Tatkala Anak Sukar Mengingat

Versi printer-friendly
April

Berita Telaga Edisi No. 102 /Tahun IX/ April 2013


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon




Tatkala Anak Sukar Mengingat

Salah satu sumber frustrasi orang tua dalam mengajar anak adalah kesulitan anak untuk mengingat pelajaran. Apa yang telah dipelajari malam itu, tiba-tiba hilang tidak berbekas tatkala ulangan keesokan harinya. Apakah yang terjadi dengan memorinya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama kita harus mengenal cara kerja memori. Informasi baru biasanya disimpan di dalam memori jangka pendek; informasi baru di sini mengacu kepada segala peristiwa dan data yang memberi kesan cukup kuat untuk diingat—atau lebih tepatnya, dikenang—untuk sementara. Data tersebut tersimpan untuk beberapa menit hingga beberapa jam.

Peristiwa yang memberi kesan mendalam akan merembes masuk ke dalam memori jangka panjang di mana informasi tersebut akan dapat dipanggil keluar kembali, baik secara langsung atau lewat metode asosiasi. Informasi yang tidak memberi kesan mendalam juga dapat disimpan di memori jangka panjang melalui cara pengulangan atau penghafalan. Makin lama proses pengulangan, makin lama informasi tersebut bertahan di memori jangka panjang.

Biasanya orang tua berusaha membantu anak menyimpan informasi belajar lewat proses pengulangan agar materi tersebut dapat dipancing keluar sewaktu ulangan keesokan harinya. Masalah timbul tatkala anak tidak berhasil memanggil keluar materi yang telah dipelajarinya kemarin.

Berikut akan dipaparkan beberapa kemungkinan penyebabnya :

  1. Anak tidak dapat memancing keluar informasi itu karena kemarin materi itu baru masuk ke dalam memori jangka pendek, belum masuk ke memori jangka panjang. Kenyataan anak dapat mengulangnya dengan baik, itu mungkin disebabkan materi itu masuk ke dalam memori jangka pendek sehingga dalam hitungan menit atau jam, materi tersebut masih tersimpan dan dapat dipanggil keluar dari memori jangka pendek. Agar materi dapat tersimpan di memori jangka panjang, proses penyimpanan harus dilakukan secara mencicil lewat jangka waktu yang panjang dan mesti berulang kali. Jika langsung dipadatkan dalam satu waktu, besar kemungkinan materi tidak tersimpan di memori jangka panjang.

  2. Anak tidak menyimpan materi di memori jangka panjang sebab ia tidak berminat terhadap materi itu. Kita tahu bahwa pada umumnya kita hanya menyukai beberapa mata pelajaran tertentu dan biasanya kita lebih mudah mengingat materi yang kita sukai. Itu sebabnya untuk materi yang tidak disukai anak, waktu belajar mesti diperpanjang dan dimasukkan secara mencicil.

  3. Anak tidak dapat memancing keluar materi pelajaran sebab anak tidak tahu bagaimana caranya memanggil keluar materi yang telah tersimpan di memori jangka panjang. Biasanya materi keluar lewat cara asosiasi yakni mengasosiasikan informasi tertentu dengan informasi lainnya yang mudah atau telah diingatnya. Dengan kata lain, orangtua perlu mengajarkan materi pelajaran kepada anak secara tepat yakni mengaitkan materi itu dengan sesuatu yang diketahuinya. Itu sebabnya penggunaan contoh konkret akan sangat membantu anak mengingat dan memancing materi itu keluar.

  4. Anak tidak dapat memancing materi itu keluar sebab ia mengalami ketegangan. Dalam kondisi cemas, anak akan sulit memancing keluar materi yang telah disimpannya kemarin. Ketegangan dapat bersumber dari suasana ulangan yang senyap, tetapi dapat pula berasal dari ketakutan si anak untuk gagal. Masalah dalam keluarga juga berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak sehingga ia mengalami kesukaran untuk memasukkan materi ke memori jangka panjang atau memanggilnya keluar. Itu sebabnya penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana belajar yang santai sebab ancaman dan kemarahan hanyalah menambah bobot ketegangan.

Firman Tuhan: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22)

Oleh Pdt.Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T213A





Doakanlah

  1. Bersyukur tim rekaman bersama Bp. Paul Gunadi, dalam waktu 1 bulan ini telah menghasilkan 8x rekaman atau 16 judul baru. Doakan untuk pencatatan transkrip agar dalam waktu bulan Mei atau Juni yad. sudah bisa dibaca dalam situs Telaga.

  2. Bersyukur untuk royalty yang diterima dari Literatur SAAT untuk buku-buku yang artikelnya dibuat oleh Bp. Paul Gunadi.

  3. Doakan untuk Sdri. Betty yang akan membantu pelayanan konseling 1 gereja di kota Eindhoven yang jemaatnya 50% orang Indonesia mulai bulan Mei 2013. Doakan juga untuk rencana membangun jaringan kerja dengan gereja-gereja lokal.

  4. Doakan untuk tim rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan dan Bp. Hendra yang akan melanjutkan dengan rekaman-rekaman lainnya.

  5. Doakan untuk pemasaran buku yang baru terbit, yaitu "Memahami Remaja dan Pergumulannya", agar buku ini sungguh-sungguh bisa menolong para orang tua dan pengasuh remaja.

  6. Doakan agar ada radio-radio lainnya yang bersedia bekerjasama menyiarkan program Telaga.

  7. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :


    001 – Rp 100.000,-
    003 – Rp 400.000,- untuk 2 bulan
    004 – Rp 100.000,-
    011 – Rp 150.000,-



Telaga Menjawab

Tanya?

Kami memunyai seorang putra berusia 8 tahun. Dia memunyai kesulitan belajar. Dia sering lupa dengan apa yang telah dipelajari dan sering melamun di kelas.

Kami telah membawanya ke dokter syaraf anak, dokter psikiatri anak, psikolog anak. Menurut mereka putra kami adalah anak yang mudah lepas konsentrasi. Jadinya konsentrasinya sangat cepat dan mudah beralih dari yang sedang difokuskan. Sehingga sulit sekali untuk mengikuti pelajaran dan malas untuk berkonsentrasi untuk satu masalah. Menurut dokter rehab medik anak, putra kami ada kekurangan sedikit pada masalah motorik halusnya sehingga untuk memegang pinsil, membuka baju, memakai baju dan lain-lain masih sangat kaku. Bicaranya pun terlalu cepat sehingga kadang tidak jelas, tapi kalau bicara perlahan bisa jelas sekali.

Pada waktu saya mengandung anak ke dua (yakni putra kami ini) kira-kira sekitar usia kehamilan 7 bulan, saya dan suami pernah ribut besar sehingga kami mau bercerai dan saya merasa stres berat. Hal ini disebabkan suami saya sepertinya belum menerima kehadiran anak kami ini karena anak kami yang pertama masih sangat kecil dan saya sudah hamil lagi. Banyak pengeluaran untuk anak yang jumlahnya sangat besar seperti untuk susu, ‘baby-sitter’ dan imunisasi yang cukup mahal.

Proses persalinan anak dilakukan secara operasi karena jarak anak yang pertama dan kedua terlalu dekat (1,5 tahun). Anak pertama dilahirkan secara operasi karena tidak ada pembukaan dan air ketuban sudah mulai habis.

Di usia 0-8 tahun tidak bermasalah. Hanya pernah 1 kali dirawat di Rumah Sakit karena sakit typhus (4 hari) pada usia 6 tahun. Panas tinggi tapi tidak mengalami kejang. Pada waktu itu, anak kami sudah melakukan terapi (terapi wicara, terapi okupasi dan terapi lainnya) dan sudah didiagnosis oleh dokter bahwa ada masalah "speech delayed".

Perkembangan putra kami memang sangat mengkhawatirkan saya sebagai ibunya. Pada awalnya, putra kami baru bisa tengkurap pada usia 6 bulan dan baru bisa duduk sendiri pada usia 10 bulan. Tetapi berjalan dapat dilakukan pada usia 14 bulan. Setelah itu perkembangan bicaranya tidak maju seperti anak normal. Sehingga pada usia 3 tahun, kami masukkan di Klinik Tumbuh Kembang dan dilakukan terapi wicara dan terapi lainnya. Dan sampai sekarang putra kami masih terus terapi yaitu terapi remedial.

Mohon doanya agar putra kami dapat sembuh dari kekurangannya dan juga agar papanya mau menerima anak kami apa adanya dan mau ikut serta dalam membantu baik berupa perhatian dan juga biaya yang cukup besar.

Jawab!!!

Kami salut dengan keteguhan hati ibu untuk tetap merawat putra ibu yang kedua, memberikan terapi yang memadai supaya kelak dikemudian hari putra ibu dapat menjadi pribadi yang mandiri.

Beberapa saran yang mungkin dapat ibu pertimbangkan adalah sebagai berikut :

  1. Cara bicara putra ibu – sebaiknya sesering mungkin ingatkan putra ibu pada saat ia berbicara untuk berbicara secara perlahan. Ibu boleh terus terang mengatakan pada putra ibu bahwa ibu atau orang lain yang diajak bicara kurang dapat memahami apa yang dia ucapkan. Tentunya dengan nada yang lembut dan mudah dipahami anak. Sesekali boleh juga berbicara secara perlahan kepada putra ibu dengan lafal yang tepat sehingga putra ibu mendapat contoh yang kongkret tentang bagaimana berbicara secara perlahan dan jelas. Beri pujian kepada putra ibu untuk usaha kerasnya tersebut dengan kata-kata yang meneguhkan. Dalam hal ini ibu perlu bersabar dan bersahabat dengan waktu. Bagaimanapun usaha yang telah ibu lakukan selama ini sangat berarti buat putra ibu.

  2. Sepertinya ada kaitannya antara stres yang dialami ibu pada waktu kehamilan dengan sensitivitas putra ibu terhadap lingkungannya. Berharap ibu sudah menemukan cara yang tepat untuk menghadapi stres tersebut, mengingat pada saat ini ibu cukup disibukkan dengan merawat dua orang anak.

  3. Respons papa terhadap putranya – kami bisa memahami apabila ibu kecewa dengan respons papa terhadap putranya. Saran kami, berilah papa cukup waktu untuk menerima kenyataan ini. Karena kemungkinan besar respons yang diperlihatkan papa merupakan perwujudan dari rasa shock, rasa sedih, kecewa, rasa bersalah, rasa marah yang dipendam terhadap dirinya sendiri dan juga kondisi yang ada. Kalau dalam kondisi seperti ini kita mendesak dia untuk segera mengatasi kondisi dirinya sendiri dan menerima anaknya, tampaknya sulit dan kemungkinan justru akan menambah berat respons yang dia perlihatkan.

Kalau memungkinkan dalam event-event tertentu dimana putra ibu menunjukkan prestasinya (di sekolah, di gereja, di tempat terapi dan lain-lain) coba ikut sertakan papa. Dengan harapan secara perlahan papa akan membuka hati terhadap anaknya.





Ketakutan Yg Terbalik

Penghalang terbesar manusia untuk meraih sukses dan keberhasilan adalah rasa takut. Takut akan kegagalan, takut akan penolakan, takut akan kerugian, dan takut akan ketidak pastian. Bohong besar jika di dunia ini ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa rasa takut. Saya percaya setiap orang memiliki rasa takut, hanya saja memiliki tingkat intensitas yang berbeda.

Rasa takut adalah pemberian berharga dari Tuhan. Tanpa rasa takut kita tidak akan pernah mengetahui apa itu keberanian, tanpa rasa sedih kita tidak akan pernah tahu apa itu kebahagiaan. Sebagian besar orang menjadikan rasa takut sebagai kelemahan mereka, sebaliknya orang sukses selalu menjadikan rasa takut sebagai kekuatan mereka. Beberapa orang sering bertanya hal ini kepada saya, "Bagaimana mungkin menjadikan rasa takut sebagai kekuatan?!" Saya selalu menjawab, "Jauh lebih mudah membalikkan rasa takut kita menjadi kekuatan, dibanding menghilangkan rasa takut itu sendiri.

Apakah Anda pernah melihat seorang yang tidak bisa berlari, tiba – tiba berlari seperti layaknya pelari kelas dunia setelah dikejar oleh anjing? Apa yang membuat orang itu bisa berlari dengan kencang? Jawabannya adalah "Rasa Takut".terhadap anjing. Terkadang potensi dan kekuatan yang terpendam dalam diri kita akan keluar ketika kita mengalami rasa takut. Jangan jadikan rasa takut Anda sebagai kelemahan, tetapi jadikan rasa takut Anda sebagai kekuatan.

Seorang salesman yang sukses juga memiliki rasa takut, tapi ketakutan yang terbalik. Ia bukan takut ditolak oleh calon pelanggannya, tetapi ia takut jika ia tidak berjuang menjadi seorang salesman yang sukses maka ia tidak bisa membahagiakan keluarganya. Seorang pengusaha yang sukses juga memiliki rasa takut, tetapi ketakutan yang terbalik. Ia bukan takut rugi dalam berinvestasi, tetapi ia takut jika ia tidak berinvestasi ia akan kehilangan kesempatan emas. Rasa takut bisa menjadi batu sandungan bagi setiap orang, namun rasa takut juga bisa menjadi batu lompatan untuk meraih kesuksesan. Ketakutan sesungguhnya adalah hasil dari imajinasi yang kita ciptakan sendiri. Apa yang kita takuti tidaklah semenakutkan apa yang sebenarnya. Pesan Saya hanya satu, "Do What You Fear, Watch it Disappear"! Lakukan apa yang Anda takuti, maka Anda akan melihat ketakutan tersebut lenyap begitu saja.

~Original Article by Bong Chandra~





Buku Tamu

Nama : Sevin Inawati

Email : pinx_xxxx@yahoo.com

Anggota Gereja : GKI Coyudan

Jabatan : Penatua

Komentar :

Ringkasan khotbah disini sangat bagus dan memberikan wawasan yang baru.

Apakah saya diperbolehkan untuk memasukkannya dalam majalah gereja..? tentu saja dengan mencantumkan sumber dari web ini.