Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami tentang "Melindungi Remaja Terhadap Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, perbincangan kita kali ini merupakan lanjutan dari perbincangan kita yang lalu tentang bagaimana remaja menghadapi pornografi, ternyata Pak Paul menguraikan bahaya-bahayanya yang begitu banyak. Sebelum kita membicarakan tentang bagaimana kita melindungi remaja terhadap pornografi ini, mungkin ada baiknya Pak Paul menguraikan sedikit tentang pembicaraan kita yang lampau.
PG : Yang pertama adalah kita ingin menyadarkan orang tua akan bahaya pornografi yang sedang melanda, mengikat anak-anak remaja terutama anak-anak remaja putra kita. Dan orang tua tidak bisa beasumsi bahwa anak saya ini baik-baik saja, setiap malam belajar sebab belum tentu mereka hanya belajar karena begitu banyak anak-anak yang menyimpan materi-materi pornografi di teleponnya, di komputernya, di laptopnya, di I-podnya dan semua itu menggunakan "security system" sehingga orang tua tidak bisa masuk dan melihat apa yang ada di dalamnya itu.
Sekurang-kurangnya ada 3 bahaya besar yang harus diwaspadai. Pertama adalah pornografi itu mencandu sehingga ketika anak-anak yang baru berusia 12-13 tahun melihat gambar-gambar pornografi, maka mereka akan terus ketagihan dan berkeinginan melihatnya lagi. Sebab pada usia itu gejolak seksual adalah sesuatu yang baru, pengalaman yang belum pernah dialami sehingga begitu dia mengalaminya maka dia kecanduan ingin merasakan lagi. Dan yang kedua adalah di usia belasan tahun itulah gejolak seksual sangatlah tinggi sehingga keinginan untuk dipuaskan juga menjadi sangat besar. Jadi itu sebabnya pornografi cenderung mencandu, sekali orang melihat maka orang ingin menggunakan lagi dan menggunakannya lagi. Yang kedua adalah pornografi itu mencemarkan karena ketika pikiran diisi oleh pornografi, maka si remaja putra itu tidak bisa lagi berelasi dengan remaja putri secara bersih karena apa yang dilihatnya itu akan selalu diasosiasikan dengan seks, sehingga dia tidak lagi bisa memerlakukan orang sebagai manusia, dia akan mereduksi perempuan sebagai objek pemuas nafsu belaka. Nah, sudah tentu sebagai orang yang tercemar dia akan sukar sekali untuk bisa dekat dengan Tuhan. Mungkin dia merasa bersalah, dia akan merasa bahwa dia tidak patut datang kepada Tuhan. Hal-hal ini adalah alat yang digunakan iblis untuk menjauhkan anak-anak remaja terutama dari Tuhan. Yang ketiga bahayanya adalah pornografi menjadi sebuah jembatan membawa anak-anak remaja kita kepada dosa-dosa lainnya yang seringkali lebih serius. Berapa banyak anak-anak yang berhubungan seksual pada usia remaja dan akhirnya menghamili pasangannya, yang sebelumnya menggunakan materi pornografi. Atau berapa banyak orang yang terlibat di dalam tindak kriminal perkosaan yang sebelumnya adalah pengguna pornografi. Berapa banyak nanti setelah menikah keluarga yang terluka, istri yang disakiti karena suami-suami yang mengkonsumsi pornografi dan bukankah kita tahu suami-suami yang mengkonsumsi pornografi biasanya sudah memulai kebiasaan itu sejak usia belasan tahun. Belum lagi kita melihat, berapa banyak suami-suami atau bahkan istri yang akhirnya terlibat di dalam perselingkuhan yang juga adalah pengkonsumsi pornografi. Jadi pornografi pada akhirnya menghantar si anak remaja ini untuk melakukan dosa-dosa lain yang lebih serius.
GS : Memang ada sebagian orang yang menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang tidak baik bagi dirinya dan bagi orang lain, tapi yang menjadi masalah adalah dia tidak bisa menghentikannya, bagaimana Pak Paul ?
PG : Betul sekali sebab itu adalah sebuah ketergantungan yang sangat kuat sehingga keinginan dia untuk lepas sangatlah susah. Maka nanti kita akan belajar bahwa siapa pun yang pernah menggunaka atau mengkonsumsi pornografi harus datang kepada Tuhan, karena hanya dengan kuasa Dia akhirnya kita bisa melepaskan diri dari jerat pornografi.
GS : Tentunya dia tidak bisa melepaskan diri dengan tenaganya sendiri Pak Paul, butuh orang lain yang menolong dia. Dan kita sebagai orang tua punya peran besar didalam menolong para remaja putra kita menghadapi pornografi. Hal-hal apa yang orang tua bisa lakukan ?
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Yang pertama sebagai orang tua adalah, kita mesti memantau pergaulan anak. Kebanyakan remaja belajar menggunakan pornografi dari teman. Firman Tuhan mengajarkan i 1 Korintus 15:33, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."
Jadi sebagai orangtua kita mesti hati-hati harus mengetahui dan mengawasi pergaulan anak. Jika kita melihat anak mulai bergaul dengan teman yang berpotensi memengaruhi pergaulan yang buruk, silakan tegur dan jika perlu melarangnya bergaul dengan teman tersebut.
GS : Masalahnya pergaulan merupakan bagian dari para remaja sehingga mereka lebih mendengarkan suara teman-temannya dari pada mendengarkan suara orang tuanya.
PG : Itu sebabnya orang tua mesti bergaul akrab dengan anak remajanya. Orang tua yang bergaul akrab dengan anak remajanya dengan cepat mendeteksi perubahan pada diri anak, mulai dari apa ? Misakan mulai dari hal-hal yang dikatakan si anak.
Kalau misalkan anak-anak kita mulai mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan bahwa dia ingin membela bahwa menggunakan pornografi ini tidak salah, "Tidak apa-apa berhubungan sebelum menikah karena nantinya juga akan menikah pula", kalau itu yang mulai diucapkan oleh anak-anak kita, maka kita harus menyadari kalau kita sudah mulai mengalami perubahan dan ada sesuatu yang mulai berubah di dalam dirinya, ada yang memengaruhinya pula. Itulah waktunya untuk kita mengajaknya berbicara sehingga kita bisa tahu lebih dalam lagi sebetulnya apa yang tengah dialami oleh anak remajanya.
GS : Jadi ini dibutuhkan kedekatan orang tua dengan anak remajanya. Dan sekarang siapa yang lebih dekat dengan remaja putra ini, dari pihak ayah atau dari pihak ibu ?
PG : Sebaiknya dari dua belah pihak. Karena tidak bisa tidak remaja putra itu akan mengkonsumsi pornografi dan menjadikan wanita sebagai objeknya, maka biarkan si mama yang berbicara dengan si nak itu.
Misalkan seperti yang telah kita bahas di sesi yang sebelumnya kalau misalkan si mama menanyakan kepada si remaja putra, "Bagaimana perasaanmu kalau salah seorang teman kamu memandangi saya dengan nafsu untuk bersetubuh dengan saya, bagaimana perasaanmu ?" Dia pasti akan menjawab, "Saya tidak suka." Maka mama harus berkata, "Kalau kamu tidak suka maka janganlah kamu melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan karena kamu mengkonsumsi pornografi, maka kamu akan selalu tergoda untuk membayangkan dan bernafsu dengan perempuan yang kamu jumpai. Perempuan itu bisa jadi kakak dari orang, anak dari orang, bisa juga ibu dari orang. Maka janganlah kamu lakukan itu kalau kamu sendiri tidak mau orang memandang mama dengan pandangan nafsu seperti itu. Itulah pentingnya orang tua mengajak anak untuk berbicara langsung tentang seks. Anak akan jarang berinisiatif menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan seks, itu sebabnya inisiatif tersebut harus datang dari orang tua. Jadi jangan sungkan sebagai orang tua untuk bertanya kepada anak apakah ia pernah menggunakan pornografi, tanya langsung tidak apa-apa. Jika ia mengakuinya maka jangan hanya mengingatkannya bahwa ini tidak baik, tidak boleh melanggar kehendak Tuhan, tapi kita juga bagikan pergumulan pribadi kita di kala kita seusianya. Contoh-contoh konkret seperti ini akan menolong anak memahami kebenaran dengan lebih mudah dan memberinya kebebasan untuk mengangkat masalah ini. Bila pada akhirnya masalah ini menjadi pergumulannya sebab keterbukaan kita mengkomunikasikan pengertian dan penerimaan kita kepadanya. Jadi biasakan mengajak anak berbicara, akrablah bergaul dengan dia, sehingga terbukalah komunikasi dengan dia dan bisa menjadi tempat berbagi pergumulannya dengan kita.
GS : Memang kadang-kadang orang tua ragu, Pak Paul, harus berkata jujur atau menutupi masa lalunya bahwa dia adalah seorang yang pernah melihat pornografi walaupun mungkin tidak sampai kecanduan, Pak Paul.
PG : Dalam hal seperti pornografi atau dosa-dosa seksual, saya kira keterbukaan orang tua sangatlah penting. Misalkan si papa mengatakan dengan jujur, "Papa dulu juga pernah terikat pornografi an papa merasakan bahwa pikiran papa itu tidak pernah lagi bisa bersih dan papa harus akui bahwa sampai sekarang pun papa masih harus bergumul dengan godaan-godaan dengan pikiran-pikiran yang terus membawa papa kepada seks.
Papa tidak mau seperti itu sebab papa ingin memandang wanita dengan bersih sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, tapi papa susah dan papa harus bergumul. Maka papa tidak mau kamu akhirnya menjadi seperti papa. Belum lagi godaan itu membesar gara-gara sudah terbayangkan di benak kita, sehingga kita juga lebih mudah jatuh, nanti kalau kamu mempunyai pacar, godaan untuk melakukan hubungan dengan pacar kamu juga akan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang tidak menggunakan atau mengkonsumsi pornografi." Dan terakhir yang kita harus tekankan dalam pembicaraan dengan anak-anak kita adalah "Tindakan ini berdosa kepada Tuhan dan tindakan ini bukanlah tindakan yang disetujui oleh Tuhan."
GS : Biasanya reaksi spontan orang tua ketika menemukan anak-anaknya sedang mengkonsumsi pornografi atau menemukan gambar-gambar porno di laci meja anak, seringkali reaksinya adalah marah, terkejut, panik dan sulit bicara dengan tenang seperti tadi.
PG : Maka ada baiknya setelah orang tua menemukan bukti-bukti anaknya mengkonsumsi pornografi, baik si ibu atau pun si ayah, yang pertama harus menunda berbicara. Pertama-tama mereka harus berbcara kepada Tuhan terlebih dahulu, meminta Tuhan untuk menunjukkan jalan atau cara yang tepat, hikmat dari surga untuk bisa berbicara dengan anak itu.
Setelah menenangkan diri berdoa, barulah ajak anak berbicara dan langsung saja tanyakan, "Apakah kamu pernah menggunakan atau mengkonsumsi pornografi?" Misalkan dia menyangkal, orang tua tidak perlu marah, cukup hanya berkata, "Saya tahu kamu susah untuk mengakui sesuatu yang kamu tahu papa dan mama melarangnya, tapi inilah kesempatan yang papa mau berikan kepada kamu untuk berkata jujur. Coba sekali lagi jawab pertanyaan kami, apakah kamu telah mengkonsumsi pornografi ?" Jadi kita mau ajak anak kita ke level yang lebih dewasa, ke level dimana dia tidak ditakuti, tidak dipaksa, tapi diberikan kesempatan untuk keluar bersikap jujur. Dan itu adalah langkah yang penting yang harus dilalui oleh anak kalau dia nantinya ingin lepas dari jerat pornografi yaitu kejujurannya, keterbukaannya. Misalkan si anak berkata, "Ya pa, saya pernah mengkonsumsi pornografi," maka kita harus memuji dia dan langsung katakan, "Papa senang kamu bersikap jujur, sebab kejujuran adalah langkah pertama dan kunci untuk melepaskan kamu dari jerat ini." Kita bisa berkata, "Ini akan menjadi pergumulan yang panjang dan berat tapi papa dan mama mau membantu kamu, mari kita bekerjasama untuk menolong supaya nantinya kamu tidak terjerat oleh pornografi."
GS : Jadi intinya adalah kita mau meyakinkan anak bahwa kita bukannya mau membenci dia atau menyingkirkan dia, tapi justru mau menolong dia untuk lepas dari jerat pornografi itu.
PG : Betul, jadi niat baiklah yang mesti ditangkap oleh anak. Bukannya untuk menghukumnya.
GS : Sekarang kalau anak sudah terbuka seperti itu, Pak Paul, apa yang bisa kita sampaikan kepada anak ?
PG : Kita mesti mengajarkan kepadanya tentang Firman Tuhan. Apa yang harus kita ajarkan kepada anak yang berkaitan dengan seks ? Yang pertama adalah seks adalah pemberian Tuhan, memang Tuhan yag menciptakan hormon-hormon seksual di dalam tubuh kita.
Jadi itu merupakan pemberian Tuhan. Kedua, seks adalah bagian dari kemanusiaan kita namun kita diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan untuk bisa melakukan hubungan seks. Ketiga, seks adalah untuk dinikmati dalam mahligai pernikahan dan inilah ketetapan Tuhan bukan ketetapan manusia. Yang keempat, seks bukan untuk dieksploitasi menjadi sarana mencari keuntungan dan kepuasan belaka. Dan terakhir, seks digunakan untuk dikuasai dan tidak boleh dibiarkan menguasai kita. Kemudian kita jelaskan kepada anak bahwa pornografi melanggar faktor yang keempat dan yang kelima ini yaitu pornografi merupakan eksploitasi seks, untuk mencari keuntungan dan pemenuh kepuasan belaka. Dan pornografi pada akhirnya akan menguasai kita. Kita tidak bisa berdiam diri dan kita harus melawan supaya pornografi tidak masuk ke dalam kehidupan kita.
GS : Padahal hal-hal seperti itu sebenarnya sudah diketahui oleh remaja putra, baik itu bahaya-bahayanya dan apa yang firman Tuhan kehendaki. Tetapi masalahnya dia tidak mampu melakukannya.
PG : Dan kita perlu memberikan pengertian kepadanya bahwa ini adalah pergumulan yang berat karena di usianya yang masih muda namun gejolak seksual itu mencapai puncak kekuatannya. Dan karena in adalah suatu pengalaman kenikmatan yang baru sehingga rasa ingin tahu untuk melakukannya kembali terus-menerus muncul.
Jadi kita berikan pengertian bahwa kita juga memahami pergumulannya yang sungguh berat namun nantinya kita bisa menolong dia. Misalkan kita bisa ajak dia mengikatkan diri pada sebuah relasi pertanggungjawaban, artinya adalah misalkan kita mengajak dia untuk secara berkala mengizinkan kita mengecek perkembangannya. Jadi misalkan kita tanya, "Boleh tidak misalkan 1 atau 2 minggu sekali Papa atau Mama mengecek, bagaimana apakah kamu jatuh lagi ke dalam dosa pornografi ini," waktu dia berkata jujur kalau dia jatuh lagi, maka kita jangan memarahi dia atau menghukumnya, tapi kita harus berkata, "Mari kita berdoa dan berdoa lagi, kita datang kepada Tuhan dan kita katakan kepada Tuhan, kami butuh kekuatan-Mu, kami tidak bisa menghadapi ini dengan kekuatan kami sendiri." Relasi pertanggungjawaban ini dapat membantunya mengekang diri karena dia tahu bahwa dalam waktu yang telah disepakati ia harus memberi laporan kepada kita. Ini bisa menolong dia untuk menghindar dari pornografi.
GS : Dalam hal ini tentunya keterlibatan orang tua atau perhatian orang tua sangat besar dibutuhkan baik untuk melihat perkembangannya atau pun kejatuhan anak itu kembali, Pak Paul. Kalau orang tua hanya berkata, "Dulu sudah saya peringatkan dan kamu salah lagi." Itu tidak akan menolong, Pak Paul ?
PG : Sama sekali tidak menolong. Jadi kita tidak bisa hanya menjadi pengawas kemudian meniup peluit, memarahinya, tidak seperti itu. Tapi kita harus dengan empati, dengan penuh pengertian berjaan bersamanya melewati tantangan yang berat ini.
GS : Yang menjadi sulit bagi orang tua karena semua sarana itu tersedia di depan anak, baik dari dunia maya maupun dari buku-buku, dari majalah-majalah, film dan hampir di semua film itu sekarang diberikan bumbu seksnya dan ini membuat orang tua sulit untuk menghadapinya.
PG : Betul, maka salah satu hal yang bisa kita ajarkan kepada anak adalah disiplin diri. Kalau sudah tahu film ini mengandung adegan-adegan seks maka jangan pinjam atau jangan lihat. Atau kalautanpa sengaja kita menonton dan tidak tahu bahwa akan ada adegan itu, maka biasakan diri untuk menutup mata.
Waktu anak-anak saya masih lebih kecil saya ingat waktu kami menonton VCD, dan kadang-kadang ada film-film yang memunyai adegan-adegan yang menjurus ke situ dan kami biasakan untuk mematikan atau putar dengan cepat supaya adegan itu tidak terlihat, dan yang saya juga lakukan adalah saya beritahukan kepada anak-anak bahwa saya pun menutup mata dan saya jelaskan kepada anak-anak bukan hanya kamu yang masih kecil harus menutup mata, tidak melihatnya, tapi saya juga atau papa juga tidak melihatnya. Sebab godaan ini bukan saja hanya untuk yang muda, tapi juga untuk yang tua seperti papa. Dan dampak buruknya juga bukan hanya menyerang anak muda tapi juga orang-orang yang sudah dewasa seperti papa. Jadi semua memang harus menjauhkan diri, maka saya beritahukan kepada mereka, "Papa sendiri menutup mata dan tidak mau melihat adegan itu, karena papa tidak mau nanti setelah menonton film ini pikiran papa menjadi tercemar, papa tidak mau melihat perempuan lain dengan mata seperti itu. Papa hanya mau melihat dan memikirkannya dengan mama." Jadi kalau kita mengkomunikasikan hal seperti ini kepada anak-anak maka ini akan menolong anak-anak untuk bisa lebih menjaga diri terhadap pornografi.
GS : Pak Paul, pornografi banyak dijumpai lewat komputer, laptop dan sebagainya dan anak-anak khususnya para remaja sudah sangat akrab dengan komputernya, dengan laptopnya. Bagaimana kita bisa membantu mereka menghindarkan diri dari bencana pornografi ini ?
PG : Kita bisa mengajak anak untuk bekerjasama dengan kita. Misalkan kita bertanya kepadanya, "Karena kamu sekarang bisa lebih terbuka dengan masalah ini, bagaimana kalau kita taruh komputer kau di ruangan terbuka, misalkan di ruang tamu atau di mana saja yang orang lebih sering lalu lalang."
Jadi kita tidak mengambilnya secara paksa, tapi kita mengajak dia berdialog bahwa ini sudah menjadi masalah dan kamu juga sudah mengakui kalau ini sudah menjadi masalah, bagaimana untuk menolong kamu maka komputer jangan ditaruh di kamar tapi di ruang terbuka. Dengan kamu selalu tahu bahwa orang bisa saja lewat dari belakang dan melihat kamu. Bukankah ini akan menolong kamu. Jadi kita ajak dia berdialog supaya dia dengan rela menempatkan barang-barangnya itu di ruangan terbuka.
GS : Tapi tetap menghargai kepentingan pribadi dari remaja putra itu. Kadang-kadang sebagai remaja putra dia menganggap ada beberapa hal yang orang lain tidak perlu tahu.
PG : Baik. Karena kita juga mau menolongnya dan niat baik itu telah diterima oleh anak kita maka kita bisa memintanya untuk memberikan izin kepada kita melihat alat-alat teknologi yang lainnya,misalnya handphonenya, sehingga kapan waktu papa atau mamanya bisa melihat-lihat.
Dan katakan kepada dia bahwa kita melakukan ini bukan untuk mengawasinya, karena kita tidak bisa mengawasinya terus-menerus tapi dengan dia memberikan izin kepada kita untuk mengakses semua ini maka kita menolongnya untuk bisa lepas dari jerat pornografi itu.
GS : Mungkin ada hal lain yang bisa dilakukan, Pak Paul ?
PG : Yang lain adalah kita mesti mengingatkan anak akan konsekuensi dari mencemarkan diri. Firman Tuhan itu mengingatkan di 1 Korintus 3:16, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah da bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" Jadi mengisi pikiran dengan pornografi yang adalah percabulan sama dengan membuang sampah ke rumah Allah yang kudus.
Tubuh kita, diri kita adalah tempat kediaman Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam diri kita. Maka waktu kita memasukkan materi-materi pornografi ini maka benar-benar sama dengan membuang barang-barang yang sudah kotor dan najis ke dalam rumah Allah sendiri. Makanya kita tidak boleh melakukan itu sebab rumah Tuhan itu kudus. Jadi tubuh kita, pikiran kita juga harus kudus supaya bisa menjadi tempat kediaman Tuhan dan kita harus ingatkan anak bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita menajiskan rumahNya. Itu sebabnya jika kita terus mengeraskan hati, suatu hari kelak Ia akan menjatuhkan sangsinya.
GS : Hal seperti ini memang harus ditanamkan sedini mungkin, Pak Paul, sejak masih anak-anak sudah ditekankan bahwa Tuhan itu kudus dan Tuhan itu suci dan Tuhan tidak menghendaki hal-hal yang najis seperti itu yang merusakkan pikiran kita, Pak Paul.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Dan disini kita mau angkat satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua. Banyak orang tua itu lebih menekankan tentang kekudusan tubuh kepada anak perempunnya, "Kamu jangan main-main, jangan sampai menodai kekudusan kamu, kamu jangan sampai menodai kesucian kamu," seolah-olah anak laki-laki tidak dijatuhkan tuntutan yang sama oleh Tuhan, padahalnya sama.
Yang kita tahu yang lebih sering menodai dirinya atau kesuciannya adalah anak laki-laki. Jadi orang tua harus menekankan prinsip yang sama, baik kepada remaja putra maupun putri.
GS : Mungkin ada hal lain yang harus kita lakukan sebagai orang tua ?
PG : Ini yang terakhir, Pak Gunawan. Titik beratkan pada yang positif dan bukan pada yang negatif. Maksudnya adalah motivasilah anak untuk hidup menyenangkan Tuhan, bukan menghindar dari hukuma Tuhan semata.
Jadi ini yang saya maksudkan dengan menitik beratkan pada yang positif. Ingatkan bahwa setiap upaya menjaga kekudusan niscaya membuat Tuhan senang. Firman Tuhan berkata di Imamat 20:7, "Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." Jadi waktu kita menjaga kekudusan, kita sedang menyukakan hati Tuhan dan ini hal yang positif. Jadi teruslah dan senangkanlah hati Tuhan, dan ini harus menjadi motivasimu dan bukan hanya motivasi karena takut dihukum Tuhan saja.
GS : Memang dalam hal ini, Pak Paul sudah banyak memberikan tips pada orang tua bagaimana melindungi remaja dari pornografi. Tapi yang terpenting juga adalah orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Kalau orang tua mengatakan ini semua, namun orang tua sendiri menjadi pengguna pornografi maka saya merasa anak juga menilai kalau orang tuanya ini hanya bisa bicara saja, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Kalau orang tuanya mengkonsumsi pornografi kemudian melarang anaknya maka sudah pasti anak susah menaati perintah orang tua tersebut.
GS : Justru yang seringkali terjadi seperti itu, karena orang tuanya pengguna pornografi dan dia tidak mau anaknya seperti dia, tetapi dia masih tetap terikat untuk menggunakan pornografi, Pak Paul.
PG : Betul, kalau itu yang menjadi masalah maka yang pertama adalah orang tuanya sendiri yang harus berusaha lepas dulu barulah dia bisa menjadi panutan yang positif bagi anak-anaknya.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melindungi Remaja terhadap Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sab, 20/06/2009 - 5:46pm
Link permanen
tolong di reupload file mp3nya
admin
Kam, 02/07/2009 - 10:19am
Link permanen
Syalom,