiang yang membangun keluarga. Jadi kalau dalam keluarga kita ada doa dan firman Tuhan, ada ibadah dan persekutuan, ada pelayanan dan persembahan maka saya yakin keluarga kita itu akan bertumbuh dengan sehat.
GS : Jadi dengan kata lain, kalau kita memang dari awalnya sudah tidak seiman maka akan sulit membangun proses berpacaran, apalagi pernikahan ?
PG : Tepat sekali. Jadi kalau kita mau menuruti jalan Tuhan maka kita harus menaati kehendak-Nya, yaitu menikah dengan yang seiman dengan kita.
GS : Di dalam hal berpacaran selanjutnya kalau memang sudah sepakat dan kita sudah melakukan konfirmasi maka tahap yang selanjutnya adalah tahap menuju pernikahan karena semuanya sudah terkonfirmasi dengan baik. Bagaimana kita bisa memutuskan inilah saatnya untuk kita secara serius berkata, "Kita akan menikah" ?
PG : Saya kira kalau kita bisa ingat yang terakhir adalah kalau memang ini dari Tuhan dan Tuhan sudah konfirmasikan, dan percaya kita bertumbuh, respek kita bertumbuh, cinta kita bertumbuh sudah tentu dengan catatan dia adalah seorang yang sama-sama beriman dalam Tuhan dan dia memunyai karakter yang baik dan dia juga memunyai tujuan hidup yang sama dengan kita. Kalau pada ujungnya kita melihat respek bertumbuh, percaya bertumbuh, cinta bertumbuh, maka yakinlah bahwa Tuhan memberkati relasi kita ini dan silakan melangkah maju.
GS : Ada orang yang selalu ragu-ragu untuk memutuskan menikah sehingga pasangannya merasa tidak ada kepastian dari orang ini karena dia tidak berani mengambil keputusan untuk menikah, jadi selalu berkata, "Nanti dulu, ini belum jelas" tapi orang tidak bisa dibegitukan terus, baik dia maupun keluarganya.
PG : Betul. Jadi kalau orang itu terus berkata seperti itu berarti dia memang belum siap untuk hidup dalam pernikahan. Dia mungkin memang mencintai kita, tapi dia mungkin belum siap hidup dalam pernikahan dengan kita. Jadi itu menjadi sesuatu yang dia harus gumulkan dan kalau dia belum siap, maka kita harus berpisah dengan dia.
GS : Pak Paul, sebelum kita mengakhiri perbincangan ini, mungkin ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Amsal 12:11 berkata, "Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi". Jadi kita dalam masa berpacaran harus menunaikan tugas kita, kita harus mengerjakan PR kita, PR yang telah kita singgung tadi. Saya percaya kalau kita sudah melakukan tugas berpacaran kita dengan sebaik-baiknya maka ini akan menjadi investasi yang sangat penting dalam hidup pernikahan kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini tentu akan menjadi manfaat bagi para pendengar kita. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Proses Berpacaran" bagian yang kedua dan terakhir. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
Dating Insight
Min, 13/04/2014 - 9:02pm
Link permanen
Link untuk pembahasan Christian Dating