T 210 B
Lengkap
"Melawan Kebosanan" oleh Pdt.Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Melawan Kebosanan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Kadang-kadang kita merasakan ada suatu kejenuhan, ada suatu rasa bosan yang menguasai diri kita sehingga bisa melumpuhkan kita, hidup ini begini-begini saja, hanya rutin terulang-ulang seperti itu dan lama-lama menjadi jenuh. Kita tidak bisa mengambil suatu manfaat dari apa yang kita kerjakan atau yang kita alami pada saat itu. Apakah ini menjadi gejala dari semua orang atau beberapa orang atau bagaimana?
PG : Saya mengerti adakalanya kita akan mengalami kebosanan akibat kondisi kehidupan yang sangat susah. Jadi dalam kondisi kehidupan yang sangat susah memang kita mudah bosan. Sebagai contoh eseorang yang di penjara, hari ini dan hari esok dan minggu depan akan sama kegiatannya, dan kita tahu itu bukanlah suatu masa yang indah.
Jadi dalam keadaan susah terus kerutinan itu sama hari lepas hari kita akan mudah sekali merasakan kebosanan. Tapi saat ini kita mau berbicara dengan kebosanan yang dialami oleh orang-orang yang sebetulnya memiliki kehidupan yang relatif stabil, tidak sedang mengalami kesusahan seperti yang saya gambarkan orang yang di penjara. Kenapa bisa sampai merasa bosan, sudah tentu saya tidak akan mengecap orang yang mengalami kebosanan itu sebagai orang yang bermasalah. Kebosanan itu secara berkala memang akan datang dalam hidup kita, waktu datang kita harus melawannya. Nah apa yang bisa kita lakukan untuk melawannya? Yang pertama adalah kita mesti selalu mengingat tujuan hidup kita, karena tanpa tujuan hidup yang jelas kita mudah sekali terperangkap ke dalam kebosanan. Apalagi misalkan kita mempunyai proyek-proyek dalam hidup, kita mau melakukan ini atau itu misalnya kita mau membesarkan anak-anak, kita mau melihat mereka nanti lulus kuliah akhirnya mendapatkan pekerjaan yang baik, mempunyai keluarga. Adakalanya kita menyusun hidup itu dengan target-target seperti tadi itu, akhirnya tatkala itu semua telah terjadi sesuai harapan kita, kita bingung mesti berbuat apa. Kita mesti jelas dengan tujuan hidup kita sebagai orang Kristen. Mazmur 146:2 berkata, "Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." Kenapa Daud begitu bergebu-gebu berkata, "Aku ingin memuliakan Tuhan selama aku hidup?" Kita ini memuliakan Tuhan nomor satu karena Tuhan itu mulia, Dia pencipta, Dia pemelihara hidup ini. Tapi Tuhan itu bukan hanya mulia, Dia baik begitu baiknya Dia menyayangi kita; Dia rela mati untuk menebus dosa-dosa kita sehingga kita tidak usah menanggung dosa itu, kematian-Nya membayar lunas semua dosa kita dan kita diterima menjadi anak-anak Tuhan. Kesadaran akan betapa mulia dan betapa baiknya Tuhan, harusnya membuat kita tergugah, "selama aku hidup aku ingin memuliakan Tuhan," artinya aku mau menceritakan kepada orang tentang kemuliaan dan kebaikan Tuhan. Biarlah orang melihat kebaikan dan kemuliaan Tuhan, biarlah orang pun mencicipi kemuliaan dan kebaikan Tuhan, itu yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan.
GS : Itu memang tujuan kekal atau tujuan jangka panjang, tapi kadang-kadang kita kehilangan tujuan itu atau karena bosan kita tidak melihat tujuan itu dengan lebih jelas lagi atau bagaimana?
PG : Sering kali kerutinan hidup menindih tujuan hidup yang Tuhan telah tetapkan ini, dan saya kira itu alamiah, itu manusiawi. Jadi waktu kita tertindih cobalah kita ingatkan diri kita, bacalh kembali Firman dan mintalah Tuhan berbicara dan terutama terbukalah untuk dipakai Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya.
Selama kita hidup kita tidak akan berhenti dipakai Tuhan, jadi terbukalah apa yang Tuhan inginkan dari kita, kita sediakan diri kita untuk melakukannya. Dengan cara itu, meskipun kadang-kadang kita seperti terseret arus, kita bisa kembali diseret masuk ke dalam perahu rencana Tuhan.
GS : Itulah sebabnya kita perlu membaca Alkitab itu secara teratur tiap-tiap hari Pak Paul, sehingga ada sesuatu yang baru yang bisa kita baca, kita pahami dan kita lakukan.
PG : Betul, dan merupakan cara Tuhan juga untuk mengingatkan kita akan sebetulnya apa itu kehendakNya buat kita.
GS : Yang menjadi masalah itu membaca Alkitab menimbulkan kebosanan, Pak Paul.
PG : Itu susahnya manusia, Pak Gunawan, membaca Alkitab sendiri akhirnya menjadi bosan. Kalau bosan bagaimana? Tetap membaca Alkitab. Jangan berkata, "saya bosan tidak mau baca lagi." Tetap aca, sebab hari ini bosan besok belum tentu bosan, siapa tahu besok waktu kita tidak bosan kita justru menerima berkat dari pembacaan firman Tuhan itu.
GS : Kebosanan ini memang sangat terkait erat dengan relasi atau hubungan kita dengan Tuhan.
PG : Betul sekali, tapi dalam kehidupan ini untuk melawan kebosanan saya juga harus mengakui tidak hanya cukup melandasinya dengan alasan-alasan rohani sebab kita ini bukan hanya manusia rohani kita juga adalah manusia relasional.
Tuhan menciptakan kita sebagai manusia sosial. Jadi hal kedua yang mesti kita lakukan untuk melawan kebosanan adalah pertahankanlah kalau bisa kembangkanlah relasi dengan sesama kita. Karena relasi yang hangat dan positif benar-benar merupakan obat penawar bagi kebosanan. Saya berikan contoh, mungkin suatu hari kita pernah mengalami kebosanan; terus datang mungkin saudara, kerabat atau mungkin teman kemudian ngobrol, cerita, kita tertawa, tiba-tiba kita melupakan kebosanan itu. Jadi benar-benar kita bisa menyaksikan relasi yang hangat, yang positif itu berdaya besar mengusir kebosanan. Orang yang dikelilingi dengan teman, sahabat, saudara, kerabat, susah sekali untuk mengalami kebosanan. Jadi selama hidup coba kembangkan aspek pertemanan.
GS : Tapi di sisi lain kebosanan itu kadang-kadang menular, jadi kalau misalnya kita sama-sama bekerja di satu pekerjaan yang kebetulan mengerjakan pekerjaan yang sama. Ada orang yang mengatakan, "wah, pekerjaan ini memang membosankan," kita kemudian terbawa dan mulai berpikir, "ya, memang membosankan," dan menjadi bosan sekali.
PG : Pada waktu itu terjadi, berkatalah kepada diri sendiri bahwa memang pekerjaan yang sama yang kita lakukan hari lepas hari akan menimbulkan kebosanan dan itu wajar, tidak apa-apa. Tidak ad yang salah dengan reaksi bosan terhadap sesuatu yang kita kerjakan hari lepas hari sama.
Yang penting kita tahu bahwa selesai kita mengerjakan pekerjaan yang membosankan ini akan ada hal-hal yang tidak membosankan yang akan kita lewati, yang nanti kita akan cicipi atau yang akan kita lakukan. Ini yang penting Pak Gunawan, sehingga kita tidak diikat oleh hal-hal yang membosankan itu. Jadi sekali lagi saya mau mengatakan saya mengerti akan ada pekerjaan atau aktifitas yang membosankan, karena sama hari lepas hari. Jangan kita menganggap itu sebagai relasi yang keliru, tidak seharusnya kita bosan; terimalah kalau memang membosankan ya membosankan, tidak apa-apa namun yang penting setelah mengerjakan hal-hal itu kita menyadari akan ada hal-hal lain yang akan kita kerjakan yang tidak membosankan kita.
GS : Tapi memang perlu disadari akan tujuan dari apa yang kita kerjakan itu sekalipun itu membosankan, kalau kita larut dalam kebosanan kadang-kadang akan membahayakan orang lain. Jadi seperti orang yang menjaga pintu kereta api, itu banyak yang mengeluh dengan pekerjaan itu, tapi kalau dia lengah akan ada bahaya yang timbul.
PG : Itu baik sekali jadi dengan kata lain ini masuk ke aspek relasi yaitu bahwa apa yang kita kerjakan bisa berdampak pada orang lain atau bahkan akan berdampak pada rencana Tuhan. Meskipun hl-hal itu membosankan tapi kita tahu yang kita kerjakan ini berdampak pada pekerjaan Tuhan dan berdampak pada sesama kita.
Belum lama ini saya membaca sebuah cerita tentang seorang tua yang sudah pensiun, setiap kali dia mendengar ada serdadu-serdadu Amerika yang baru pulang dari perang di kotanya, dia akan datang ke bandara. Dengan membawa beberapa sahabatnya menyambut mereka, menyalami mereka dan berkata, selamat datang kembali di rumah. Nah itu suatu pekerjaan yang mungkin orang pikir sangat sederhana sekali, tapi bagi para serdadu yang baru pulang, sambutan hangat seperti itu benar-benar menghangatkan hati mereka. Para serdadu itu sangat senang sekali dan si orang tua ini dengan jujur berkata, "Terus terang adakalanya saya capek sebab terlalu sering dan saya sudah tua, saya harus ke bandara tapi saya selalu berjanji kepada mereka, kalau kamu pergi nanti dua tahun lagi kamu pulang saya akan berada di sini menyambut kamu kembali dan saya tahu mereka menghargai apa yang saya lakukan, jadi akan terus saya lakukan." Jadi semua terkait dengan tujuan untuk apakah kita hidup, kalau kita bisa sesuaikan aktifitas kita sesuai tujuan hidup itu kita akan melihat dampaknya. Apa dampaknya bagi pekerjaan Tuhan, apa dampaknya bagi sesama kita.
GS : Kebosanan ini timbul karena kejenuhan di dalam diri kita yang tidak bisa mencair lagi, apakah ada hal yang bisa kita lakukan untuk mencairkan ini supaya mengurangi atau bahkan menghilangkan kejenuhan ini?
PG : Obatnya yang paling gampang adalah rekreasi, terutama rekreasi yang mengandung permainan. Kita makin tua makin jarang bermain, bahkan adakalanya waktu kita ber-rekreasi pun itu merupakan ekreasi yang serius.
Saya berikan contoh, misalnya "sight-seeing" ke mana, untuk melihat pemandangan baru dan sebagainya. Itu sudah tentu hal yang indah, hal yang bagus sekali. Kita bisa menikmati sesuatu yang baru, itu bisa menyegarkan jiwa kita, meneduhkan hati kita; itu semua sangat penting dan kalau kita lakukan secara berkala hal itu akan menolong kita juga untuk menghalau kebosanan. Tapi ada hal kecil lain yang sebetulnya bisa kita lakukan kapan saja yaitu bermainlah. Kita kadang-kadang makin tua makin jarang bermain, misalnya bermain kartu "forty-one", empat puluh satu, bermain kartu cangkul, bermain catur atau bermain sepeda atau di laut bermain air. Begitu banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan yang mengandung unsur bermain. Bermain itu benar-benar antithesis atau lawan dari kebosanan. Itu sebabnya anak kecil kalau banyak teman dan mainan tidak pernah bosan, tapi begitu tidak ada teman dan mainan dia merasa bosan. Anak-anak kecil bermain-main dengan teman-temannya, kita tidak akan melihat wajah yang bosan, wajah yang luar biasa senang. Ini yang mesti kita kembalikan pada diri kita, lebih sering-seringlah bermain dalam pengertian bermainlah yang sehat jangan bermain yang tidak sehat. Sering-seringlah bermain dalam batas-batas yang wajar, permainan itu dapat menolong kita, memulihkan diri kita kembali. Kata rekreasi berasal dari kata re-create jadi menciptakan ulang. Apa yang mau kita ciptakan ulang, yaitu energi kita, antusiasme kita untuk hidup; lewat rekreasi, lewat permainan antusiasme kita itu bisa dibakar kembali.
GS : Itu sebenarnya bisa dilakukan kalau kita sudah mulai merasa bosan terhadap kehidupan yang rutin. Karena kalau sudah terjebak dalam kebosanan kita diajak untuk rekreasi pun malas.
PG : Itu betul sekali Pak Gunawan, jadi jangan tunggu sampai benar-benar energi kita sudah habis sehingga tidak ada lagi yang kita gunakan untuk pergi ke luar bermain. Jadi jangan tunggu sampa kebosanan itu benar-benar menjadi sangat parah.
GS : Karena kalau kita sudah dikuasai oleh kebosanan kemudian kita diajak main atau diajak ke luar kota, kita mengatakan dulu sudah pernah ke sana. Jadi membosankan lagi sehingga rekreasi ini tidak jalan.
PG : Betul, itu point yang bagus sekali Pak Gunawan, namun kalau kita sudah sampai ke kondisi itu mungkin kita bisa berkata begitu, "Ok-lah saya memang bosan saya tidak mau, tapi demi pasangan ita atau teman-teman kita yang ingin pergi, ya sudah pergilah."
Justru waktu kita pergi, meskipun demi orang lain di saat itulah energi kita itu akan diisi kembali, kita akan menikmati bahwa senang juga pergi bersama-sama teman seperti ini. Dia diingatkan kembali pentingnya rekreasi sehingga lain kali dia lebih termotivasi untuk menikmati permainan atau rekreasi.
GS : Yang sering kali saya lakukan kalau ber-rekreasi ke luar kota, saya tidak lagi melihat tempat sebagai tujuan tetapi perjalanan itu sendiri menjadi suatu rekreasi bagi saya.
PG : Ini perspektif yang sangat baik sekali Pak Gunawan, betapa seringnya waktu kita itu mau ber-rekreasi mata hanya tertuju pada tempat yang kita akan kunjungi. Padahal perjalanan itu lumayanpanjang sedangkan kita mengendarai mobil berbelasan jam.
Jadi kita merasa perjalanannya yang panjang, itu menjadi beban; betapa baiknya kalau kita melihat perjalanan itu sendiri sebagai bagian dari rekreasi. Misalkan jangan terlalu tergesa-gesa, berhentilah, menikmati makan-minum, waktu istirahat melihat-lihat apa yang di perjalanan. Sehingga waktu kita mulai keluar rumah sampai kita kembali ke rumah itu semuanya secara utuh merupakan rekreasi.
GS : Bagaimana kalau kita jenuh kemudian mencoba untuk mempelajari sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum kita ketahui?
PG : Itu baik sekali, sebab kita harus menyadari otak kita memang didisain oleh Tuhan untuk memikirkan hal-hal yang kompleks, otak itu tidak didisain untuk memikirkan hal yang gampang, sederhan-sederhana; otak memang begitu rumit didisain untuk memikirkan hal-hal yang kompleks.
Itu sebabnya kalau kita tidak memakai otak memikirkan hal-hal yang kompleks, lama-lama otak kita lesu, terbuai oleh hal-hal yang mudah, gampang dan sederhana. Nah otak kalau makin hari makin lesu akibatnya kita jadi jenuh, bosan, jadi silakan belajarlah hal yang baru, bacalah buku yang baru, kalau ada keterampilan yang bisa dipelajari dan kita ada waktu pelajarilah, carilah pengetahuan yang baru yang dulu kita tidak pernah kuasai, itu akan kembali merangsang kehidupan kita dan kita tidak mudah lagi dikuasai oleh kebosanan.
GS : Mungkin ada hal lain yang Pak Paul ingin sampaikan untuk kita mengatasi kebosanan?
PG : Berikutnya adalah mencintai. Saya ingin mengajak kita semua menikmati dan merayakan cinta. Orang yang mencintai tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri dan makin banyak mengasihi makin teisi hatinya oleh kasih.
Sudah tentu kita harus membatasi mencintai dalam koridor keputusan Tuhan, jangan berdosa mencintai orang yang tidak seharusnya kita cintai. Cintailah pasangan kita, kasihilah anak-anak kita, kasihilah keluarga kita, kasihilah sesama kita. Jadi mengasihilah, orang yang banyak mengasihi berarti memikirkan banyak orang; hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Nah waktu dia mulai keluar dari dirinya dan mulai hidup bagi orang lain, tidak bisa tidak kebosanan itu akan menurun atau akan berkurang. Karena kebosanan dapat dikaitkan juga dengan hidup yang terlalu terbatas, hidup yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Nah waktu kita mulai bagikan hidup ini dengan orang lain kebosanan itu akhirnya juga akan mulai berkurang.
GS : Tapi kenapa ada orang yang bosan dengan pasangannya sendiri?
PG : Biasanya kalau itu terjadi sebelum muncul kebosanan memang sudah ada masalah. Akhirnya kebosanan menimbulkan kepahitan, kepahitan menimbulkan keengganan untuk dekat sehingga kasih pun akhrnya makin hari makin memudar.
Tatkala kasih memudar, tidak bisa tidak kebosananlah yang akan muncul. Maka obatnya, kalau ada masalah dari awal jangan tunda bereskan dan bereskan. Usahakan bereskan jangan diamkan masalah itu terus bercokol. Nah, waktu masalah selesai, kepahitan pun berkurang cinta makin bisa bertumbuh, nah nikmatilah dan rayakanlah cinta itu dengan pasangan sendiri. Orang yang hidup saling mencintai dan merayakan cinta itu akan lebih kuat melawan kebosanan.
GS : Apakah ada orangtua itu merasa bosan dengan anaknya?
PG : Seharusnya tidak Pak Gunawan, karena orangtua itu seharusnya mengasihi anak-anaknya, senang melihat anak-anaknya, jadi seharusnya tidak bosan. Kalau sampai orangtua merasa bosan terhadap nak-anaknya, kemungkinan karena relasi mereka tidak begitu hangat atau intim lagi.
GS : Itu memang didasari oleh relasi tadi Pak Paul, jadi ada rasa kasih, ada rasa menyayangi dan itu yang mengalahkan kebosanan itu. Sekali pun tiap malam dia harus bangun untuk menolong anaknya, mengganti baju anaknya dan sebagainya tapi itu bisa dilakukan dengan sukacita.
PG : Betul, sebab dia juga tahu dampak apa yang dilakukannya itu pada pekerjaan Tuhan dan pada sesamanya.
GS : Ada hal lain lagi yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Yang terakhir adalah hargailah hidup serta pemberian Tuhan, hitunglah berkat, ucapkanlah syukur atas kebaikan-Nya, lihatlah sekeliling pandanglah semua pemberian Tuhan yang begitu indah da berlimpah.
Makin jeli kita melihat Tuhan di dalam ciptaan-Nya makin berlimpah hati ini dengan sukacita. Dan sukacita akan menghalau kebosanan. Jadi coba kita ingat sebagai panduan kita Firman Tuhan di Mazmur 90:12 dan 14, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami." Ini adalah doa Musa kepada Tuhan agar Tuhan menganugerahkan kepadanya hati yang bijaksana yang memungkinkannya dan menolongnya menghitung hari. Artinya menggunakan harinya dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi kita hanya bisa melakukan itu semua kalau kita melihat waktu yang Tuhan berikan sebagai pemberian Tuhan, waktu bukannya hadir begitu saja, waktu adalah pemberian Tuhan untuk kita, kita pakai dengan bijaksana. Dengan perspektif seperti itu kita akan lebih dimampukan melawan kebosanan pula.
GS : Memang diperlukan suatu kreatifitas di dalam diri seseorang itu untuk bisa menanggulangi kebosanan itu Pak. Jadi bagaimana dia kreatif mengatasi kebosanan itu dengan belajar, dengan melihat tujuannya kembali, dengan menata ulang hal-hal yang rutin di rumah sehingga dia bisa mengatasi kebosanannya dengan baik.
PG : Betul sekali, jadi sekali lagi kita mau mengingatkan para pendengar kita bahwa kita semua rentan terhadap kebosanan, nah tugas kitalah melawannya. Tadi kita sudah membahas cara-cara kita elawannya, mudah-mudahan dapat menolong kita semua untuk melawan kebosanan ini.
GS : Karena ada sebagian orang yang mungkin merasa bosan dengan mengikuti acara Telaga ini, tetapi dengan perbincangan ini saya percaya ini akan menolong orang walau pun bosan tetapi ada sesuatu yang penting yang selalu kami usahakan untuk bisa diperbincangkan melalui acara Telaga ini. Jadi terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini, dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melawan Kebosanan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Rab, 28/04/2010 - 11:35am
Link permanen
Kalau dengan kita gux da