Berita TELAGA

Mengendalikan Diri Sejak Dini

Versi printer-friendly
Juni

Judul "Mengendalikan Diri Sejak Dini" yang dipilih karena dalam masa pandemi COVID-19 anak-anak berada lebih banyak di rumah bersama orangtuanya, belajar pun dilaksanakan dari rumah.

Banyak pendapat, bahwa dengan sendirinya anak akan bisa mengendalikan diri ketika usianya sudah dewasa. Tetapi B kenyataannya saat usia dini anak sangat perlu dilatih karena mereka harus belajar tahap demi tahap untuk lebih matang dan mampu menguasai diri. Orangtua memunyai peran untuk melatih anak agar mereka terampil mengendalikan dirinya. Sebagaimana belajar berjalan, berlari, berenang dan sebagainya, anak perlu latihan agar mengetahui bagaimana cara mengendalikan dirinya. Menjadi dewasa tidak sekadar bertambahnya usia, melainkan salah satunya juga adalah semakin terampil mengendalikan diri. Jadi, untuk mendewasakan anak, kewajiban orangtua adalah mendidik mereka mampu bertanggungjawab dan mengendalikan diri. "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya" (Amsal 25:28)

Hal-hal yang perlu diajarkan orangtua untuk mengendalikan anak dalam hal :

  1. Pola makan dan kebersihan
  2. Kontrol emosi.
  3. Perkataan.
  4. Penggunaan waktu.
  5. Penggunaan uang.
  6. Pengendalian diri dalam hal seksual, khususnya untuk anak yang memasuki masa pubertas atau remaja.

Prinsip-prinsip untuk mendidik anak:

  1. Kita harus sabar untuk mengikuti tahap-tahap usia dan kemampuan mereka. Setiap anak berbeda dalam hal kecepatan menyesuaikan diri dan kecepatan belajar menguasai diri. Orangtua jangan memasang target terlalu tinggi sehingga anak tidak bisa mencapainya. Target yang terlalu tinggi juga membuat anak frustrasi sehingga malas mengembangkan diri.
  2. Kita memberi contoh dan arah dari tingkah laku yang diharapkan. Seringkali kita lebih mudah melarang ini dan itu sehingga membuat anak tidak belajar untuk melakukan sesuatu secara terkendali. Padahal ada banyak hal yang perlu dilakukan anak, hanya saja perlu ada pembatasan.
  3. Anak perlu diberitahu tingkah laku apa yang kita harapkan dari mereka. Kita juga perlu memberikan aturan dan membantu mereka melaksanakan aturan itu. Dengan adanya aturan, anak dibantu untuk membatasi diri.

Anak yang bisa mengendalikan diri mempunyai ciri-ciri :

  1. Kemampuan untuk menunda pemenuhan keinginan atau dorongan.
  2. Kemampuan mengalihkan dorongan ke arah yang lebih berguna, meskipun harus mengorbankan kenikmatan yang diinginkan.
  3. Kemampuan mengenali batas. Mungkin ini yang paling sulit. Misalnya, tetap menggunakan uang, tetapi seturut keperluan yang penting dan tidak melebihi batas kemampuan.


Dampak negatif jika kita membuat peraturan terlalu ketat kepada anak :

  1. Anak tidak belajar untuk mengelola dirinya. Peraturan ketat memperbanyak terjadinya pelanggaran. Bila pelanggaran sudah tidak bisa ditangani orangtua lagi, yang terjadi adalah pemberontakan.
  2. Anak kehilangan ruang gerak yang membuat mereka dapat mengatur diri. Misalnya, mereka perlu dilatih untuk menentukan sendiri tentang kelebihan uang yang mereka miliki.

Ada orang mengatakan bahwa anak hiperaktif sulit mengendalikan dorongan-dorongannya dan itu terjadi antara lain karena faktor bawaan. Memang ada anak yang lebih sulit diajar untuk mengendalikan diri karena faktor bawaan. Namun tidak berarti bahwa anak-anak demikian tidak perlu diajar dan belajar mengendalikan diri. Jadi sebetulnya banyak cara yang bisa kita pakai agar anak-anak hiperaktif lebih bisa mengendalikan dirinya. Untuk anak-anak demikian, kita memang harus selalu mengingatkan diri bahwa tuntutan kita tidaklah boleh terlalu tinggi. Kita perlu menerima kekurangan mereka, sambil tetap berusaha membantu agar mereka mencapai batas kemampuan untuk belajar mengendalikan diri.

Ada orangtua yang mengajar anaknya sejak kecil untuk melakukan segala sesuatu secara disiplin. Namun setelah anak besar, mereka tetap memerlukan banyak pengawasan orangtua. Kalau tidak, mereka akan berbuat semau-maunya. Masalahnya kendali yang dipegang orangtua harus dialihkan secara bertahap kepada anak- anak, sehingga mereka terlatih untuk mengendalikan diri, bukan dikendalikan orangtua terus-menerus.

Biarlah Firman Tuhan dari I Korintus 9:24-27 yang berbunyi:"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak" bisa menjadi pedoman yang mengingatkan kita.

Oleh : Heman Elia, M.Psi.
Ringkasan audio T 164A dan T 217A
Simak rekaman lain di www.telaga.org

PERTANYAAN:

Saya berumah tangga sudah hampir 10 tahun dan belum dikaruniai anak, dulu waktu awal nikah, suami saya belum memunyai pekerjaan yang tetap dan akhirnya saya berusaha memasukkan dia di salah satu kantor perbankan ternama di tempat tinggal kami. Setelah lima tahun berjalan dia terbelit masalah narkoba dan sampai urusan kepolisian. Setelah dia keluar dari masalahnya saya masih bisa memaafkan, saya berpikir masih bisa dibenahi untuk hidup kedepannya. Saya memutuskan untuk merantau berdua dan kami sekarang berada di daerah Jawa Barat, kebetulan kami ditampung oleh kakak sepupu saya untuk menangani salah satu bisnisnya. Dulu pertama kali kami di sini, dia sudah seperti benar-benar berubah dan baru 3 bulan ini kami mengadopsi anak perempuan, tapi sekarang dia mencoba main-main narkoba lagi dan yang lebih parah dia kepergok telepon perempuan lain. Saya sudah merasakan hal itu tapi setiap kali saya menanyakannya dia selalu bilang saya terlalu cemburu, saya terlalu over dan selalu mengatakan "Mana buktinya?" Setelah sekarang saya memunyai bukti rekaman pada waktu dia menelepon perempuan itu, dia masih bisa mengatakan kalau itu hanya kasatmata, padahal di rekaman itu berbicara hubungan mereka sudah seperti hubungan suami istri.

Saya bingung, hati saya sudah terlalu banyak disakiti, saya sudah tidak mau lagi hidup bersama, tapi di sisi lain saya sekarang sudah mengadopsi anak yang nantinya dia mencari bapaknya dan juga saya takut nanti masalah narkobanya menjadi urusan polisi lagi di tempat kami merantau. Apa yang akan saya katakan kepada kakak sepupu saya yang sudah menolong kami ? Saya berharap surat ini segera dibalas dan saya bisa menemukan jalan keluarnya, karena saya sungguh sudah tidak kuat lagi menghadapinya, apalagi kalau saya dengar suami saya pergi ke tempat kost perempuan itu. Dunia terasa sudah seperti kiamat, saya seakan ingin mengakhiri kehidupan saya, tapi masih bisa berpikir anak yang kami adopsi masih sangat membutuhkan segala-galanya dari saya. Kemarin sempat saya lontarkan kalau saya minta pisah (cerai) dan dia menjawab "Saya tidak akan menceraikan kamu dan saya tidak akan berpisah dari kamu". Saya semakin bingung bagaimana saya dapat cepat keluar dari permasalahan ini. Tolong bantu saya.

Salam,
Ibu S. M.

JAWABAN:

Ibu S. M. yang kami kasihi,

Membaca surat Ibu, saya dapat merasakan kondisi yang sangat tidak mudah dan serba salah. Pertama, Ibu sudah berumah tangga cukup lama (10 tahun) dan tentu saja telah terbiasa hidup dengan suami. Kedua, Ibu sedang menghadapi suami yang tidak dapat Ibu kendalikan, bahkan sebaliknya, dia membuat Ibu tidak berdaya dan sempat ingin mengakhiri hidup. Ibu ingin bercerai, namun suami tidak mau bercerai.

Kemungkinan Ibu S.M. telah mengetahui pengaruh yang sangat buruk dari narkoba. Jelas bahwa narkoba berpengaruh sangat buruk terhadap perangai dan perilaku seseorang. Jangankan pribadi yang tadinya sudah bermasalah, untuk seorang yang tadinya baik pun dapat berubah menjadi sangat buruk. Perangai buruk itu sering berupa marah tak terkendali, berbohong, mencuri dan berbuat kekerasan tanpa belas kasihan. Penderita seakan tidak peduli orang lain, yang penting keinginannya harus dipenuhi segera.

Ada kenyataan yang terkait kecanduan narkoba yang ternyata ada juga pada diri suami Ibu. Pertama, sebagian besar penderita narkoba mengalami kekambuhan setelah dalam jangka waktu tertentu tidak mengonsumsi narkoba. Kedua, amat sering narkoba terkait dengan seks, dalam hal ini seks bebas. Saya mengemukakan hal ini dengan berat hati dengan maksud agar Ibu dapat menghadapi kenyataan buruk ini. Sebab ketika kita berusaha mencari solusi, kita perlu memahami keadaan apa dan seperti apa yang sedang kita hadapi.

Untuk menghadapi persoalan ini, saya juga ingin membahas mengenai aset atau potensi yang Ibu miliki. Maksud saya, sejauh apakah kekuatan dan daya dukung yang Ibu miliki yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi risiko terburuk dari tindakan yang nanti Ibu akan ambil.

Pertama, Ibu tidak dapat sendirian menghadapi persoalan ini. Yang terbaik adalah Ibu memiliki orang dekat yang dapat mendukung Ibu ketika Ibu berada dalam kondisi terancam. Yang saya maksudkan mencakup ancaman ketika Ibu tidak memiliki lagi sumber nafkah. Saya belum terlalu jelas apakah Ibu saat ini juga bekerja. Kalau Ibu bekerja, maka ini dapat menjadi keuntungan buat Ibu. Namun bila Ibu tidak bekerja, Ibu perlu memiliki tabungan atau mengusahakan penghasilan tambahan yang mudah-mudahan dapat dikerjakan sembari mengasuh anak asuh.

Kedua, tampaknya Ibu mudah berelasi karena Ibu dahulu dapat memperkenalkan suami untuk bekerja di kantor perbankan terkenal. Saya berharap Ibu dapat memanfaatkan kemampuan Ibu bergaul ini untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan relasi yang mungkin saja ada gunanya nanti. Termasuk bergaul dengan polisi (wanita), mungkin juga dengan orang-orang yang memahami hukum. Sekarang saya ingin memberi beberapa alternatif keputusan yang dapat Ibu pilih.

Pertama, tetap hidup bersamanya dengan mengabaikan m a s a l a h n y a . Ada keuntungan yang bisa diperoleh dari tindakan ini. Di antaranya, anak mendapat figur ayah, meskipun bukan ayah yang ideal. Tentu saja kemungkinan ada aspek negatifnya, misalnya anak kemudian meniru atau mencontoh sebaliknya, menjadi pembenci ayah dengan segala dampak ikutannya. Mengenai hal ini, Ibu dapat membaca lebih lanjut transkrip rekaman TELAGA yang ada di situs kami. Ketika anak tiba pada masanya bersekolah, anak bisa memiliki status yang jelas bila orangtua masih lengkap. Dengan demikian, anak dapat memiliki kepercayaan diri yang lebih baik ketika mendapat pertanyaan dari teman-teman atau perilaku buruk ayah, atau guru tentang orangtuanya. Selain itu, anak juga dapat mengenal ayahnya. Meskipun demikian, Ibu perlu memerhitungkan apakah nantinya ada kemungkinan suami melakukan kekerasan bukan saja kepada Ibu, melainkan juga anak. Tentu harus dicegah agar anak dan Ibu S.M. tidak sampai mengalami trauma. Bila nanti perilaku suami bertambah buruk, relasi Ibu dengan orang yang memahami hukum dan dengan polisi (wanita) akan bermanfaat sehingga Ibu dapat memeroleh bantuan untuk menghadapi perilaku suami.

Kedua, Ibu dapat memilih untuk mengambil tindakan terhadap suami dengan tujuan agar dia jera terhadap narkoba. Mengenai perilaku suami yang memiliki wanita lain, mungkin sulit untuk mengambil tindakan. Karena itu, saya melihat kemungkinan yang lebih besar untuk membuat suami jera mengonsumsi narkoba. Meskipun belum tentu dia akan terputus dari narkoba seumur hidupnya, setidaknya dia akan berpikir berkali lipat sebelum dia terjun lagi ke dunia itu. Yang saya maksudkan adalah bahwa setelah Ibu mendapat informasi yang cukup, Ibu dapat mengusahakan agar suami "dipaksa" untuk menjalani rehabilitasi. Setahu saya, kalau dia bukan pengedar, dia akan direhabilitasi. Kalau pengedar akan dihukum penjara, dan di penjara ada kemungkinan dia justru bertambah ilmunya mengenai narkoba dan terjerumus semakin dalam oleh teman-temannya yang ada dalam penjara. Saya memertimbangkan alternatif ini karena tampaknya suami pernah terhenti menggunakan narkoba karena tindakan polisi. Hanya saja, tempat rehabilitasi itu harus memiliki program berjangka cukup panjang, misalnya setahun, agar suami benar-benar terputus dari dunia narkoba. Tapi lingkungan teman-teman juga perlu perhatian khusus ketika dia keluar dari tempat rehabilitasi. Sebab dengan cepat dia bisa terlibat kembali dengan narkoba ketika dia masih mencari kembali atau dihubungi kembali oleh jaringan ini.

Ibu S.M., tampaknya tindakan ini kejam. Namun saya sebutkan alternatif ini sebab tindakan ini cukup rasional. Mau tidak mau Ibu perlu terbuka dengan kakak yang memberi pekerjaan. Kalau bisa, kakak diajak kerja sama agar gaji suami tidak langsung jatuh kepada suami seutuhnya. Sebab kemungkinan suami makin leluasa dengan perbuatannya ketika dia merasa memiliki uang. Untuk hal ini, saya percaya Ibu dapat mengaturnya secara bijak. Saya sebut tindakan ini rasional sebab tanpa ada rasa takut pada diri suami, rasanya ini rasional sebab tanpa ada rasa takut pada diri suami, rasanya mustahil berharap perilaku buruk suami akan terhenti. Bila Ibu melihat suami telah bertobat sungguh- sungguh, Ibu dapat memaafkannya dan menerimanya kembali.

Ketiga, Ibu dapat menyiapkan diri untuk bercerai dengannya. Saya tidak menyetujui alternatif ini, sebab ada upaya lain yang masih mungkin Ibu lakukan. Alternatif ini dapat Ibu ambil kalau pilihannya adalah antara kehilangan nyawa atau cacat seumur hidup akibat perbuatan suami yang kita antisipasi, atau pilihan lain adalah berpisah darinya sehingga dia tidak mengganggu Ibu lagi. Seandainya Ibu melihat bahwa ancaman (nyawa) itu nyata, Ibu mungkin memerlukan bukti yang nantinya dapat diajukan di pengadilan. Namun saya sudah melihat banyak dampak buruk perceraian, baik secara finansiil maupun secara psikologis bagi istri maupun anak. Bercerai dari pasangan pernikahan ibarat memisahkan dua perangko yang saling menempel kuat, pasti ada bekas robek atau cacat yang tertinggal pada kedua perangko itu. Namun bila akhirnya Ibu mengambil alternatif ini, Ibu perlu mengantisipasi bagaimana melanjutkan kehidupan Ibu yang memiliki tanggungan seorang anak perempuan.

Dari ketiga alternatif pilihan ini, saya cenderung melihat pilihan yang lebih rasional adalah pilihan nomor dua. Meskipun demikian, ada persiapan yang perlu dipertimbangkan lebih matang terlebih dulu.

Tidak ada pilihan yang mudah, semua memiliki risiko yang harus dihadapi. Namun karena cepat atau lambat kakak sepupu akan mengetahui hal ini, sebaiknya ada cara untuk memberitahu kakak sepupu tanpa menjadi bumerang buat Ibu.

Saya benar-benar berharap agar Ibu tabah menghadapi situasi yang tidak mudah ini.

Salam hormat,
Heman Elia

Beryukur karena dalam masa pandemi ini kami masih bisa melakukan pelayanan konseling via online. Selain itu selama B bulan Juni ini Tuhan memberikan kami kesempatan juga untuk pelayanan melalui IG Talk dalam tiga minggu berturut-turut, yang isinya berbicara tentang bagaimana membangun relasi yang kuat dan harmonis, baik itu relasi suami-istri atau muda-mudi yang sedang mencari teman hidup serta menolong pasangan untuk mewaspadai hal-hal yang dapat merusak relasi mereka. Kami meyakini bahwa sehat tidaknya mental seseorang dapat dilihat melalui relasi interpersonal. Dengan demikian kami memberikan beberapa tips praktis agar seseorang terampil di dalam membangun relasi dan merawat relasinya. Tips-tips tersebut kami bagikan melalui beberapa topik di dalam IG Talk yang kami namakan SEPATU merupakan akronim, SElaras samPAi TUa. Topik SEPATU ini dibahas pada tanggal:

4 Juni 2020: IG Talk dengan Bonnie Angreny melalui IG Live ini membahas mengenai bagaimana agar relasi suami dan istri dapat bertahan selaras sampai tua di masa pandemi atau saat- saat pasangan mengalami berbagai tekanan di dalam kehidupan mereka. SElaras berarti penting sekali untuk setiap orang menumbuhkan kemampuan mendengar satu sama lain. Kemudian samPAi berarti penting untuk setiap orang mengerti tujuan dari pernikahan yaitu pertumbuhan pribadi, kemudian TUa bahwa setiap kita memiliki keunikan dan keterbatasan diri.

11 Juni 2020: IG Talk SEPATU membahas tentang bagaimana muda-mudi yang sedang mencari jodoh memahami/melihat kecocokan pasangannya pada masa pacaran. Apabila pasangannya orang yang cocok maka dapat dilanjutkan ke jenjang pernikahan tetapi jika ketidakcocokan sudah terlihat pada masa berpacaran maka tidak disarankan dua sejoli ini untuk menikah. Jadi masa pacaran adalah masa yang sangat baik bagi muda-mudi melihat kecocokan mereka dengan pasangannya sehingga mereka tidak salah memilih teman hidupnya.

18 Juni 2020: IG Talk SEPATU membahas salah satu faktor yang dapat merusak relasi yaitu Pornografi. Penggunaan pornografi ditengarai meningkat tajam pada masa pandemi ini selain perceraian dan KDRT. Oleh sebab itu IG Live hari ini membahas bagaimana seseorang STOP menggunakan Pornografi, apa dampak dari pornografi dan bagaimana menolong seseorang yang sudah menggunakan pornografi.

Sharing dari Pdt. Nancy Rosita Timisela, M.Th. Salah seorang konselor dari Pusat Konseling Telaga Kehidupan Sidoarjo yang berdomisili di Malang

Pusat Konseling TELAGA KEHIDUPAN
Mutiara Regency A2/20 Sidoarjo 61225
WhatsApp : 0811-3534-135
Jam Kerja : Senin - Jumat (09.00 - 16.00 WIB)
Selama Masa Pandemi Covid-19
Melayani Konseling Online
(Office hours - WA Chat atau Call by appointment)

Harus diakui tidak mudah memasuki fase normal baru, ada banyak hal yang perlu diubah, dikembangkan dan H disesuaikan untuk menunjang kehidupan di fase normal baru. Kita harus lebih peduli dan mau beradaptasi demi kebaikan bersama. Beberapa hal yang disyukuri dan didoakan adalah sebagai berikut :

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,- dan dari NN di Tangerang sejumlah Rp 500.000,-.
  2. Bersyukur dalam bulan Juni 2020 ada tambahan 3 judul rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan, M.K. sebagai narasumber.
  3. Bersyukur untuk kesediaan Ibu Freny Tahya, Ibu Dewi Kunti dan Sdri. Lois F. Kristanti membantu pengeditan rekaman, agar rekaman terbaru bisa dikirimkan ke radio-radio yang menyiarkan program Telaga setiap hari.
  4. Doakan untuk penyelesaian pembuatan transkrip, ringkasan dan abstrak dari rekaman T 561 s.d. T 571 agar bisa selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
  5. Dalam bulan Juni sampai dengan pertengahan Juli 2020, murid-murid sedang menikmati waktu liburan sekolah, namun karena belajar dari rumah sudah diterapkan sejak beberapa bulan yang lalu, biarlah kebersamaan dengan orangtua bisa dinikmati dan memberikan dampak positif bagi anak-anak.
  6. Tetap doakan untuk pemerintah Indonesia dan segenap jajarannya agar bisa bersama-sama bersehati memikirkan banyak hal dalam menangani masalah ekonomi, kesehatan dan lain-lain.
  7. Sehubungan dengan pandemi COVID-19, kita tetap mendoakan untuk para dokter, perawat dan tenaga medis lainnya dalam mengatasi hal-hal yang tidak mudah, terutama di Rumah Sakit yang menyediakan ruang isolasi bagi para pasien yang terkena COVID-19.
  8. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan ini, yaitu dari : 001 – Rp 100.000,- 006 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan

Halaman