Uang dan Harta

Versi printer-friendly
Agustus


"UANG & HARTA"

Bila kita menyelidiki Alkitab, kita akan menemukan bahwa 15 persen dari segala sesuatu yang Yesus katakan berhubungan dengan topik uang dan harta milik—ini lebih banyak dari pengajaran-Nya tentang surga dan neraka. Yesus memberi perhatian sedemikian besar kepada uang dan harta milik, karena ada suatu keterkaitan yang erat antara hidup rohani kita dengan bagaimana kita berpikir dan mengelola uang. Kita bisa saja mencoba memisahkan iman kita dari keuangan kita, namun Allah melihatnya sebagai hal yang tidak terpisahkan.

Coba kita lihat sepintas Lukas 3. Yohanes Pembaptis sedang berkhotbah kepada orang banyak yang berkumpul untuk mendengarnya dan dibaptiskan. Tiga kelompok yang berbeda bertanya kepada Yohanes Pembaptis tentang apa yang harus mereka lakukan untuk menghasilkan buah pertobatan. Yohanes memberi tiga jawaban:

  1. Setiap orang harus membagikan pakaian dan makanan kepada orang-orang miskin (ayat 11)
  2. Para petugas pajak tidak boleh memungut uang ekstra (ayat 13)
  3. Para tentara harus puas dengan gaji mereka dan tidak boleh memeras (ayat 14)

Setiap jawaban berhubungan dengan uang dan harta milik. Padahal tidak ada seorangpun dari 3 kelompok yang berbeda ini (orang banyak, petugas pajak dan tentara) yang memertanyakan hal itu. Disini menjadi jelas bahwa pendekatan kita kepada uang dan harta milik tidak hanya penting, tetapi sentral bagi kehidupan rohani kita. Ini menempati skala prioritas yang tinggi bagi Allah sehingga Yohanes Pembaptis tidak bisa bicara tentang kerohanian tanpa berbicara tentang bagaimana mengelola uang dan harta milik.

Dalam Lukas 19:8 Zakheus mengatakan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.- "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini- (ayat 9). Pendekatan Zakheus yang radikal terhadap uang membuktikan bahwa hatinya telah berubah. Kesimpulannya, dari kedua bagian kisah ini kita melihat keterkaitan erat antara uang dan harta milik dengan kehidupan rohani kita.

Mari kita buka Alkitab pada Injil Lukas 12:13-48. kita bisa mendapati TIGA PANDANGAN YESUS TENTANG UANG.

  1. Kita hidup tidak tergantung pada kekayaan.
    Hidup itu bermakna karena kita memiliki Kristus dan sebaliknya jika kita punya harta namun tanpa Kristus, hidup tak berarti. Hidup bergantung pada anugerah Allah. Penting bagi kita untuk membedakan antara keserakahan dan kekayaan itu sendiri. Kristus tidak pernah menganggap kekayaan itu sebagai sesuatu yang terkutuk—kekayaan adalah milik Allah. Yesus mencela pikiran orang yang terpusat pada kekayaan dunia ini. Kita cenderung menimbun karena tanpa kita sadari budaya sekitar lewat iklan cetak, iklan elektronik, majalah dan tabloid membentuk gaya hidup kita untuk cenderung konsumtif. Ada banyak godaan untuk membelanjakan uang kita. Dan ada banyak godaan pula untuk menimbunnya dalam berbagai bentuk investasi: mulai dari tanah, emas, deposito, saham, unit link, SBI (Sertifikat Bank Indonesia), reksadana dan sebagainya. Rumah kita yang sejati adalah surga. Dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus berkata bahwa Dia pergi untuk menyediakan rumah buat kita. Surga adalah rumah yang dibuat untuk kita dan kita dibuat untuk surga. Bila kita mengerti ini, hal ini akan mengubah selama-lamanya cara kita berpikir dan hidup. Kita akan berhenti menyimpan harta di hotel bumi kita hari ini dan mulai mengirim lebih banyak lagi ke rumah kita yang sejati. Yesus mengajarkan bahwa uang merupakan salah satu kekuatan rohani yang kita perangi—bukan sekadar uang kertas yang berwarna merah atau logam keemasan. Uang bukan sesuatu, tetapi seseorang. Yesus menyebutnya sebagai Mamon. Mamon bisa mengelabui kita untuk berpikir bahwa kita menguasainya, padahal sebenarnya mamonlah yang menguasai kita. Ini bisa terjadi bukan hanya pada kita yang hidup berkelebihan tetapi bisa terjadi pula pada kita yang pas-pasan.
  2. Kita hidup dipelihara Allah.
    Karena itu, jangan khawatir tetapi usahakanlah lebih dulu Allah memerintah dalam hidupmu. Bahkan Tuhan mengajarkan kita untuk tak terus khawatir dan matre dengan cara memberi memberi supaya terkumpul harta di surga. Seorang yang takut akan Allah dan kaya di hadapan Allah, bebas dari rasa takut dan khawatir. Karena itu, Yesus menggarisbawahi pentingnya memercayai Allah. Burung gagak, bunga bakung dan rumput banyak mengajar kita. Yesus menutup perikop ini dengan sebuah catatan kecil tentang kemurahan hati dalam ayat 33-34. Jika kita memercayai bahwa kita hidup dipelihara Allah, kita akan menjadi orang yang murah hati dan tidak berlaku seperti orang kaya yang bodoh dalam perikop sebelumnya. Kita adalah subjek kepedulian Allah maka kita dapat memercayakan seluruh hidup kita pada-Nya. Isu yang disebut dalam perikop ini : makanan, kesehatan dan pakaian, menyentuh kebutuhan dasar kita untuk hidup. Yesus mengingatkan kita untuk tidak secara berlebihan terkacaukan dengan kebutuhan fisik kita. Contoh pertama yang Yesus berikan, burung gagak. Burung gagak pada masa itu, dianggap makhluk hidup yang sangat rendah. Sebagaimana burung lainnya, tidak menanam dan tidak memanen, namun Allah peduli dan pelihara. Apalagi kita manusia !

    Mazmur 49:17-18 mengatakan: "Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia-. John Rockefeller adalah seorang pria terkaya yang pernah hidup. Setelah kematiannya seseorang bertanya kepada akuntannya, "Berapa banyak uang yang ditinggalkan John Rockefeller?- Jawabannya sangat klasik. "Ia meninggalkan…semuanya-. Tindakan memberi adalah suatu peringatan yang hidup bahwa semuanya adalah tentang Allah, bukan tentang kita. Memberi memberitahu bahwa saya bukanlah pokok, Dialah yang pokok. Dia ada bukan untuk saya. Saya ada untuk Dia. Memberi adalah menegaskan Ketuhanan Kristus bahwa Kristus benar-benar Tuhan, Tuan atas hidup kita. Memberi menurunkan saya dari takhta dan meninggikan Dia. Memberi memutuskan rantai mamon yang mau memperbudak saya. Sepanjang saya memiliki sesuatu, saya percaya saya memilikinya. Tetapi tatkala saya memberikannya, saya melepaskan kendali, kuasa dan prestise yang datang bersama kekayaan itu. Pada saat pelepasan terjadi terang bersinar. Pikiran saya menjadi jernih dan saya mengakui Allah sebagai pemilik, diri saya sendiri adalah hamba dan orang lain adalah ahli waris yang dimaksud dari apa yang Allah percayakan kepada saya. Hanya memberi yang menghancurkan demam kekayaan. Hanya memberi yang tahan menghadapi roh berhak atas sesuatu. Hanya memberi yang membebaskan kita dari gravitasi berpegang pada uang dan milik. Memberi memindahkan saya kepada sebuah pusat gravitasi baru: surga. Dengan bermurah hati, maka kita dengan sendirinya mematahkan mata rantai kekhawatiran yang mudah melanda kita.

  3. Kita adalah manajer dari harta Allah dan kelak dimintai pertanggungjawaban.
    Dalam perikop Luk. 12:35-48, disebutkan bahwa setiap kita adalah pelayan yang perlu senantiasa siap sedia jika sewaktu-waktu Tuan kita, yakni Tuhan, datang. Dikatakan dalam Luk. 12:35: -Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala-. Pakaian Orang Yahudi berupa jubah. Agar lebih sigap dalam melayani, maka jubah mereka diikat. Jubah yang diikat menunjukkan kesiapan. Ditambah pelita yang tetap menyala, menunjukkan ketika pun sang tuan datang pada larut malam, sang pelayan sudah siap menyambut. Konteks perikop ini berbicara tentang akhir zaman. Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan datang kembali (ayat 40). Bagian yang masih dalam wilayah kendali kita, adalah setia melayani Allah. Kalau kita kedapatan demikian, maka kita akan disebut berbahagia. Salah satu wujud setia melayani Allah, yakni dengan mengelola dengan baik apa saja yang Allah percayakan pada kita, termasuk harta kita. Mazmur 24:1 menegaskan kepada kita: "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.- Kalau Allah adalah Pemilik, lantas kita apa ? Kita adalah manajer atau pengurus harta milik-Nya. Di sini menjadi penting sekali agar kita mengadopsi mentalitas pelayan terhadap semua asset yang telah Ia percayakan kepada kita. Sekali lagi yang Ia percayakan, bukan yang Ia berikan. Kita sebagai manajer keuangan Allah memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sah dan Allah sebagai Pemilik uang itu sungguh murah hati. Ia tidak menuntut supaya pelayan-pelayan-Nya hidup dalam kemiskinan dan Ia tidak marah kepada pengeluaran masuk akal yang kita buat untuk diri kita sendiri. Allah adalah Pemilik dan kita adalah manajer yang memiliki harta yang kita punya dan Ia meminta pertanggungjawaban kita. Kalau Tuhan beri lebih, diminta pertanggungjawaban lebih. Allah memberi Anda lebih banyak uang, itu bukan supaya kita dapat menemukan lebih banyak cara menghabiskannya Kalau Allah memberi Anda lebih banyak uang adalah supaya kita bisa memberi dengan murah hati. Jika Allah memberikan berkat-Nya lebih banyak pada kita, itu bukan berarti untuk menaikkan standar hidup kita, tetapi untuk menaikkan standar pemberian kita. Teladan: Pdt. Rick Warren, pengarang buku "The Purpose Driven Life -- yang meledak hebat di berbagai belahan dunia dengan rekor penjualan 25 juta eksemplar. Majalah ’Business Week’ menobatkan sebagai -- buku nonfiksi yang penjualannya paling cepat di sepanjang masa-. Rick Warren yang mendadak menjadi multimilioner tiba-tiba sadar bahwa godaan untuk menjadi serakah mendadak muncul di depan hidungnya. Solusinya, ia dan keluarganya sepakat untuk menjalankan lima keputusan. Pertama, mereka tidak akan meningkatkan gaya hidup (ganti rumah, ganti mobil dan seterusnya). Kedua, Warren berhenti menerima tunjangan dari gereja. Ketiga, ia mengembalikan seluruh tunjangan dari gereja yang ia terima selama 25 tahun. Keempat, mereka memulai tiga Yayasan Kemanusiaan. Kelima, mereka hidup hanya dengan 10% pendapatan dan memersembahkan sisanya untuk pekerjaan Tuhan.

Ringkasan T496A+B
Oleh: Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Simak judul-judul lainnya dalam kategori "PENDIDIKAN" di www.telaga.org


PERTANYAAN :

Saya terlibat dalam pelayanan dan ada seorang wanita yang dekat dengan saya. Awalnya saya biasa saja, akan tetapi karena kami ‘chatting’ tiap hari, saya mulai tertarik mengenal dia lebih dalam. Dalam masa perkenalan ini, ada sebagian karakternya yang saya kurang sukai seperti marah berhari-hari hanya karena masalah sepele dan menurut saya ia seorang yang "judes-; kami sudah dekat selama 6 bulan ……dan saya memertimbangkan hal ini serta menganggap setiap wanita ada plus minusnya dan tidak sempurna. Semakin lama kami semakin akrab dan dekat, layaknya seperti orang berpacaran tanpa status, dia berani memajang foto kami di instagram dan menunjukkan sinyal cemburu saat saya menyebutkan wanita lain. Untuk memastikan, saya menyatakan perasaan saya kepadanya dan dia menolak. Saya merasa sedih karena dia mulai menjauh dan saya merasa kehilangan……..

Saya agak merasa dilema karena kalau lama-lama memendamnya, perasaan saya akan semakin tumbuh semakin dalam dan itu akan menyiksa jika bertepuk sebelah tangan atau masuk dalam ‘friend zone’. Bila saya ungkapkan, saya akan kehilangan persahabatan dengannya.

Pertanyaannya :
  1. Apa sebenarnya langkah yang tepat/benar untuk mengatasi hal ini? Dan mohon koreksi jika saya salah bersikap supaya saya bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.
  2. Bagaimana saya bisa memulihkan relasi ini, karena kami terlibat dalam satu pelayanan?
  3. Sebenarnya mana yang jauh lebih baik, menyatakannya atau memendamnya; setidaknya jika saya memendamnya hubungan ini tetap berlanjut tanpa saya kehilangan relasi ini. Jika saya menyatakannya, kapan waktu yang tepat, karena saya belum ahli dalam hal ini dan membutuhkan masukan dan saran. Terima kasih.
Salam : AT 

JAWABAN :

Sdr. AT yang dikasihi Tuhan,
Terima kasih atas keterbukaan dan kepercayaannya kepada Telaga. Sebagaimana yang Sdr. AT ungkapkan, relasi pertemanan dengan teman wanita ini memang sudah akrab dan dekat. Keakraban dan kedekatan ini salah satunya ditandai dengan relasi pertemanan yang sudah melibatkan perasaan ketertarikan Saudara padanya. Saya menghargai keberanian Saudara menyatakan perasaan kepadanya. Menurut saya, itu tindakan yang tepat dan "gentle -- untuk memastikan apakah ia juga memiliki perasaan ketertarikan yang sama atau tidak. Meski ternyata hasilnya tidak sesuai harapan dan membuat hati Saudara sedih, namun sekali lagi saya mengapresiasi keberanian Saudara. Karena relasi ini adalah relasi pertemanan lawan jenis yang sudah melibatkan perasaan, untuk saat ini saran saya sebaiknya Saudara memang belajar membatasi relasi ini hanya sebatas relasi kerja sama dalam pelayanan. Intensitas komunikasi sebaiknya dikurangi dan dibatasi hanya untuk hal-hal profesional terkait pelayanan, tidak lagi menyinggung hal-hal yang pribadi. Sampai kapan? Setidaknya sampai Saudara sudah dapat menetralisir perasaan Saudara terhadap teman tersebut dan umumnya ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebab jika tidak, seperti yang Saudara katakan, perasaan ini dapat bertumbuh semakin mendalam dan semakin menyiksa batin Saudara.

Kiranya Tuhan Yesus menolong, memulihkan dan menguatkan hati Saudara.

Salam : Hendra


Renungan
LOST BUT FOUND

Lukas 15:11-32

Oleh: Deby Johannis, S.Kom. M.Div. *)

Pernahkah saudara kehilangan barang yang sangat mahal nilainya? Seberapa usaha Anda untuk mendapatkannya kembali? Biasanya semakin mahal barang, maka semakin besar usaha kita untuk mencarinya dan mendapatkannya kembali. Tapi bagaimana jika yang hilang adalah orang, bukan orang yang disayang, tetapi orang yang tidak kita sukai, yang pernah menyakiti hati? Apakah kita akan berusaha keras untuk mencari dia? Biasanya tidak. Tetapi itulah yang dilakukan Allah Bapa di sorga bagi kita. Dia mengasihi orang berdosa, mencarinya dan akan bersukacita ketika satu orang berdosa bertobat. Perumpamaan anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32 menyatakannya.

Pertama, si bungsu. Dengan jiwa mudanya yang labil, mungkin dia merasa bosan membantu ayahnya di rumah, ia ingin lepas dari didikan orang tua dan hidup bebas melakukan apa pun yang dia inginkan.Untuk itu, ia meminta harta warisan, padahal ayahnya masih hidup. Dengan melakukan ini, sama saja ia berharap ayahnya cepat mati. Setelah menerima warisannya yakni kurang lebih 1/3 harta, ia menjual semua harta miliknya dan pergi ke negeri yang jauh. Disana ia memboros-boroskan hartanya dengan hidup berfoya-foya, tidur bersama pelacur sampai ia menjadi bangkrut ketika terjadi kelaparan di negeri itu. Keterpurukan hidupnya mencapai titik terendah ketika ingin makan makanan babi pun ia tak bisa, padahal babi adalah binatang yang menjijikkan bagi orang Yahudi. Bersyukur kisah tidak berhenti disitu. Krisis yang dialami si bungsu justru menjadi titik balik hidupnya. Ia menyadari keadaannya yang buruk dan ia bertobat. Ia kembali pada ayahnya, meminta pengampunan dan dengan penuh kasih ayahnya menyambut, mengampuni dan berpesta untuk merayakan kepulangannya.

Namun sikap yang sama tidak dimiliki si sulung. Si sulung nampaknya tipe anak yang setia berbakti pada orang tua. Ketika mengetahui bahwa ada pesta untuk menyambut adiknya yang brengsek kembali, ia menjadi marah dan tidak mau masuk ke rumah. Dia ‘ngambek’ dan dalam kemarahannya, terlihatlah jati dirinya yang sebenarnya. Kalimat di ayat 29, "Telah bertahun-tahun aku melayani -- dalam terjemahan NEB (New English Bible): "I have slaved for you all these years-. Ternyata selama ini, meski dia ada di dalam rumah, bekerja keras membantu ayahnya, namun dia tidak merasa dikasihi sebagai anak, justru ia merasa diperbudak oleh ayahnya. Benarkah ayahnya memerlakukannya sebagai budak? Jawabannya bijaksana sang ayah menyangkalnya. Si sulung punya segalanya, bisa menikmati segalanya, tapi nampaknya dia tidak mengenal hati ayahnya yang penuh kasih.

Jika para pemungut cukai, pelacur melukai hati Allah dengan terang-terangan hidup jauh dari persekutuan dengan Dia dan firman-Nya, maka para ahli taurat dan orang Farisi justru melukai hati Allah dalam kepalsuannya. Tampak dekat dan sibuk melayani, tapi sebenarnya hatinya jauh. Mereka berdua sama-sama terhilang, bedanya yang satu sadar bahwa dia terhilang dan yang satu tidak sadar bahwa dia terhilang.

Dalam gereja masa kini, juga ada orang-orang seperti si bungsu dan si sulung. Peter Scazzero dalam bukunya "Emotionally Healthy Spirituality -- mengutip sebuah penelitian tentang orang-orang yang meninggalkan gereja, sebuah kelompok yang makin besar jumlahnya tahun-tahun terakhir ini. Bisa dikatakan mereka terhilang:

  1. Orang percaya yang tidak lagi pergi ke gereja. Awalnya mereka orang Kristen yang sungguh-sungguh, namun secara perlahan dan menyakitkan, mereka menyadari bahwa kekristenan tidak menjawab pergumulan-pergumulan mereka, seperti perceraian, ketiadaan pasangan, seksualitas, kecanduan, kegagalan, penolakan dan lain-lain. Mereka pergi dari gereja karena kecewa.
  2. Orang percaya yang masih ke gereja tetapi tidak terlibat aktif. Kelompok kedua ini juga mengalami frustrasi dan kecewa karena berbagai pergumulan, namun karena pertimbangan tertentu, mereka memutuskan tetap ke gereja tetapi pasif, tidak melayani. Mereka tahu ada yang salah, tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa.
  3. Orang percaya yang membuang iman mereka sepenuhnya. Mereka lelah terperangkap dan menemui jalan buntu dalam pergumulan dosa dan hidup mereka. Mereka juga lelah menghadapi orang Kristen di sekitar mereka yang nampak sangat rohani namun karakternya buruk. Bagi kelompok ketiga ini, hari Minggu lebih pantas diisi dengan tidur, nonton atau rekreasi lainnya.

Adakah saudara termasuk dalam kelompok-kelompok tersebut? Jika ya, ingatlah bahwa Allah Bapa sangat mengasihi saudara dan menantikan saudara pulang. Mencari orang yang berdosa dan menyelamatkannya dari kebinasaan adalah hal yang terpenting bagi hati Allah. Bahkan satu saja orang yang bertobat, seluruh sorga bersukacita. Itulah sebabnya Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal. Lukas 19:10, Yesus berkata, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.- Sekarang pertanyaannya, maukah si sulung mendengar suara-Nya dan bertobat kembali kepada-Nya?

*) Salah seorang konselor PKTK Sidoarjo





Bulan Agustus dikenal dengan bulan "Merah Putih" karena bendera merah putih dikibarkan sebulan penuh! Pada tanggal 17 Agustus 2024 kita telah memeringati ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-79 dengan tema "NUSANTARA BARU, INDONESIA MAJU", diperingati sekaligus di 2 tempat yaitu di Ibukota Nusantara, Kalimantan Timur dan juga di Istana Merdeka, Jakarta. "DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA".

  1. Bersyukur rekaman tahun 2023, T597 s.d. T600, baik audio, transkrip, ringkasan dan abstrak telah ada di situs Telaga.
  2. Bersyukur dalam bulan Agustus 2024 telah diadakan 2x rekaman di ruang kedap suara dari GBT Kristus Pelepas, Malang pada tanggal 9 dan 15 Agustus 2024 dengan Pdt.Dr. Vivian A.Soesilo sebagai narasumber dan Ibu Yosevin M.Lazuardi sebagai pemandu acara.
  3. Doakan untuk rencana pengiriman bahan rekaman tahun 2023 ke beberapa radio yang memerlukan.
  4. Di tahun politik ini, doakan untuk pemerintah dalam masa transisi, agar Tuhan sungguh-sungguh menolong dan memimpin khususnya acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada tanggal 20 Oktober 2024; demikian pula rencana diadakan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 27 November 2024 yang akan datang.
  5. Doakan untuk Ibu Santy Gunadi, istri dari Pdt.Dr. Paul Gunadi, sehubungan dengan meninggalnya ayah tercinta, Bp. Peter Subadya, usia 95 tahun pada tanggal 28 Agustus 2024 yang lalu. Tuhan menghibur istri dan seluruh keluarga besar yang ditinggalkan.
  6. Bersyukur Rumah Konseling di Sidoarjo sudah dapat digunakan mulai bulan September 2024. Doakan agar tempat konseling yang tersedia dapat menjadi berkat bagi para klien.
  7. Doakan untuk rencana pembuatan modul konseling awam agar dapat segera diselesaikan dan terpenting dapat dipakai serta menjadi berkat.
  8. Doakan agar para konselor dapat terus melayani dalam anugerah dan penyertaan Tuhan.
  9. Doakan agar para klien dapat tertolong dan terus pulih serta bertumbuh didalam Tuhan. Doa Bapak, Ibu dan Saudara sekalian sangat berarti bagi kami. Kami percaya ditengah keterbatasan kami dalam menolong, hanya kuasa Roh Kudus yang dapat senantiasa menopang, baik para klien juga para konselor yang melayani.
  10. Bersyukur Tuhan atas rumah pelayanan Telaga Pengharapan yang telah berjalan hampir 2 tahun. Masa kontrak rumah pelayanan Telaga Pengharapan akan berakhir pada 15 November 2024. Berdoa juga agar Tuhan memberikan para donatur tetap yang terbeban untuk mendukung pengembangan pelayanan Telaga Pengharapan. Kiranya Tuhan Yesus mencukupkan kebutuhan dana yang diperlukan untuk perpanjangan kontrak rumah.
  11. Program Bina Iman Anak Tunas Kehidupan yang berada di bawah Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) Jember, tidak lagi dilanjutkan sejak hari Minggu, 4 Agustus 2024, karena beberapa orang tua murid mengundurkan diri, semester ini dua orang guru sudah tidak bisa mengajar (Gio akan melahirkan anak pertama dan Nia sudah pindah pelayanan ke Pematang Siantar).
  12. Doakan untuk Jember Theological Center (JTC) yang akan mengadakan pembinaan teologi untuk kaum awam dengan topik "Knowing Trinity" pada hari Senin, 30 September 2024 pk.18.00 WIB di Jl. Doho I/8, Jember dengan pembicara Dr. Yudi Handoko, M.Th. Berdoa untuk peserta yang mengikuti agar melalui pembinaan ini, setiap peserta makin mengenal Allah Tritunggal dengan benar.
  13. Telaga Pengharapan ingin mengembangkan layanan edukasi melalui media (Tik Tok, Instagram dan YouTube), kiranya Tuhan memberikan hikmat dan ide-ide kreatif kepada tim untuk mengerjakannya.
  14. Telaga Pengharapan ingin membangun jejaring dengan tereja dan sekolah di kota Jember. Berdoa kiranya Tuhan membukakan jalan bagi kerjasama dan pelayanan pekerjaan Tuhan di kota Jember.