Orangtua/Anak

Tidak ada orang tua yang tidak menaruh pengharapan pada anak. Pada masa kecil kita berharap anak akan bertumbuh sehat, dapat bersekolah dan menoreh prestasi yang baik. Saat ia besar kita berharap bahwa ia akan bertemu dengan pasangan hidup yang sesuai dan membangun keluarga serta mendapatkan pekerjaan yang baik. Namun pada kenyataannya anak tidak selalu bertumbuh selancar itu.Kita mungkin tidak siap dan kecewa.Itu sebab penting bagi kita sebagai orang tua untuk mempunyai sikap yang bijak dalam membesarkan anak. Berikut akan dibagikan beberapa sikap yang sesuai dengan prinsip Alkitab.
Tidak ada orang tua yang mengharapkan anaknya lain sendiri. Semua orang tua mengharapkan anaknya untuk sama seperti anak lainnya agar dapat diterima dengan baik. Namun tidak selalu Tuhan memberikan kepada kita anak yang sama dengan anak lainnya. Kadang Ia justru memberikan kepada kita anak yang berbeda dari anak-anak lain pada umumnya. Misalkan, ada anak yang sukar mengikuti pelajaran sekolah atau ada anak yang mempunyai keterbelakangan mental.Bagaimanakah sebaiknya orang tua menyikapi hal ini?
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tindak kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Kekerasan terhadap anak diartikan sebagai perlakuan berulang berupa pengabaian maupun tindakan aktif yang membahayakan dan merusak anak-anak. Hal ini juga mencakup kegagalan orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pengasuhan mereka. Diharapkan, dengan mengenal apasaja bentuk kekerasan terhadap anak, faktor-faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta mengetahui solusinya, orangtua dapat lebih bertanggungjawab dalam pengasuhan anak.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tindak kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Kekerasan terhadap anak diartikan sebagai perlakuan berulang berupa pengabaian maupun tindakan aktif yang membahayakan dan merusak anak-anak. Hal ini juga mencakup kegagalan orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pengasuhan mereka. Diharapkan, dengan mengenal apasaja bentuk kekerasan terhadap anak, faktor-faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta mengetahui solusinya, orangtua dapat lebih bertanggungjawab dalam pengasuhan anak.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tindak kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Kekerasan terhadap anak diartikan sebagai perlakuan berulang berupa pengabaian maupun tindakan aktif yang membahayakan dan merusak anak-anak. Hal ini juga mencakup kegagalan orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pengasuhan mereka. Diharapkan, dengan mengenal apasaja bentuk kekerasan terhadap anak, faktor-faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta mengetahui solusinya, orangtua dapat lebih bertanggungjawab dalam pengasuhan anak.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tindak kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Kekerasan terhadap anak diartikan sebagai perlakuan berulang berupa pengabaian maupun tindakan aktif yang membahayakan dan merusak anak-anak. Hal ini juga mencakup kegagalan orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pengasuhan mereka. Diharapkan, dengan mengenal apasaja bentuk kekerasan terhadap anak, faktor-faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta mengetahui solusinya, orangtua dapat lebih bertanggungjawab dalam pengasuhan anak.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tindak kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Kekerasan terhadap anak diartikan sebagai perlakuan berulang berupa pengabaian maupun tindakan aktif yang membahayakan dan merusak anak-anak. Hal ini juga mencakup kegagalan orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pengasuhan mereka. Diharapkan, dengan mengenal apasaja bentuk kekerasan terhadap anak, faktor-faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta mengetahui solusinya, orangtua dapat lebih bertanggungjawab dalam pengasuhan anak.
Sebagaimana gangguan lainnya, makin parah atau besar trauma yang pernah dialami, maka makin lama dan sukar penyelesaiannya. Didalam psikologi, gangguan ini dikenal dengan nama Post-Traumatic Stress Disorder, disingkat PTSD. Ketakutan yang mencekam akibat trauma dapat membuat kita sulit tidur, atau kalau pun dapat tidur, kita sering diganggu oleh mimpi buruk yang menyeramkan. Untuk mengatasi dampak trauma yang tidak separah PTSD, ada beberapa saran yang dapat diberikan. Pada prinsipnya oleh karena roh, jiwa, dan raga terkait erat, tidak bisa tidak untuk mengatasi trauma diperlukan penanganan terpadu.
Sebagaimana kita ketahui istilah trauma mengacu kepada peristiwa atau kejadian yang mengguncangkan kalbu secara dahsyat. Begitu banyak orang yang mengalami trauma di masa kecil dan harus terus hidup di bawah bayang-bayang trauma sampai di usia dewasa. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahami trauma secara lebih saksama dan mengetahui cara untuk mengatasinya.
Salah satu sukacita terbesar dalam hidup adalah sukacita memunyai anak. Secara alamiah kasih ingin terus mengalir keluar dan masuk ke dalam diri anak. Seiring dengan bertumbuhnya kasih, ada satu lagi hasrat yang turut bertumbuh yaitu keinginan untuk memberi yang terbaik kepada anak. Sayangnya, kadang kita melangkah terlalu jauh dan malah merugikan anak—bukan saja ia makin bergantung pada kita, ia pun tidak memunyai keyakinan diri dan kesanggupan menghadapi tantangan hidup. Disini akan dipaparkan beberapa tindakan yang kerap diperbuat orang tua “demi kebaikan anak,” namun akhirnya malah mematahkan sayap anak.

Halaman