Terluka, Mau Pulihkah? Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T604A
Nara Sumber: 
pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 
Pengalaman masa lalu membuat orang terluka, tanda-tandanya ada yang marah, tersinggung, tubuh menjadi obesitas, pengalaman traumatis, kekerasan fisik, emosi, penelantaran.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan
Saya ingin membagi bagian ini menjadi dua bagian:
  1. Mengenal diri sendiri atau orang lain yang terluka batinnya.
  2. Apa yang dapat dilakukan supaya dapat pulih?

Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya

Dalam dunia yang tidak sempurna ini, merupakan bagian kehidupan kalau ada orang yang merasa tidak senang hati terhadap perlakuan atau perkataan orang lain. Dengan kata lain, pengalaman yang dialami dirinya sendiri atau keluarganya atau orang dekatnya dapat menyebabkan hatinya terluka. Ada orang yang melukai orang lain dengan sengaja karena orang itu mementingkan dirinya sendiri, atau keluarganya sendiri, apa pun bentuknya. Ada orang yang secara tidak sengaja melukai orang lain. Namun, sangat sayang sekali ada orang yang tidak mengerti mengapa dirinya bertindak atau mengatakan seperti itu, yang menyebabkan orang lain di sekitarnya tidak nyaman, bahkan terluka. Perlu bagi kita untuk mengenal diri kita sendiri, bahkan orang lain yang terluka batinnya, supaya kita dapat dibantu dan membantu orang lain sehingga dapat pulih. Kita tahu semua orang sifatnya tidak sama. Ada orang yang cenderung memiliki sifat yang positif, tetapi ada juga orang yang cenderung memiliki sifat yang negatif. Setiap orang juga memunyai pandangan yang tidak sama. Ada yang pandangannya cenderung positif, namun ada orang yang pandangannya cenderung negatif. Sifat-sifat yang negatif dan pandangannya yang negatif tentunya tidak sehat dan dapat melukai diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Ternyata gejala-gejala negatif itu dapat merupakan dampak dari pengalaman yang terluka sebelumnya. Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang membingungkan bagi Anda? Anda tidak mengerti apa yang terjadi. Namun orang itu bawaannya sedikit-sedikit tersinggung, bahkan sedikit-sedikit dapat marah besar. Hal itu membingungkan orang-orang terdekat di sekelilingnya, bahkan dirinya sendiri. Misalnya, seorang Bapak dua anak tidak mengerti mengapa dia sering marah kepada istri dan kedua anaknya, padahal dia sangat mencintai mereka. Bapak itu mengatakan sering kali tanpa sebab-penyebab yang jelas, dia dapat tiba-tiba seperti gunung meletus, marah sekali terhadap istri dan anak-anaknya. Hal itu tidak dapat diprediksi kapan terjadinya sehingga istri dan anak-anaknya tidak tahan dengan perlakuannya seperti itu. Bapak itu bertindak seperti itu hanya di rumahnya saja, tidak di tempat kerja atau di tempat lainnya. Sewaktu bermain dengan anak-anaknya, tiba-tiba bapak itu dapat marah sekali. Atau sepulang kerja dia bermaksud mau membantu istrinya di dapur karena dia sangat mengasihi istrinya yang juga sudah lelah bekerja seharian. Tetapi dia dapat tiba-tiba marah besar sehingga istri dan anak-anaknya sangat terluka dan ketakutan. Ternyata bapak pemarah itu mengalami suatu peristiwa yang sangat menyakiti hatinya dan sangat memengaruhi kehidupannya. Papa & Mamanya memutuskan untuk bercerai sewaktu dia berusia 10 tahun. Kedua orang tuanya dengan tanpa pamit kepadanya, seorang anak tunggal, pergi meninggalkannya begitu saja. Suatu hari sepulang sekolah, pamannya menjemputnya dan mengatakan Papa Mamanya tadi pagi pergi meninggalkan rumah karena mereka memutuskan untuk bercerai. Dan sejak hari itu, anak itu tidak dapat pulang ke rumahnya lagi, tetapi pulang ke rumah pamannya dan tinggal bersama keluarga pamannya. Perubahan yang sangat dahsyat, tanpa dipersiapkan dahulu atau dibicarakan dahulu, membuatnya sangat terluka. Tanpa dia sadari, tindakan Papa Mamanya yang pergi tanpa mengatakan "good-bye" dan menceritakan sebab kepergian mereka, membuatnya sangat sakit hati. Dia merasa ditelantarkan, tidak "diorangkan," tidak diperhatikan, tidak dianggap sebagai anak karena kedua orang tuanya pergi begitu saja. Hal itu membuatnya sangat marah sekali. Bagaimana mungkin orang-orang yang sangat dia cintai dan mengatakan mencintainya bisa berbuat seperti itu kepadanya? Tetapi celakanya tanpa dia sadari bapak itu melampiaskan kemarahan terhadap Papa Mamanya yang sudah sekian lama tidak berada di sampingnya, kepada orang-orang yang sangat dia cintai, yaitu istri dan anak-anaknya. Namun, dia tidak sadar akan hal itu sampai dia mau menghadapi kemarahannya itu bersama seorang konselor. Lain halnya dengan seorang istri yang sering kali marah dengan semua orang, termasuk suaminya sendiri, orang-orang di tempat dia bekerja, di sekeliling rumahnya, di persekutuan gerejanya. Dia dijauhi orang karena sifatnya yang pemarah. Ini membuatnya makin marah pada orang lain. Untuk menghibur dirinya sendiri, dia makan dengan berlebihan, sehingga terjadi obesitas. Sejak kecil dia merasa ditipu oleh ayahnya sendiri, yang berjanji bertemu dengannya sepulang kerja, ternyata ayahnya tidak pernah pulang rumah. Ayahnya telah pergi dan menikah dengan perempuan lain. Keterpurukan keuangan membuatnya dan Mamanya lebih menderita. Belum lagi dicaci maki orang-orang karena perbuatannya ayahnya. Belum lagi setelah menikah pun ibu mertuanya memusuhinya, menyuruh suaminya menceraikannya. Syukur suaminya tetap setia mendampinginya. Namun dia tahu dia harus menghadapi dirinya sendiri, dia tidak tahu bagaimana caranya.

"Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorders": DSM-5 menyebutkan orang-orang yang mengalami kelainan yang berhubungan dengan trauma dan stres antara lain dapat disebabkan karena pengalaman:

  • Kematian, diancam kematian, sesungguhnya atau diancam luka dan kekerasan yang serius, atau kekerasan seksual yang dialaminya sendiri atau orang dekatnya mengalaminya, baik sekali atau berulang kali.
  • Dia bisa berulang-ulang teringat akan pengalaman yang menyakitkan itu.
  • Mimpi buruk.
  • "Serangan" pengalaman trauma yang tiba-tiba datang.
  • "Flashbacks" yang tiba-tiba muncul dari pengalaman yang menyakitkan.
  • Menghindari tempat-tempat, bau, bunyi-bunyi, aktivitas, barang-barang, situasi tertentu.
  • Perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang negatif.
  • Pikiran dan perasaan yang berlebihan yang sering kali salah.
  • Melihat dirinya sendiri negatif.
  • Tak dapat mengalami perasaan positif.
  • Menyalahkan dirinya sendiri.
  • Menjauhkan diri dari orang lain.
  • Tidak berminat terhadap berbagai hal.
  • Kemarahan yang agresif dan berlebihan.
  • Tindakan merusak diri dan orang lain.
  • Sulit tidur.
  • Sangat was-was.
  • Sangat terkejut yang berlebihan.
  • Tidak dapat fokus dan sebagainya.

Lain halnya dengan anak yang sangat penakut sekali sehingga sewaktu istirahat dia tidak berani keluar kelas, bermain dengan teman-teman lainnya. Segala macam membuatnya sangat ketakutan yang berlebihan. Anak itu pendiam, tidak bersuara, tidak bergerak banyak, tidak bereaksi apa-apa. Dunia seakan siap menerkamnya kalau dia bersuara atau bergerak. Orang tuanya membawa anak itu untuk dikonseling karena ketakutannya yang sangat berlebihan itu. Ternyata setiap hari mulai anak ini bangun tidur pada pagi hari sampai dia kembali tidur pada malam hari, anak itu setiap bertemu dengan ibunya selalu dimarahi. Semua gerak-geriknya dalam rumahnya akan dimarahi ibunya, bahkan kalau bekal makanannya habis dimakan dimarahi, tidak habis dimakan dimarahi, belum lagi hal-hal lainnya yang berkaitan dengan apa saja dimarahi. Ternyata Mama belum siap akan kelahiran anak pertamanya. Mama ini masih ingin berkarier, tetapi suami minta cepat memunyai anak. Maka setiap kali Mama melihat anak pertamanya, Mama menganggap anaknya itu sebagai penghancur mimpi kariernya, dan penghalang tercapainya karier yang dia dambakan itu. Ada juga seorang istri yang selalu curiga secara berlebihan. Apa saja diartikannya suami lagi selingkuh dengan teman sekantornya. Misalnya suami pulang rumah pukul 5:05 sore, bukan pukul 5 sore tepat. Bagi istrinya itu sudah sebagai pertanda ketidaksetiaan suaminya. Apalagi kalau suaminya terlambat memersiapkan diri pergi kerja, mengejar waktu sehingga tidak sempat makan pagi, hanya bawa cereal untuk disiram air di tempat kerjanya untuk makan paginya. Bagi istrinya itu pertanda suaminya lagi ada "date" dengan teman sekantornya untuk makan pagi bersama. Suami istri itu sering sekali bertengkar karena kecurigaan yang berlebihan itu. Tanpa disadari istri itu memandang dirinya terlalu rendah sehingga khawatir suaminya akan pergi dengan perempuan lainnya yang lebih pandai, lebih terampil darinya. Istri itu dahulu pernah kerja sebelum menikah, tetapi kariernya terhenti secara mendadak sebelum dia siap. Dia hamil di luar nikah, dia harus cepat-cepat menikah dengan suaminya untuk menutupi aib mereka dalam keluarga mereka berdua. Setelah menikah mereka ada dua anak. Mereka berdua memilih ibu itu ‘full-time’ menjadi ibu rumah tangga. Namun, setelah kedua anaknya masuk sekolah, ibu ini "menyibukkan diri" dengan mencari perhatian suami yang lebih banyak, dengan mencari-cari berbagai kesalahan suami, yang tentunya membuat hubungan pernikahan mereka hampir kandas. Kita telah melihat ada orang-orang yang mengalami berbagai gejala yang membingungkan dirinya sendiri dan orang lain, karena mengalami berbagai kekerasan, seperti kekerasan fisik (dipukuli, dianiaya), kekerasan emosi (sering ditekan), kekerasan seksual dan penelantaran.

Tanda-tanda yang dapat terlihat secara fisik, antara lain:

  • Luka di salah satu atau lebih dari bagian tubuh, mulai dari kepala sampai dengan kaki
  • Pendarahan di salah satu atau lebih dari bagian tubuh
  • Patah tulang di salah satu atau lebih dari bagian tubuh
  • Bekas terbakar bukan karena kecelakaan
  • Lensa mata yang terlepas
  • Tubuh yang tidak terurus, kotor, bau dan terluka

Tanda-tanda yang dapat dilihat secara emosi, antara lain:

  • Harga diri rendah
  • Agresif atau menarik diri
  • Sangat takut sekali
  • Pemalu yang berlebihan
  • "Menyembunyikan diri" supaya tidak terlihat sehingga tidak dianiaya
  • Tidak ada "bimbingan" yang baik sehingga terlihat tanpa arahan, kacau
  • Kurang "sopan santun"
  • Perkembangan emosi yang tidak dewasa
  • Mengalami stres, bahkan depresi
  • Patah semangat, putus asa
  • Kekecewaan yang mendalam

Tanda-tanda secara akademis & kemampuan, antara lain:

  • Dapat mengalami kemunduran
  • Kemampuan bahasanya dapat mundur

Lenore E.Walker menyebutkan beberapa ciri dari wanita yang mengalami kekerasan di dalam kehidupan rumah tangga mereka. Lenore E.Walker mewawancarai para istri yang berumur antara 17 sampai dengan 76 tahun yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mereka. Lama kekerasan yang dialami antara 2 bulan hingga 53 tahun, yaitu setelah suami meninggal.

  1. Dia memiliki harga diri rendah. Dia selalu ragu-ragu tentang kemampuannya sebagai ibu rumah tangga. Dia ragu-ragu apakah dia juru masak yang baik dan pandai bercinta. Kalau di rumah dia gagal dihargai oleh suami, dia dianggap sebagai orang gagal.
  2. Dia tahu tanggung jawab keluarga, tanggung jawab istri dan percaya akan kesatuan keluarga. Dia menerima tanggung jawab terhadap kelakuan penganiaya.
  3. Wanita menderita rasa bersalah, tetapi menolak rasa marah dan rasa takut.
  4. Sikapnya terhadap dunia pasif, tetapi terhadap diri sendiri dan keadaannya aktif supaya tidak dianiaya.
  5. Dia sangat stres dan ketakutan, sering sakit-sakitan karena gangguan psikologis sosiologis. Dia sering sakit punggung, kepala, tidak dapat tidur, depresi, cepat lelah dan khawatir.
  6. Istri berusaha menyenangkan suami secara seksual supaya dapat intim.
  7. Dia menganggap tidak ada yang dapat membantunya kecuali dirinya sendiri.
  8. Dia percaya tradisi, wanita harus berada di rumah, bagaimana pun juga dia akan meninggalkan karier demi menyenangkan suami. Seringkali laki-laki cemburu dengan lingkungan pekerjaannya. Kalau dia berhenti bekerja, keadaannya lebih parah lagi karena tidak ada waktu tenang dan kekurangan uang. Wanita yang dianiaya menganggap suami sebagai kepala keluarga meskipun sebenarnya dia yang aktif mengatur segala sesuatu.
  9. Sebelum menikah sering kali dia adalah seorang wanita yang dikasihi orang tuanya dan anak yang sangat baik.
  10. Dia berusaha menjadi penjaga perdamaian dalam keluarga, supaya suami tidak marah. Semuanya harus teratur dan baik, termasuk anak, orang tua, pembantu, suasana dan keadaan rumah, bahkan juga binatang peliharaan.

Berbagai hal di atas dapat membuat kita lebih mengenal diri sendiri dan orang lain yang terluka, gejala-gejala dari orang yang terluka hatinya. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya dapat dipulihkan dan supaya hidup kita tidak menyakiti diri kita dan orang lain di sekitar kita lagi? Marilah kita mengikutinya di bagian kedua.