Sayang tapi Benci

Versi printer-friendly
April

Berita Telaga Edisi No. 161 /Tahun XIV/April 2018


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





Sayang tapi Benci


Ada sejumlah faktor yang mesti dipertimbangkan dalam pemilihan pasangan hidup, salah satunya adalah apakah kita mencintai pasangan kita atau tidak. Hal ini menjadi rumit tatkala bukan saja rasa sayang yang kita rasakan tetapi juga rasa benci. Dengan kata lain, kita merasa tidak dapat hidup tanpa kehadirannya namun kita merasa tidak sanggup hidup dengannya pula.

Ciri Relasi Sayang tetapi Benci

  • Pada dasarnya kita merasa sangat menyayanginya dan terus merindukannya namun kita tidak bisa berlama-lama dengannya sebelum meletusnya perteng-karan. Jadi, hampir setiap kali kita berbicara dengannya, kita akan mengakhirinya dengan pertengkaran.
  • Kita sangat menyayanginya namun membenci hal tertentu tentang dirinya. Ini bukan sekadar tidak suka namun sungguh membenci hal tertentu tentang dirinya. Misalnya, kita sangat membenci kekasarannya namun selalu merindu-kannya.

Mengapa Kita Perlu Mewaspadai Relasi Ini?

  • Jika hampir setiap percakapan berakhir dengan pertengkaran, itu pertanda ketidakcocokan dalam banyak hal. Bisa jadi, kita tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan cara yang pas diterima oleh pasangan. Bisa jadi pula itu merupakan tanda adanya perbedaan cara berpikir atau nilai kehidupan yang belum terselesaikan. Sekali lagi, kenyataan kita terus bertengkar itu berarti perbedaan yang ada cukuplah besar dan pertengkaran merupakan tanda kegagalan kita menyelaraskan perbedaan. Kita mungkin mencintainya namun bila inilah yang terjadi, itu menunjukkan ketidakcocokan yang berada di depan mata. Ingat, cinta sendiri tidak akan cukup kuat menopang pernikahan tanpa adanya keharmonisan.
  • Jika kita membenci aspek tertentu tentang dirinya sekarang sebelum pernikahan, jangan beranggapan bahwa setelah menikah maka kebencian itu akan segera hilang. Kenyataan kita membenci hal tersebut, itu memerlihatkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang penting bagi kita. Jadi, jika kita membenci kekasarannya menandakan kita meninggi-kan nilai kesantunan dan itu berarti, kita sukar menghormati orang yang tidak memiliki kesantunan. Sebesar-besar cinta kita kepadanya, pada akhirnya hal yang kita benci berpotensi mengubah semuanya itu. Dengan berjalannya waktu cinta cenderung lapuk dan malah tergantikan dengan rasa tidak suka akan karakteristiknya yang kita benci itu. Jadi, jangan sepelekan ketidak-sukaan kita sebab itu tidak akan hilang dengan sendirinya.

Jadi, apa yang harus dilakukan bila inilah yang terjadi?

  • Jangan mengabaikan rasa tidak suka yang kuat ini. Cinta kepadanya menunjukkan bahwa ada hal tentang dirinya yang kita sukai, namun kebencian memperlihatkan ketidakcocokan yang serius. Jadi, berikanlah waktu untuk memfokuskan pada ketidakcocokan dan kalau perlu carilah pertolongan dari seorang konselor pernikahan. Bila tetap tidak ada perubahan, sebaiknya pertimbangkan perpisahan. Ingat, cinta sendiri tidak cukup kuat untuk menopang pernikahan yang sehat.
  • Komunikasikan tuntutan dan pengharapan yang terkandung di hati secara terbuka. Jangan meremehkan reaksi tidak suka atas sikap atau perilaku pasangan yang tidak berkenan. Dan, jangan takut kehilangan dirinya. Kalau memang ia tidak bisa berubah dan tidak berniat meneruskan relasi, bukankah itu jauh lebih baik ketimbang memertahankannya. Makin banyak yang diselesaikan sebelum pernikahan, makin ringan tugas setelah pernikahan.
  • Jangan melupakan hal yang penting ini: Tuhan memelihara hidup kita ! Ia tahu semua kebutuhan kita bahkan sebelum kita mengatakannya. Jadi, percayalah bahwa Ia memberi yang terbaik kepada kita dan bersandarlah pada rencana-Nya. Firman Tuhan mengingatkan, “Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata.” (Amsal 31:10) Carilah istri dan suami yang cakap, bukan secara fisik namun secara jiwani agar ia sungguh menjadi belahan jiwa.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T255A.

Tanya

Shalom,

Saya trauma karena semasa SD papa sering memukuli saya. Papa suka judi sehingga perekonomian keluarga kami semakin merosot, bangkrut dan kami harus berpindah-pindah rumah kontrakan. Selama itu pula keluarga kami dimusuhi tetangga karena perbedaan iman dan etnis kami.

Saat kuliah, saya didatangi orang yang mengaku sebagai orangtua kandung saya. Mereka bercerita bahwa dulu mereka membuang saya karena saya anak yang lahir di luar nikah tapi kini mereka ingin saya kembali.

Sekarang saya menjalin relasi dengan seorang pria. Dia berkali-kali meninggalkan saya dan minta balikan. Saya selalu menerimanya. Namun belakangan saya tidak yakin dia mengasihi saya.

Saya selalu merasa ditinggalkan dan sulit percaya pada orang lain. Bahkan rekan kerja mengatakan bahwa saya pemberontak. Saya bingung dan sering berpikir tentang bunuh diri.

Apa yang harus saya lakukan dan apakah masalah dalam percintaan saya berhubungan dengan masa lalu saya? Terima kasih banyak.

Jawab

Shalom Saudari terkasih,

Mengenai hubunganmu dengan pria yang sudah berulang-ulang meninggalkan dan kembali lagi. Saran saya segeralah bertindak tegas. Katakan kepada pria itu cukup dan tidak perlu seperti ini lagi.

Karena dia tidak menghargai kamu dan tidak mengerti bagaimana menghormati wanita.

Hubungan yang seperti itu tidak layak diperjuangkan dan ketegasan harus diambil dari pihak kamu. Katakan cukup, saya tidak mau lagi melanjutkan hubungan seperti ini. Walaupun mungkin pria ini mohon-mohon dan minta balikan lagi, kamu harus tegas katakan cukup dan saya tidak mau lagi.

Setelah kamu lakukan itu tentu kamu akan galau, risau dan mungkin merasa bersalah. Untuk itu kamu perlu langkah kedua, yaitu katakan pada dirimu sendiri cukup dan saya tidak mau lagi buang waktu, energi untuk hal-hal yang tidak jelas.

Berikut, mulailah belajar menerima dirimu dan fokus pada salib Kristus. Pikiran dan kebingungan tentang masa lalu, perlakuan orangtua, apakah benar saya ini anak angkat dan lain-lain harus segera dialihkan, diserahkan di bawah salib Kristus. Kamu harus ingat bahwa kamu hidup di masa sekarang fokuskan diri pada tanggung-jawabmu masa sekarang ini.

Selama ini kamu bingung dan kebingungan itu semakin menambah beban (masa lalu yang terus masih kamu bawa). Sehingga pikiran mau bunuh diri mulai datang.

Oleh karena itu saran saya:

  • Letakkan beban masa lalumu di bawah kaki Tuhan.
  • Pandang Salib Kristus itu, di sana ada pengampunan, di sana ada pengorbanan di sana ada Pribadi yang pernah mati menebus dosa-dosa kamu. Dia Tuhan yang sangat mengasihimu.
  • Berdamailah dengan masa lalumu, yang sudah terjadi, yang tidak bisa kamu pahami. Tidak perlu terus dibawa dan dipikirkan sehingga menjadi beban yang semakin lama semakin berat.
  • Tegas katakan cukup dan tidak kepada pria yang berulang-ulang meninggalkanmu. Kamu layak mendapatkan pria yang lebih baik darinya.
  • Ambil waktu lebih banyak untuk berdoa dan membaca isi hati Tuhan, bacalah Alkitab. Itu isi hati Allah yang Dia sampaikan. Jalani perintah-Nya, hindari larangan-Nya.

Selamat membuat perubahan dan selamat menjalani hari bersama Tuhan.

Salam : Esther J. Rey

Doakanlah

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Radio Suara Gratia FM di Cirebon sebesar Rp 200.000,-, dari Ibu Paulina Susanti di Tangerang sejumlah Rp 2.000.000,- dan dari Ibu Gan May Kwee di Solo Rp 500.000,-.Bersyukur selama 1 bulan di Malang, telah diadakan 7x rekaman bersama Bp. Paul Gunadi sebagai narasumber.
  2. Bersyukur untuk kesempatan memeriahkan Seminar Pasutri yang diadakan oleh Pancaran Anugerah di SAAT pada tgl. 12 April 2018. Acara dihadiri oleh lebih kurang 225 orang, terjual 22 booklet, 27 CD, 2 VCD dan 18 buku Telaga 1 – 5
  3. Bersyukur setelah beberapa kali didoakan, buku Telaga-6 berjudul "Sayang dan Berharga" telah terbit, hasil kerjasama dengan C.V. Evernity Fisher Media.
  4. Doakan untuk rekaman lanjutan dalam bulan Mei 2018 bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai narasumber.
  5. Doakan untuk masa transisi sehubungan dengan Sdri. Rr. Fradiani Eka Yudiarti yang secara lisan telah menyampaikan akan mengundurkan diri pada akhir bulan Mei 2018, agar Tuhan menyediakan pengganti yang sesuai.
  6. Empat bulan telah kita lewati, doakan agar dalam tahun ini ada tambahan radio yang bersedia bekerjasama menyiarkan program Telaga.
  7. Doakan untuk Bp. Rudy Tejalaksana dalam pergumulannya untuk pindah dari Papua dan memulai rumah konseling di Yogyakarta sambil melayani pelajar, mahasiswa/I Papua yang jumlahnya cukup banyak di Yogya.
  8. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu :
    011 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan.

TELAH TERBIT

Buku TELAGA-6

Sayang dan Berharga

Berisi 7 artikel TELAGA tentang memelihara relasi nikah:

  1. Sayang dan Berharga
  2. Komunikasi Suami Istri
  3. Mengajar Pasangan Bersikap Jujur
  4. Membentengi Pernikahan
  5. Sikap Hidup Rekatif
  6. Bisakah Mengubah pasangan
  7. Cemburu

Harga Rp 48.500,-/ eks

Pemesanan bisa melalui email telaga@telaga.org