Ikatan Sehat dalam Berelasi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T548A
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K
Abstrak: 
Manusia didesain oleh Allah sebagai makhluk sosial dimana, manusia perlu berelasi, baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Namun demikian tanpa adanya relasi dengan batasan yang benar maka kita akan membangun sebuah relasi tidak sehat dengan batasan yang tidak jelas, dengan cara mengikari apa yang menjadi milik kita dan mencoba mengaku-aku apa yang menjadi tanggung jawab orang lain. Oleh karena itu hal yang perlu dipelajari ialah kita perlu berelasi tanpa kehilangan identitas kita dan keunikan kita. Jadi setiap manusia membutuhkan relasi yang dalam, dimana relasi tersebut menerima keunikan dan identitas kita dengan berlandaskan pada kasih karunia.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.

Orang yang sehat hidup memiliki ikatan dan batasan. Ikatan yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk menjalin rasa keterikatan emosional dengan orang lain. Kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain pada tingkat yang dalam. Tingkat yang dangkal adalah relasi di permukaan, sebatas komunikasi basa-basi dan sebatas relasi karena kepentingan. (penjelasan). Sementara orang yang mampu membangun ikatan akan mengembangkan komunikasi yang saling terbuka, saling leluasa bercerita dan berbagi kisah, pergumulan, perasaan, impian dan perasaan-perasaan yang terdalam dengan tanpa rasa takut tertolak.

Ketika seseorang tidak mampu membangun ikatan, maka ia akan mudah mengalami rasa kesepian, kekosongan, dan perasaan tertekan.

Ikatan memang adalah disain Tuhan dari semula. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial atau makhluk yang berelasi, baik berelasi dengan Tuhan Sang Pencipta maupun dengan orang lain. Membangun relasi yang mendalam dengan Tuhan dan orang lain memberi nutrisi dan gizi pada jiwa. Dengan kata lain, ketika manusia memiliki relasi yang dangkal dengan Tuhan dan orang lain, apalagi tidak memilikinya, sebanyak apapun hartanya, seberapa pun prestasi dan pencapaian produktivitasnya, jiwanya akan layu, mengerut dan menyusut.

Di sinilah tempat yang subur bagi pelarian-pelarian maupun kecanduan, seperti dengan rokok, alkohol, narkotika, obat-obatan dan zat lainnya. Juga kecanduan seks, judi, pekerjaan, pelayanan, prestasi, materialisme maupun berbagai bentuk gangguan jiwa dari yang ringan hingga yang berat.

Keterikatan ini dengan Tuhan DAN orang lain sekaligus. Bukan dengan Tuhan ATAU orang lain.

Ketika kita mau mengembangkan keterampilan untuk mengikatkan diri dengan orang lain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

  1. Menyadari kebutuhan
  2. Meminta bantuan dan dukungan secara aktif
  3. Menyadari kerentanan dan bersedia mengambil risiko
  4. Bersedia menyembuhkan luka lewat proses pemulihan
  5. Bersedia bergabung dengan kelompok pertumbuhan berlandaskan prinsip kasih karunia

Hosea 6:6a, " Sebab aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan," Kata kasih setia dalam bahasa Ibrani berarti "khesed" yaitu kasih yang memiliki, kasih yang setia. Menekankan kepemilikan bersama dari orang-orang yang terlibat dalam relasi kasih.