Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengakhiri Dengan Baik". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Setiap orang tentu berharap perjalanan kehidupannya di dunia ini bisa diakhiri dengan baik, tetapi untuk bisa di garis akhir yang baik tentu orang harus membuat persiapan-persiapan dalam mempersiapkan dia untuk bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya. Kira-kira mengakhiri dengan baik, yang akan kita perbincangkan ini tentang apa, Pak Paul ?
PG : Di dalam surat 2 Timotius 4:7-8 Rasul Paulus berbagi pesan dengan anak rohaninya Timotius, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memeliara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan." Ini adalah sebuah ungkapan yang indah. Sebuah ungkapan syukur bahwa Tuhan telah menyertai hamba-Nya ini dan sekarang dia akan mengakhiri hidup ini dengan sebuah rasa syukur bahwa Tuhan telah menjaganya. Pak Gunawan, di dalam hidup ini banyak orang yang memulai dengan baik, tetapi tidak banyak yang mengakhirinya dengan baik. Banyak yang tersandung di tengah perjalanan dan masuk ke lubang dosa. Itu sebabnya kita mau mengangkat topik ini agar kita bisa belajar waspada, berhati-hati agar bisa mengakhiri perjalanan hidup dengan Tuhan Yesus dengan baik.
GS : Tapi kalau kita melihat pada diri Rasul Paulus sendiri, sebenarnya dia memulainya dengan kurang baik namun pada akhirnya dia mengakhirinya dengan baik, seperti itu Pak Paul.
PG : Dan itu yang memang seharusnya, Pak Gunawan. Kadang-kadang kita mengawali hidup dengan tidak baik, kita tidak mengenal Tuhan dan kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Kristus dan akhirny dalam hidup ini kita lebih banyak berkubang dan jalan di tempat, tapi karena anugerah Tuhan maka kita diselamatkan dan kita bertobat dan kita mau memulai hidup yang baru.
Maka seyogianyalah dari titik itu sampai akhir maka kita bisa berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Rasul Paulus menggunakan istilah pertandingan, jadi dia melihat hidup ini sebagai suatu pertandingan dan kita harus selalu berjaga-jaga dan kita harus selalu waspada. Maka Paulus menasehati Timotius bahwa dia harus mengakhiri hidup ini dengan baik. Karena itu kita sebagai anak-anak Tuhan perlu belajar hal-hal apa yang perlu kita lakukan atau jaga supaya mengakhiri hidup dengan baik.
GS : Pada saat Rasul Paulus mengatakan hal seperti itu kepada Timotius, sebenarnya pada saat itu dia belum meninggal, tetapi mengapa dengan yakin dia mengatakan bahwa "Aku telah mencapai garis akhir" ?
PG : 2 Timotius adalah surat yang terakhir ditulis oleh Rasul Paulus dan di saat itu, dia sedang dalam pemenjaraan di Roma, diduga Rasul Paulus dipenjarakan lebih dari sekali. Jadi setidaknya aa 2 kali dia dipenjarakan dan rupanya dia sudah bisa membaca situasi waktu pemenjaraan yang terakhir ini bahwa dia tidak lagi selamat dan dia akan dibunuh, karena pada saat itu yang memerintah adalah Kaisar Nero.
Kaisar Nero membenci orang Kristen dan suatu ketika menyebabkan kebakaran melanda kota Roma. Tapi untuk menutupi jejaknya, dia menuding bahwa orang Kristenlah yang telah menyebabkan kebakaran itu. Kemudian dia mengompori orang-orang di Roma untuk mengejar dan membunuh orang-orang Kristen. Dalam kondisi seperti itulah Rasul Paulus dan juga Rasul Petrus ditangkap dan dipenjarakan oleh Nero. Kita tahu bahwa menurut catatan tradisi, dua hamba Tuhan ini akhirnya mati di tangan Nero. Jadi besar kemungkinan Paulus melihat bahwa sekarang dia di tangan kaisar yang sangat lalim dan begitu bernafsu untuk membunuh orang-orang Kristen, jadi bisa dibayangkan bahwa nanti dia juga akan terkena.
GS : Pada hari-hari terakhir dari kehidupan seseorang, jika dia menengok ke belakang maka sebagian orang akan mengatakan kalau dia menyesal karena dia tidak melakukan hal-hal tertentu yang seharusnya dia bisa lakukan. Tapi juga ada sebagian orang yang menyesali, kenapa dia melakukan hal-hal yang seharusnya dia tidak lakukan, dan ini bagaimana Pak Paul ?
PG : Seringkali pada masa-masa tua kita menengok ke belakang, kalau ada hal-hal yang kita tahu seharusnya kita lakukan namun tidak melakukan maka itu akan membawa penyesalan dalam hidup kita. Sbagai contoh kita melihat ke belakang kemudian kita menyadari seharusnya saya lebih memberikan waktu untuk keluarga saya namun kenyataannya tidak, sekarang saya menjadi jauh dengan keluarga saya.
Akhirnya dia harus membawa penyesalan itu. Atau ada juga orang-orang yang menengok ke belakang dan berkata, "Kenapa saya melakukan hal-hal seperti itu, saya melakukan kesalahan ini dan itu sehingga sekarang saya harus membayar harganya," biasanya seperti itu pula kita merasa penyesalan dalam hati kita.
GS : Berarti hal-hal yang seharusnya dilakukan atau hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, itu terjadi pada usia parobayanya seperti itu, Pak Paul ?
PG : Biasanya seperti itu, Pak Gunawan, sebab seringkali pada masa awal kita masih berhati-hati dan kita masih waspada. Periode yang paling rentan adalah di parobaya, biasanya kita lengah di stu dan kalau kita tidak hati-hati maka pada akhirnya kita terjerumus masuk ke dalam lobang dosa.
GS : Berarti hal-hal apa yang harus dilakukan oleh seseorang pada usia paro-bayanya supaya dia mengakhiri kehidupannya ini dengan baik ?
PG : Ada beberapa yang akan kita angkat. Yang pertama adalah kita mesti menjaga batas dalam berelasi dengan lawan jenis. Salah satu lubang dosa yang kerap kali membuat kita jatuh di dalamnya adlah dosa perzinahan.
Alasan kenapa kita mudah jatuh ke dalamnya adalah dikarenakan kita tidak berhati-hati dalam menjaga batas, dalam berelasi dengan lawan jenis maka kita harus menjaga batas yang jelas. Jika kita mulai melanggarnya maka suatu hari kelak, kita akan jatuh ke dalam dosa perzinahan, memang pelanggaran pertama tidak harus kita jatuh ke dalam dosa tapi kalau kita tidak menjaga batas maka tinggal hitungan waktu maka kita akan makin kendor dan kemudian kita melanggar batas tersebut dan disitulah akhirnya kita jatuh ke dalam dosa perzinahan.
GS : Padahal pada usia-usia parobaya, seseorang itu mendambakan hubungan seksual dengan pihak lain disamping istrinya.
PG : Biasanya begitu karena pada usia itulah, pada umumnya laki-laki mencapai puncak kemapanannya dan lebih dihormati dan disegani oleh koleganya termasuk bawahannya, dan kalau di situ ada wania-wanita maka mereka akan menunjukkan sikap mengagumi atasannya ini.
Tidak bisa tidak istrinya sudah mulai menua dan dia akan mulai membandingkan istrinya dengan wanita-wanita ini. Maka disini dia perlu menjaga batas meskipun pada awalnya tidak ada masalah namun dia mesti menjaga batas ini.
GS : Batas-batas apa yang biasanya dilanggar, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa, yang pertama adalah batas dalam berteman yaitu akhirnya kita itu mudah sekali berteman terlalu mendalam. Apa artinya berteman terlalu mendalam, misalnya kita memberi perhatia yang terlalu mendalam kepada seseorang yang tidak bisa tidak akan membuat dia merasa bukan saja diperhatikan tapi juga dianggap spesial.
Adakalanya kita menanyakan hal-hal yang pribadi, meneleponnya waktu dia mengalami sedikit kesusahan atau ada masalah dan kita benar-benar memberikan perhatian yang begitu mendalam pada lawan jenis. Ini memang berbahaya hampir setiap orang senang menerima perlakuan khusus, itu sebabnya bila ia merasa diperhatikan secara khusus maka besar kemungkinan dia akan menikmatinya. Sebagai akibatnya relasi makin bertambah dalam. Kita tahu jika relasi sudah bertambah dalam maka mudah sekali perasaan-perasaan romantis atau suka itu muncul. Kalau kita tidak mengenal orang dan relasi kita dengan dia jauh, maka sudah tentu percikan-percikan api romantis juga lebih susah untuk keluar, namun di dalam relasi yang mendalam inilah percikan api romantis mudah sekali keluar dengan banyak.
GS : Padahal itu seringkali keluar dengan tidak sengaja, perjumpaan atau masalah-masalah yang sama yang dihadapi di kantor dan ini membuat hubungan dua orang ini makin lama makin dekat, Pak Paul.
PG : Betul. Memang karena ini tidak dianggap berbahaya maka kita sebagai anak-anak Tuhan harus waspada dan kita harus melihat, "Benar ya, rasanya makin hari makin mendalam, sekarang dia memperhtikan saya seperti ini."
Kalau kita merasa bahwa kita diperhatikan seperti itu oleh rekan kita, itulah saatnya kita mesti mulai mundur dan mulai membatasi, dan kebalikannya kalau kita merasa bahwa kita telah memberikan perhatian kepada seseorang terlalu mendalam maka kita harus mundur. Jadi jangan sampai kita mendiamkan dan malahan menikmatinya, itu sangat berbahaya.
GS : Pelanggaran yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Yang lain adalah bercanda terlalu jauh, ini sederhana tapi juga bisa berbahaya. Seringkali orang memulai relasi dengan bercanda, sudah tentu bercanda yang segar akan membuat orang tersenyu dan bahagia.
Masalahnya adalah kalau kita terus bercanda dengan seseorang, kita pun terus membuatnya bahagia bersama dengan kita. Jika tidak hati-hati maka ini yang akan menjadi awal dari sebuah relasi yang khusus, perasaan suka mulai bertumbuh dan kita pun makin senang menghabiskan waktu bersamanya. Jadi memang jagalah bercanda kita, jangan sampai terlalu jauh sehingga membuat orang selalu mau dekat dengan kita dan terus mengundangnya untuk terus bersama kita. Ini adalah awal dari permulaan relasi yang makin intim.
GS : Ini sangat berkaitan dengan yang pertama tadi lewat canda-canda sehari-hari ini dan lama-lama makin dekat dan makin dekat dan kita makin berani bercanda lagi dan dia juga menanggapi canda kita dengan canda yang lain. Maka itu menjadi suatu jalinan yang makin lama, makin kuat mengikat seseorang.
PG : Saya setuju sekali, Pak Gunawan. Itu sebabnya kita mesti memperhatikan canda yang kita lontarkan. Seringkali kita berdalih, "Saya hanya bercanda, saya hanya iseng-iseng saja," tapi sedikitsekali orang yang sungguh-sungguh murni dalam dunia ini, kebanyakan hati kita sudah bercabang.
Kalau kita bercanda terlalu mendalam terhadap seseorang maka besar kemungkinan ada sesuatu di dalam hati kita, maka kita mesti menjaganya melarangnya untuk terus bercanda dengan dia karena makin kita bercanda, maka dia semakin menikmatinya dan kita pun makin menikmatinya maka lama-lama makin menikmati kehadiran satu sama lain pula.
GS : Jadi sebenarnya orang yang bersangkutan itu menyadari bahwa dia sudah terlalu jauh dalam hal bercanda ini, Pak Paul ?
PG : Tidak semua, Pak Gunawan. Jadi ada orang-orang yang menyangkal, misalnya ada pasangannya yang berkata, "Kenapa kamu dengan dia selalu bercanda," kemudian dijawab, "Kenapa, salah ? Saya salh bercanda seperti itu.
Namanya juga bercanda." Dan masalahnya adalah saya ini cukup tua, jadi saya mengerti kita ini susah sekali memunyai hati yang murni, seringkali motivasi itu menyusupi tindakan-tindakan kita dan merasa paling aman menggunakan metode bercanda itulah, sehingga kita bisa menikmati kebersamaan dengan orang dan kalau orang curiga, maka kita masih bisa berdalih kalau ini hanya bercanda.
GS : Apakah ada bentuk pelanggaran yang lain tentang jaga batas ?
PG : Yang lain adalah kadang-kadang kita berkenalan terlalu mudah maksudnya begini, atas nama ramah tamah kadang kita cepat berkenalan dengan lawan jenis. Kalau kita tidak hati-hati perkenalan ang terlalu mudah akan membuka celah bagi berkembangnya relasi dengan lawan jenis, kita mesti peka dan jelas dengan motivasi kita saat menjalin komunikasi kita dengan lawan jenis.
Seringkali ketertarikan adalah alasan pertamanya namun kita enggan untuk mengetahuinya, kita biasanya berkata, "Tidak ada apa-apa, tidak ada ketertarikan," tapi kalau kita jujur sebenarnya kita bisa bertanya apakah saya mau berinisiatif menjalin perkenalan dengan orang yang lain misalkan dengan orang yang tidak semenarik orang tersebut. Seringkali kita harus akui, "Benar ya kalau orang itu tidak menarik tentu kita tidak akan memulai perkenalan dengan dia." Jadi kalau kita tahu kita tertarik kepada seseorang, janganlah kita menyuburkan relasi dengan dia. Di dalam Amsal 5, firman Tuhan memanggil perzinahan dengan beberapa kata-kata yang sangat keras yaitu maut, dunia orang mati, dan habis binasa. Jadi dengan kata lain tidak ada yang manis dan indah dengan perzinahan, maka jangan kita memulainya.
GS : Seringkali orang pada masa tuanya banyak menyesali dirinya karena jatuh ke dalam dosa perzinahan, berarti dia tidak bisa lagi mengakhiri hidupnya dengan baik.
PG Betul. Akhirnya dia selalu berpikir-pikir, "Kenapa saya melakukan hal seperti itu." Dan itu yang kadang saya dengar dari orang yang telah jatuh ke dalam dosa perzinahan, dia bisa keluar atas anugerah Tuhan, memulai lagi relasi dengan pasangannya tetapi selalu ada duri yang menusuk hatinya . Dia selalu mengingat perbuatan dirinya di masa lampau dan dia akan benar-benar menyesali kenapa saya bisa sampai seperti itu, kalau mau dihapus juga tidak bisa, karena sudah terjadi dan itu akan terus menjadi bagian dalam hidupnya.
GS : Jadi sebenarnya dengan dia berbaikan dengan istrinya yang pertama dahulu, itu sebenarnya menjadi beban tersendiri di dalam akhir kehidupannya, Pak Paul ?
PG : Jadi selama dia hidup, dan dia sadar istrinya telah memaafkan, memberinya kesempatan yang kedua, dia bersyukur dan dia senang tapi selalu ada rasa bersalah, "Istri saya begitu baik dan maumenerima saya tapi kenapa dulu saya sanggup berbuat seperti itu, apalagi kalau sampai diketahui oleh anak-anak" sampai kapan pun rasa malu itu akan ada di dalam dirinya, rasa malu bahwa mereka tidak bertanggung jawab telah mengkhianati bukan saja pasangan tapi anak-anaknya pula.
GS : Khusus untuk jaga batas, apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Firman Tuhan di Amsal 5:20 dan 21 berkata, "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasi-Nya." Kita mesti menjaga batas sebab Tuhan pun melihat mtivasi kita yang terdalam dan terbuka lebar di hadapan Tuhan.
Maka jangan kita membohongi diri apalagi membohongi Tuhan. Kalau memang ada motivasi tertentu dalam diri kita, maka akuilah dan ada kemudian kita membuat garis batas yang harus kita patuhi.
GS : Selain jaga batas, yang harus dilakukan lagi jaga apa, Pak Paul ?
PG : Yang berikut yang saya sebut dengan jaga badan. Sudah tentu jaga badan ini bisa mengacu pada kekuatan tubuh kita, pada usia muda kita kuat dan bergantung penuh pada kekuatan badan sendiri amun dengan bertambahnya usia kita mesti memerhatikan keterbatasan tubuh dan hidup di dalam keterbatasan kita dan bukan malah di luar keterbatasan ini.
Tapi selain dari badan jasmaniah, kita pun mesti menjaga badan atau kekuatan atau kemampuan mental. Makin bertambahnya usia, makin bertambah pengalaman dan sebagai konsekuensinya makin bertambah keyakinan diri dan akhirnya kita makin percaya pada pertimbangan kita dan tidak mudah untuk mendengarkan orang karena kita tahu kalau kita ini paling berpengalaman. Kalau tidak hati-hati maka di masa inilah kita mudah terperangkap di dalam dosa-dosa tertentu.
GS : Misalnya dosa apa, Pak Paul ?
PG : Yang pertama misalnya adalah dosa kesombongan, banyak orang memulai hidup dengan kerendahan hati namun mengakhirinya dalam kesombongan. Kenapa pada awalnya dia rendah hati ? Karena belum aa pencapaian, belum membuktikan diri, belum ada keberhasilan makanya kita rendah hati.
Tapi setelah memunyai keberhasilan, kita mulai sombong, kita menganggap diri kita lebih dan kadang merasa diri paling tahu dari pada orang lain sehingga cepat mengecilkan kemampuan orang lain dan malah meninggikan pengetahuan pribadi, kita menjadi mudah tersinggung sewaktu kita tidak mendapatkan penghargaan yang kita anggap kita layak menerimanya atau mungkin marah sewaktu melihat orang lain memeroleh medali yang seharusnya menjadi milik kita. Tidak heran ada orang yang makin tua, makin sombong dan makin membesarkan pencapaiannya.
GS : Selain timbul dari dalam dirinya sendiri, kesombongan ini juga seringkali dipicu oleh orang-orang di sekitarnya yang mengkultus-individukan dia, yang menyanjung-nyanjung dia sehingga kesombongan itu makin terbentuk.
PG : Ada seorang pendeta yang bernama Max Lucado dia berkata bahwa, "Waktu orang-orang memuji-muji kita karena kita bisa ini dan mampu itu, akhirnya kita itu sungguh-sungguh menyakini bahwa kit sebaik itu dan kita setinggi yang mereka katakan, akhirnya pandangan seperti itu melambung dan melambung.
Biasanya dalam kondisi seperti itu kita menuntut orang memerlakukan orang seperti itu pula waktu orang tidak menghargai pendapat kita, tidak mau mendengarkan masukan kita, kita tersinggung dan marah karena kita mengaggap bahwa sudah seharusnyalah kamu mendengarkan dan menghargai apa yang saya katakan." Ini adalah kesombongan, Pak Gunawan. Jadi kesombongan itu bisa kita tarik ke dalam 2 ekstrem dan yang paling ekstrem adalah mengagungkan diri bahwa saya hebat, saya mulia tapi di dalam ekstrem yang satunya yang paling bawah yaitu kesombongan muncul dan dalam pemikiran saya selalu benar dan tidak salah dan saya tidak mau meminta maaf. Jadi sebetulnya itu adalah bentuk kesombongan yang lebih diam atau lebih sunyi tapi sesungguhnya sama-sama berbahaya dengan kesombongan yang satunya yakni yang mengagung-agungkan diri.
GS : Dalam hal kesombongan, kadang-kadang orang tidak menyadari bahwa itu merupakan kesombongan tapi yang pasti ialah tubuhnya makin hari makin lemah karena usia itu tadi.
PG : Betul sekali. Memang tubuhnya makin melemah tapi seringkali karena pengalamannya bertambah akhirnya dia makin percaya diri, tidak mau mendengarkan orang lain dan menganggap dirinya yang paing tahu.
GS : Dosa yang satunya lagi apa, Pak Paul ?
PG : Yang satu lagi adalah tidak mengakui keterbatasan, Pak Gunawan, oleh karena kita makin berpengalaman dan pintu kesempatan makin dibukakan, maka mudah sekali kita terjerumus ke dalam lembahyang saya sebut dengan ketidak terbatasan, kita tergoda melakukan banyak hal dan tidak ingat lagi akan keterbatasan diri.
Kita menjadi sukar menolak permintaan orang dan sering menyangkal kenyataan sebab kita ingin terus berkiprah dan kita tidak mau menerima bahwa sesungguhnya kita juga makin terbatas, kemampuan kita pun tidak makin bertambah. Biasanya kita makin memacu diri tapi masalahnya adalah kesanggupan kita, tubuh kita makin terbatas akhirnya muncullah berbagai gangguan baik itu yang menyangkut diri sendiri, atau pun relasi dengan sesama karena akhirnya orang yang tidak kenal batas biasanya akan menghalangi orang untuk berkembang, menghalangi orang untuk melakukan hal-hal yang dia rasa dia cocok untuk dia lakukan, akhirnya menginjak kaki orang menganggap diri yang paling super dan masalah pun makin hari makin berkembang.
GS : Ada orang yang mengatakan, dia melakukan itu karena dia sadar bahwa waktu dia terbatas, yang dulu dia tidak pernah lakukan sekarang dia mau kerjakan itu. Jadi setengahnya dia dikejar waktu, Pak Paul.
PG : Kadang-kadang kita lupa bahwa ada Tuhan di dalam hidup ini dan bahwa Tuhan itu tidak bergantung pada satu orang untuk menyelesaikan pekerjaanNya. Sudah tentu kita harus setia melakukan yan Tuhan inginkan tapi kita harus serahkan kepada Tuhan, ada jadwal Tuhan dan selalu ada orang lain yang Tuhan bisa pakai.
Tuhan tidak bergantung pada satu manusia untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya.
GS : Tapi itu membuat dia makin kelelahan, karena sebenarnya dia tidak ditunjang oleh kondisi fisik yang baik.
PG : Betul. Jadi dia seperti lilin yang semakin kecil dan semakin kecil. Biasanya api lilin itu mulai kecil kemudian apinya menjadi besar, begitu lilinnya mengecil maka apinya mulai membesar seingga lilin makin cepat meleleh.
Tapi lilin yang masih panjang dan tinggi, apinya pun kecil dan membakarnya pun juga makin kecil. Seringkali manusia seperti itu, waktu lilinnya itu makin kecil kekuatannya makin melemah, api semangatnya makin membesar dan mau melakukan begitu banyak hal tetapi akhirnya makin membakar dirinya dan menghabiskannya.
GS : Jadi untuk masalah jaga badan ini sebaiknya pada masa usia tengah baya ke atas lebih baik mulai memikirkan berolah raga, untuk hidup lebih santai dan makan makanan yang sehat, apakah seperti itu ?
PG : Betul. Jadi benar-benar mulai membatasi diri dan tidak melakukan semuanya karena menganggap bahwa hanya saya saja yang bisa melakukannya.
GS : Tapi tidak berarti sama sekali berhenti dari kegiatan, karena kalau dia tidak punya kegiatan maka tubuhnya juga makin melemah, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Sebelum kita mengakhiri bagian ini mungkin ada Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Amsal 3:5-6 berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."Jadi Tuhan meminta kita untuk bersandar kepada-Nya, tidak bersandar pada pengertian kita, kita mesti mengakui Tuhan ada dan mengatur dan menentukan dalam semua perilaku dan usaha kita.
Waktu kita melakukan hal seperti itu maka barulah Tuhan akan meluruskan atau menolong jalan kita.
GS : Pak Paul, apakah masih ada hal-hal lain yang perlu kita jaga, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa lagi, dan nanti kita akan bahas tentang menjaga batin atau menjaga hati kita dan kita juga mesti menjaga keluarga kita, orang tua dan anak-anak kita dan kita juga harus menjag bait Allah atau menjaga iman kepercayaan kita.
Dan saya kira nanti kita harus membahas ini di dalam pertemuan berikutnya, Pak Gunawan.
Gs : Berarti pembicaraan ini masih belum berakhir dan terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengakhiri dengan Baik". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.