Berita TELAGA

Memacu Bukan Memacul Anak

Versi printer-friendly
Juli



Masih ada kaitannya dengan HARI ANAK NASIONAL yang diperingati pada tgl.23 Juli 2020, kali ini mari kita perhatikan topik : "MEMACU, BUKAN MEMACUL ANAK".

Salah satu istilah yang kerap kita dengar adalah "tuntutan zaman". Memang ada banyak hal yang mesti dilakukan dan dipersiapkan untuk memenuhi tuntutan zaman. Barangsiapa tidak bersedia untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman, seperti gerbong yang terlepas dari kereta, ia akan tertinggal. Salah satu tuntutan zaman adalah tuntutan akademik. Saudara yang memunyai anak di usia sekolah, mungkin akan setuju dengan pengamatan saya bahwa sekolah di zaman sekarang jauh lebih berat ketimbang pada zaman kita dulu. Tugas menjadi begitu banyak sehingga tidak jarang anak harus lembur sampai pagi hari. Belum lagi, materi pengajaran yang makin hari makin tinggi. Dan, makin mendekati tingkatan SMA, makin berat tuntutannya sebab pada akhirnya nilai ujian akhir menentukan di mana berkuliah kelak. Sebagai orangtua seringkali kita merasa terjepit. Di pihak yang satu, kita kasihan melihat anak menderita namun di pihak lain, kita pun mafhum dengan kenyataan hidup. Jika anak tidak bekerja keras sekarang, ia akan menuai kesulitan untuk masuk ke dunia karier yang telah menjadi begitu kompetitif. Jadi, walau hati tidak tega, terpaksa kita mengeraskan hati untuk memacu anak. Berikut akan dibahas beberapa masukan untuk orangtua supaya tidak sampai melakuan kesalahan sewaktu memacu anak yaitu bukan memacu, malah memacul anak.

  1. Kita mesti melihat kemampuan anak secara jelas dan menerima dirinya apa adanya. Sebetulnya sejak kecil kita mulai dapat melihat kemampuan dan minat anak. Misalkan, ada anak yang sejak kecil sudah menunjukkan minat terhadap musik. Begitu mendengar suara musik – baik itu alat musik atau pun nyanyian – ia akan mendengarkan, dan tidak jarang, berusaha mendekati sumber musik itu. Ada anak yang sejak kecil sudah memerlihatkan minat terhadap benda seperti mobil-mobilan atau robot. Dari semua mainan yang kita belikan, ia akan terus kembali ke mobil atau robot dan ia akan dapat bermain dengan benda kesayangannya selama berjam-jam, tanpa jenuh. Ada pula anak yang sejak kecil sudah memerlihatkan minat yang tinggi terhadap menggambar, duduk berjam-jam menghabiskan berpuluhan kertas untuk menggambar. Semua contoh ini mengingatkan kita bahwa sebenarnya sejak kecil anak sudah memerlihatkan minatnya. Tatkala anak bersekolah, anak akan mulai menunjukkan minatnya secara lebih spesifik. Akan ada mata pelajaran yang disukainya dan dikerjakannya dengan baik; ada pula mata pelajaran yang tidak disukainya dan hasilnya tidak begitu memuaskan. Sudah tentu sebagai orangtua kita mesti mendorong anak untuk menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kita bisa berkata kepadanya bahwa kita mengerti, ia tidak menyukai pelajaran itu tetapi ia tetap harus menyelesaikannya dan memersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Hal yang dapat menjadi jendela untuk melihat kemampuan anak adalah seberapa cepatnya anak menangkap atau mengerti penjelasan yang diberikan. Pada kenyataannya kebanyakan anak tidak memunyai kemampuan yang sama pada semua bidang. Kebanyakan anak kuat dalam bidang tertentu, biasa-biasa saja dalam banyak bidang dan lemah dalam bidang tertentu. Kunci untuk mengetahui semua ini adalah terlibat dalam hidup anak. Jika kita tidak terlibat dalam hidupnya, kita tidak akan bisa mengetahui semua itu. Jadi, penting kita turun tangan dalam membesarkan anak sejak kecil. Jangan sampai kita mendelegasikan semua urusan membesarkan anak kepada pengasuh dan guru les. Kita mesti terlibat supaya dapat mengenal anak apa adanya, dan terpenting menerima dirinya apa adanya. Pada akhirnya kita mesti bersedia mengesampingkan keinginan pribadi dan mengedepankan kepentingan anak. Akhirnya relasi kita dengannya terganggu sebab ia akan berusaha menjauh dari kita atau malah melawan kita. Tidak bisa tidak, bila ini terjadi maka performa akademiknya secara umum akan merosot. Bukannya terpacu, anak malah terpacul.
  2. Mengisi hari-harinya dengan interaksi yang santai. Oleh karena sekolah menduduki tempat teratas dalam hal penggunaan waktu, akhirnya kegiatan sekolah menjadi kegiatan utama anak. Dari pagi sampai sore, anak menghabiskan waktunya di sekolah dan dari sore sampai malam, anak menghabiskan waktunya mengerjakan tugas sekolah. Sekolah menjadi bagian terbesar dari aktivitas anak dan relasi kita dengan anak berubah menjadi seperti guru les dan murid. Anak memerlukan orangtua, bukan guru les. Jadi janganlah kita sampai lengah dan akhirnya mengubah peran kita dari orangtua menjadi guru les atau guru pengawas. Kita mesti mengisi waktunya dengan banyak interaksi yang santai dan melibatkan pelbagai topik, tidak hanya sekolah. Bermainlah dengannya, berguraulah, menyanyilah dengannya, pergilah dengannya, tertawalah bersamanya. Sewaktu tengah bermain atau bersantai dengannya, janganlah kita menanyakan soal-soal ujian. Jika kita sering melakukannya, anak akan menjauh dan menolak untuk bersantai dengan kita, sebab ia sudah mengantisipasi bahwa di tengah suasana santai, kita akan menanyainya soal ulangan. Jadi sebaiknya sewaktu bersantai, bersantailah. Kedekatan dan hubungan yang baik dengan anak dibangun di atas semua ini. Makin banyak waktu santai dihabiskan bersama, makin dekat anak dengan kita dan makin positif ia memandang relasinya dengan kita. Dan, makin ia mendengar dan menerima usaha kita untuk memacunya. Kedekatan dan hubungan yang baik dengan anak akan menjadi modal besar tatkala ia masuk ke masa remaja yang sarat pergolakan. Sebaliknya, tanpa kedekatan dan hubungan yang baik, anak sanggup melakukan perbuatan yang sangat buruk.
  3. Kita mesti membedakan antara memberi yang terbaik dan menjadi yang terbaik. Tidak seharusnya kita menuntut anak menjadi yang terbaik di kelasnya. Menjadi yang terbaik bukanlah sasaran kita dan tidak seyogyanya menjadi sasaran hidupnya pula. Memberi yang terbaik seharusnya menjadi sasaran kita bersama. Singkat kata, tolok ukurnya bukanlah orang lain, melainkan diri sendiri. Ia bisa menjadi yang terbaik di kelasnya tetapi tidak mesti ia telah memberi yang terbaik. Sebaliknya, mungkin saja ia menempati urutan terbelakang, tetapi ia telah memberi yang terbaik. Sudah tentu kita hanya dapat mengetahui dengan pasti bahwa ia telah memberi yang terbaik bila kita melihatnya belajar atau mengeluarkan usaha. Ingat, sama seperti kita, anak pun adalah orang berdosa. Jika anak tahu bahwa kita hanya menuntutnya memberi yang terbaik, ia dapat menggunakan alasan itu untuk mengelak dari tanggungjawab. Sebenarnya ia tidak memberi yang terbaik, tetapi ia berkata, ia telah memberi yang terbaik. Jika kita tahu dengan jelas minat dan kemampuannya, maka kita pun akan tahu kebenaran perkataannya itu.

Di dalam Injil Markus 12:41-44 terdapat kisah Yesus, Tuhan kita, berkomentar tatkala melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam kotak persembahan. Sebagaimana kita ketahui, satu peser adalah hitungan mata uang terkecil. Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang kedalam peti persembahan". Perkataan itu keluar dari mulut Yesus Tuhan kita, setelah ia melihat orang kaya memasukkan uang dalam jumlah yang besar. Ada satu pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini yaitu, Tuhan mengukur nilai persembahan bukan dari besaran jumlahnya melainkan dari besaran pengorbanan atau usahanya. Jumlah pemberian orang kaya jauh melampaui jumlah yang diberikan si janda miskin, tetapi jumlah yang besar itu tidak keluar dari pengorbanan yang besar. Sedang, jumlah yang kecil itu berasal dari usaha atau pengorbanan yang besar dari si janda miskin itu, seperti kata Yesus Tuhan kita, "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya – semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya".

Inilah yang mesti kita terus tanamkan pada diri anak. Tuhan tidak mengukur dirinya berdasarkan nilai yang dihasilkannya tetapi berdasarkan usaha yang dikeluarkannya. Karena itulah kriteria Tuhan, seyogyanyalah itu menjadi kriteria kita pula. Jika kita lebih menekankan untuk menjadi yang terbaik di kelasnya, maka dasar prestasinya adalah kelasnya, alias orang lain. Selama ia merasa tertantang dan selama ada orang yang mesti dikalahkannya, ia akan berprestasi. Nah, inilah yang mesti dihindarkan sebab ini menandakan jiwa yang terpacul.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Ringkasan audio T 540A
Simak rekaman lain di www.telaga.org


PERTANYAAN

Syalom,

Semoga kasih Yesus selalu bersama kita kapan dan dimana pun kita berada. Saya RG berusia 18 tahun, mengalami masalah hidup dan saya ingin minta nasihat dari Ibu, Bapak dan saudara/saudari sekalian.

Saya anak ketiga dari tiga bersaudara. Sejak kecil saya sudah hidup terpisah dengan kakak saya. Mama meninggal ketika saya masih berusia 7 tahun, papa menikah lagi dan memunyai keluarga baru. Papa menitipkan saya kepada bibi saya dan sejak itu papa tidak pernah serius memerhatikan saya, bahkan sampai sekarang, papa tidak peduli lagi.

Saya butuh kasih sayang orangtua, saya butuh kasih sayang mama, saya butuh perhatian. Saya merasa tidak pernah hidup dalam satu keluarga. Hidup sendiri. Bahkan untuk hidup pun saya harus sendiri. Saya tidak pernah menyesal dilahirkan tapi saya hanya ingin hidup normal, hidup dengan satu keluarga yang mengasihi saya. Saya pernah mencari orangtua angkat, tapi mereka menolak karena saya masih punya keluarga. Saya tidak mengetahui apa yang harus saya perbuat, saya memang bisa bertahan hidup dengan keadaan saya seperti ini walaupun dengan hati terluka. Tapi salahkah saya, jika saya ingin menikmati kasih sayang walaupun bukan dari orangtua saya ?

Saya rindu punya keluarga. Kembali pada keluarga papa saya…….untuk saat ini saya belum mampu. Saya susah memaafkan papa saya. Sebelas tahun setelah mama meninggal, hidup saya tidak pernah merasakan kebahagiaan. Papa tidak memikirkan anak-anaknya. Tapi adakah keluarga yang mau mengangkat saya sebagai anak? Saya juga tidak tahu apa yang harus saya lakukan sekarang. Saat ini saya kuliah di universitas, saya bersyukur Tuhan memberikan saya kepandaian, selama sekolah saya mendapat beasiswa. Sampai saat ini pun saya sangat merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup saya, saya masih boleh kuliah di universitas yang sangat mahal !! Saya yakin suatu saat saya pasti akan membutuhkan dana untuk kuliah ini. Saya bingung sekarang, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya bertahan dengan keadaan seperti ini sementara saya sangat butuh perhatian. Tolong bantu saya…..terima kasih. Salam damai untuk kita semua !

JAWABAN

Salam sejahtera Sdr. RG,

Terima kasih sudah mengirimkan email dengan menceritakan permasalahan yang sedang Anda hadapi saat ini. Saya dapat merasakan perasaanmu yang seringkali muncul dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan kehilangan, ditinggalkan dan kesepian. Apalagi ketika Anda sedang menghadapi situasi yang berat dan membutuhkan perhatian dari orang terdekat. Perasaan itu akan semakin nyata hadir dalam pribadimu yang juga menambah beban pikiranmu. Ketika semua itu menyesakkan, kelelahan dan kejenuhanlah yang muncul, hal ini menyebabkan semuanya seperti berhenti dan tidak ada lagi harapan. Saat-saat inilah sebenarnya kita memerlukan orang lain yang memerhatikan dan menguatkan, meskipun hanya dengan cara yang sederhana.

Anda mungkin sudah mengusahakan beberapa hal untuk mengusir perasaan kehilangan dan kesepian dengan kesibukan yang ada. Tapi saya bisa merasakan bahwa semua itu tidak banyak menolongmu. Kesibukan itu hanya memuaskan kebutuhan aktualisasi dirimu dan tuntutan dari orang lain atau organisasi, sementara kebutuhan jiwamu belum tercukupi. Apakah kamu punya seorang sahabat atau teman dekat yang bisa diajak berbagi kesedihanmu? Kalau saat ini belum ada, saya bisa mengerti perasaanmu yang terluka karena beberapa kali ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya mengasihimu.

Saya bangga dengan Anda, dalam keadaan keluarga yang seperti ini, Anda tetap punya semangat untuk belajar dan berprestasi. Tidak banyak anak muda yang mampu memberi motivasi yang benar terhadap dirinya sendiri ketika keluarganya hancur. Karena mereka berpikir tidak ada orang yang menginginkan mereka sukses di masa depan, bahkan ada yang berpikir bahwa mereka tidak salah kalau melakukan hal yang tidak baik sebagai wujud dari pemberontakan terhadap keluarga yang sudah tidak memerhatikan. Anda sudah melakukan sesuatu yang berbeda, tetap memikirkan masa depan dan berani bertindak untuk memeroleh pendidikan yang terbaik. Anda tetap mengejar cita-cita sekali pun tidak ada yang mendukung bahkan mungkin ketika Anda lulus nanti tidak ada satu orang pun yang bangga dengan hasil yang sudah dicapai.

Saat ini Anda bisa percaya bahwa Tuhan Yesus juga turut merasakan apa yang sedang Anda hadapi. DIA senantiasa tahu keadaanmu dan tidak sekalipun DIA akan meninggalkanmu seperti yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarmu. Tuhan juga mampu menunjukkan jalan-jalan-Nya kepadamu. DIA akan menghiburmu dengan cara-Nya yang luar biasa melalui kejadian-kejadian yang Anda alami setiap hari, mungkin ada orang-orang yang Tuhan ijinkan untuk memerhatikan Anda walaupun Anda tidak pernah memikirkannya. Mungkin kami adalah salah satu yang diijinkan untuk memerhatikan dan mendoakan Anda.

Sekarang yang bisa kami sarankan untuk Anda lakukan, tetaplah pegang pengharapanmu akan masa depan sekalipun tidak ada yang memedulikanmu karena kesuksesan yang akan Anda raih adalah kebanggaan buat dirimu sendiri dan yang terpenting adalah ketika Anda mencapai yang terbaik, nama Tuhan dipermuliakan lewat kehidupanmu yang baik dan jadi berkat bagi banyak orang. Berkomunikasi dengan Tuhan setiap hari dapat menolongmu untuk memiliki pikiran yang positif dan perasaan bahwa dirimu berarti. Tuhan menciptakan seseorang pasti untuk rencana yang luar biasa yang harus dikerjakan di dunia. Oh, iya ketika Anda merasa kesepian dan mengenang masa lalu, jangan biarkan terus-menerus perasaanmu menyalahkan orangtuamu dan orang-orang di sekitarmu. Munculkan kasih yang sudah Anda terima dari Yesus untuk mengampuni mereka. Satu ayat yang dapat menguatkan Anda, silakan buka Yesaya 41:10, "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan".

Kami akan mengingat Anda dalam doa, Tuhan memberkati.

Salam dan doa kami,
I.T.alm./Tim Pengasuh Program Telaga

SEPATU adalah akronim SElaras, samPAi TUa oleh sebab sama seperti sepasang sepatu, berbeda namun s

erasi dan selalu bersama, demikian sebuah pernikahan. Menyatukan dua orang yang berbeda, laki-laki dan perempuan dengan latar belakang, karakter dan sifat yang berbeda tetap bisa selaras dan harmonis. Namun, menjaga keselarasan, keserasian dan keharmonisan bukan perkara yang gampang.

Ada kalimat "karakter asli seseorang dapat terlihat pada masa-masa penderitaan" dengan kata lain, apa yang tidak beres di dalam relasi akan semakin nampak ketika tekanan kehidupan muncul. Momentum wabah Covid-19 dapat menjadi seperti ujian bagi relasi suami istri untuk mengetahui seberapa harmonis dan solid relasi mereka. Oleh sebab itu penting pasutri mampu merawat relasi agar harmonis sampai maut memisahkan. Berikut adalah tips-tips agar relasi suami istri bisa tetap terjaga selama masa covid bahkan sesudah masa covid.

SElaras artinya suami dan istri tetap berbeda tetapi dapat berjalan bersama dengan harmonis. Rahasianya, membiasakan diri mendengar pasangannya. Mendengar adalah bagian dari komunikasi yang berkualitas, hal ini terlihat sederhana untuk dilakukan namun sebenarnya kebanyakan pasangan tidak mengerti bagaimana cara mendengar yang efektif. Fokus kepada apa yang dikatakan tetapi tidak kepada apa yang didengar, biasanya kemudian dilupakan, mengapa? Karena mendengar itu tindakan pasif, menunggu seseorang selesai berbicara lalu memberi jawab. Pendengar yang baik harus berkonsentrasi terhadap apa yang dikatakan oleh pasangan, menerima seutuhnya apa yang dikatakan pasangan tanpa menghakiminya. Hal ini dapat membantu pasutri memecahkan masalah sekaligus meningkatkan hubungan. Pendengar yang baik: bukan seorang yang menghindar untuk mendengar tetapi seorang yang reflektif atau terbiasa memeriksa diri (mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya) dan mendengar dengan hati (berkomitmen menjadi pendengar dan mengerti secara mendalam setiap aspek kehidupan serta pengalaman pasangannya). Latihan praktis menjadi pendengar mengulang pesan yang disampaikan dan merasakan perasaan si pembicara. Selain itu jangan memberi nasihat atau pendapat sebelum diminta.

Tips kedua adalah samPAi: kata sampai dapat juga berarti tiba, ketika kita memakai kata sampai maka ada sebuah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, seperti sebuah perpindahan dari satu tempat ke satu tujuan. Demikian juga saya melihat sebuah pernikahan, bahwa setiap orang yang ingin menikah tentu memunyai tujuan. Jawaban sebagian besar orang yang ingin menikah adalah ingin bahagia. Hal ini tidak salah dan wajar, namun sebenarnya bahagia bukanlah tujuan pernikahan, sebab bahagia adalah sebuah akibat dari sebuah pernikahan. Tujuan pernikahan adalah pertumbuhan, artinya ketika seorang laki-laki dan perempuan berkomitmen untuk diikat di dalam sebuah relasi nikah kudus maka seharusnya kedua orang tersebut memiliki tujuan yaitu melalui pernikahan mereka mengalami apa yang dinamakan bertumbuh secara rohani, pribadi, mental dan pikiran. Menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sehat mental, dewasa secara rohani. Ketika seorang suami atau istri bertekad bertumbuh secara pribadi, pasangannya akan mengalami kebahagiaan dan pasangan yang bahagia tentu saja akan berusaha bagaimana agar pasangannya bisa bahagia. Oleh sebab itu, setiap orang yang mau menikah atau sudah menikah seharusnya bertekad untuk bertumbuh. Tantangan bagi suami atau istri, silakan bertanya kepada diri sendiri, sudahkah saya mengalami pertumbuhan di area-area kehidupan seperti rohani, mental, kepribadian, pikiran?

Jikalau sudah bertumbuh silakan lanjutkan karena bertumbuh adalah proses seumur hidup sampai kita menjadi pribadi yang sempurna seperti Dia adalah sempurna. Dan jika belum, kita adalah pasangan yang kekanak-kanakan, masalah sedikit langsung ‘ngambek’ atau marah, melarikan diri, kaku dan keras kepala segeralah mencari pertolongan kepada Tuhan dan orang yang bisa kita percaya untuk mementoring kita. Tidak usah takut untuk terbuka dan mencari pertolongan, untuk sesuatu yang bernilai yaitu keharmonisan rumah tangga kita, kenapa tidak kita lakukan sekarang juga?

Tips berikut adalah TUa, setiap orang pasti akan menua, artinya kita semua memiliki keterbatasan. Kebiasaan baik yang harus dijaga dalam sebuah relasi adalah mengakui kelemahan dan keterbatasan diri. Hal ini tidak sama dengan selalu memerlihatkan kelemahan untuk dikasihani dan dimaklumi orang tetapi sebuah kesadaran melihat dan menilai diri sendiri bahwa ketika sebuah relasi menjadi buruk/baik bukan semata-mata kesalahan pada pasangan saya, mungkin saya juga ikut andil/berkontribusi bagi memburuknya sebuah relasi. Lihatlah konflik dalam relasi bukan kepada benar dan salah seseorang atau apa yang dilakukan pasangan tetapi lebih kepada memahami cara pandang dan mengapa pasangan kita melakukan hal-hal yang menimbulkan konflik? Ketika hal ini dilakukan maka suami istri akan lebih terfokus kepada tindakan mencari akar persoalan sehingga mereka dapat ditolong dan rumah tangga itu dapat harmonis kembali. Jadi saya yakin jika kita terbiasa melihat mengapa dia melakukan hal itu maka sebagai pasangan selalu ada ruang di hati kita yang namanya ruang untuk kesalahan bagi pasangan kita! Dalam menghadapi keterbatasan diri dan waktu kita adalah: Biasakan cepat-cepat minta maaf jika melakukan kesalahan dan cepatlah mengampuni, ingat Ef.4:26, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" atau jangan menyimpan marah ! Cepat mengampuni bicara tentang tindakan, namun karena kita makhluk emosi, sehingga kita butuh proses waktu untuk memproses perasaan. Membiasakan mengakui perasaan-perasaan yang kita alami, khususnya perasaan negatif (sedih, cemas, takut, marah, kecewa). Akuilah dan bicarakan serta berdialog dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasanganmu. Jangan mengabaikan atau menganggap perasaan-perasaan tersebut sebagai sesuatu yang buruk dan lemah. Melalui bercerita kita akan lega dan akibatnya dapat berpikir lebih jernih dan tepat. Terlihat lemah tidak selalu buruk, namun hal itu menunjukkan bahwa kita membutuhkan topangan dan membutuhkan orang lain.

Jadi tips relasi harmonis pasutri di tengah masa covid dan sesudah covid adalah terampil mendengar satu dengan yang lain (Yak.1:19, "…..setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"), memahami tujuan pernikahan yaitu pertumbuhan pribadi, dan mengakui keterbatasan diri sehingga kita bisa menerima dan mengampuni pasangan yang bersalah, akhirnya kita dapat "SElaras samPAi TUa" ----- SEPATU, AMIN.

Ceramah disampaikan oleh Pdt. Nancy Rosita Timisela, M.Th.

Salah seorang konselor dari Pusat Konseling Telaga Kehidupan Sidoarjo

yang berdomisili di Malang

POKOK DOA (BTK Juli 2020)

Tahun ajaran baru telah dimulai, hampir semua murid-murid masih belajar secara online dari rumah. Cukup banyak keluhan para orangtua, misalnya yang hanya memiliki 1 Hp dan tidak memiliki tablet atau laptop, belum lagi koneksi internet yang kadang-kadang tidak stabil. Itulah kenyataan yang kita hadapi di masa yang abnormal ini. Tuhan mengijinkan pandemi COVID-19 terjadi, pasti ada tujuan dan maksud di balik ini semua yang patut kita syukuri dan tetap doakan.

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,- dan dari NN di Tangerang sejumlah Rp 500.000,-.
  2. Bersyukur di hari yang terakhir bulan Juli 2020, ada tambahan 2 judul rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan, M. Phil. sebagai narasumber.
  3. Bersyukur ada tambahan 2 judul rekaman yang dikirim oleh Bp. Paul Gunadi dari L.A. untuk kemudian dilengkapi di Malang.
  4. Bersyukur 50% dari pembuatan transkrip, ringkasan dan abstrak (dari rekaman T 561 s.d. T 572) sudah selesai sehingga dalam bulan depan dapat dikirim ke YLSA untuk diunggah di situs Telaga.
  5. Tetap doakan untuk pengeditan 4 judul rekaman yang masih belum selesai.
  6. Doakan untuk tim kerja Telaga Kehidupan di Sidoarjo dalam mengembangkan Pusat Konseling dan Pusat Bina Iman Anak Telaga Kehidupan melalui media sosial.
  7. Tetap doakan untuk pemerintah Indonesia dan segenap jajarannya agar bisa bersama-sama bersehati memikirkan banyak hal dalam menangani masalah ekonomi, kesehatan dan lain-lain, termasuk usaha uji coba vaksin virus corona yang diharapkan bisa digunakan dalam tahun 2021 yang akan datang.
  8. Sehubungan dengan pandemi COVID-19, kita tetap mendoakan untuk para dokter, perawat dan tenaga medis lainnya dalam mengatasi hal-hal yang tidak mudah, terutama di Rumah Sakit yang menyediakan ruang isolasi bagi para pasien yang terkena COVID-19, demikian pula masyarakat yang terkena PHK dan belum mendapatkan pekerjaan baru demikian pula perubahan dalam bidang pendidikan dengan segalanya yang serba online.
  9. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan ini, yaitu dari :
    001 – Rp 100.000,-
    015 – Rp 2.250.000,- untuk 3 bulan





Halaman