Pemberontakan Anak

Versi printer-friendly
Juli



Salah satu misteri dalam membesarkan anak adalah, tidak selalu apa yang ingin kita tanamkan, dapat diterima anak dengan BAIK dan TEPAT. Mungkin kita tidak menyampaikannya secara tepat sehingga anak tidak dapat menerimanya dengan baik. Namun acap kali anak memang sulit untuk menerimanya oleh karena ia sudah memiliki keinginan yang berbeda. Kalau tak terjembatani, tidak bisa tidak, timbullah pemberontakan. Namun ada banyak alasan lain lagi mengapa anak memberontak.

Beberapa di antaranya adalah:

  • PERTENGKARAN ORANG TUA adalah salah satu penyebab paling umum munculnya pemberontakan. Oleh karena pertengkaran yang tak berkesudahan, anak terpaksa hidup dalam ketegangan dan kemarahan. Inilah benih yang melahirkan pemberontakan.
  • ANAK DIJADIKAN TARGET PELAMPIASAN adalah penyebab lain terjadinya pemberontakan. Mungkin orangtua frustrasi dengan pernikahannya atau mungkin ia terjepit dalam pekerjaannya. Nah, dalam kondisi tertekan, betapa mudahnya orangtua melampiaskan semua kekesalannya pada anak. Sudah tentu bukan saja anak merasa tersiksa, ia pun merasa marah karena harus menjadi korban ketidakadilan. Pemberontakan pun menjadi jalan keluarnya.
  • ANAK DIJADIKAN TROFI DALAM KONFLIK adalah penyebab timbulnya pemberontakan dalam keluarga yang tidak harmonis. Akibat keretakan relasi baik ayah maupun ibu berusaha "memenangkan" hati anak agar berpihak padanya. Sudah tentu kondisi ini membuat anak serba salah dan tidak jarang, pemberontakan menjadi jalan untuk membebaskan diri dari himpitan ini.

  • TUNTUTAN BERLEBIHAN adalah penyebab lain timbulnya pemberontakan. Mungkin orangtua bermaksud baik yaitu mendorong anak untuk mengoptimalkan potensinya namun pada akhirnya anak merasa tersiksa sebab hidup menjadi mirip dengan kerja rodi. Alhasil anak memberontak agar terlepas dari tuntutan yang terlalu menindihnya.
  • KONFLIK ORANG TUA - ANAK adalah penyebab yang kerap menjadi penyebab munculnya pemberontakan. Sudah tentu ada banyak faktor yang dapat mencuatkan konflik di antara orangtua-anak namun bila konflik tidak terselesaikan, besar kemungkinan pada akhirnya anak memberontak.

Sesungguhnya apakah pemberontakan itu? Pemberontakan adalah:

  • Pertanda anak TIDAK TAHAN lagi dengan tekanan yang dihadapinya. Bertahun-tahun hidup dalam tekanan membuat daya tahan anak untuk menghadapi stres berkurang. Ia menjadi mudah marah dan cepat melampiaskan kemarahannya pada orang di sekitarnya. Juga, akibat tekanan yang dialaminya ia tidak sempat membangun sistem pertahanan yang kuat sehingga ia menjadi mudah runtuh. Di dalam keruntuhan ia mudah meledak dan tidak cakap mengelola kecamuk di hati. Itu sebabnya reaksi termudah adalah MENOLAK TUNTUTAN apa pun dan inilah yang menjadi tema pemberontakannya.
  • Pertanda anak ingin MENGUBAH kondisi keluarganya yang tidak sehat. Tanpa dijelaskan sekali pun, anak tahu bahwa keluarganya tengah bermasalah. Mungkin ia melihat hambarnya komunikasi di antara orangtua. Mungkin ia melihat pertengkaran. Mungkin ia melihat kedekatan orangtua dengan teman di luar pernikahan. Semua ini adalah kondisi yang tidak sehat dan anak merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu. Akhirnya ia mencoba memberitahukan orangtua, mengingatkan orangtua, menasihati orangtua tetapi semua tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya ia tidak tahan lagi dan letih menasihati. Ia membuang semua itu dan melawan orangtua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini pemberontakan merupakan upaya anak MENYADARKAN ORANGTUA.
  • Pertanda anak ingin membangun kehidupan yang TERPISAH dari kita. Kadang anak memberontak oleh karena ia ingin mulai mengembangkan kemandiriannya. Ia menganggap diri sudah dewasa dan sudah selayaknya ia memeroleh kebebasan untuk memilih. Pada umumnya ada tiga isu utama yang kerap menjadi pemicu pemberontakan anak: iman kepercayaan, pasangan hidup dan gaya hidup.
  • Namun adakalanya, pemberontakan merupakan ekspresi PENYIMPANGAN anak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya anak yang bertumbuh besar dalam keluarga yang tidak harmonis mengembangkan perilaku memberontak sebagai akibat ketidakstabilan jiwanya. Pemberontakan menjadi gaya hidup atau caranya menghadapi hidup. Ia tidak tahu dan mungkin, tidak sanggup mengatasi kekompleksan hidup beserta tuntutannya. Akhirnya satu-satunya cara yang digunakan adalah memberontak. Singkat kata, pemberontakan merupakan wujud nyata dari ketimpangan dan ketidakberdayaannya menghadapi hidup dengan cara yang sehat.

Pemberontakan anak dihadapi lewat:

  • KERENDAHAN HATI untuk mengakui kondisi keluarga dan kekurangan pribadi. Kita mesti menyikapi pemberontakan anak dengan penuh kerendahan hati. Kita harus menyadari bahwa seringkali pemberontakan anak merupakan akibat langsung dari masalah yang tersimpan dalam pernikahan kita atau kegagalan kita membendung masalahnya pada tahap yang dini.
  • KASIH untuk menyatakan penerimaan kepada anak. Sedapatnya kendati marah, kita harus membedakan antara perbuatan anak dan diri anak. Di satu pihak kita mesti bersikap tegas terhadap sikap dan perbuatannya yang memberontak. Di pihak lain kita harus mengkomunikasikan penerimaan kepada dirinya, yaitu bahwa ia tetap adalah anak yang kita kasihi.
  • KETEGASAN untuk menyampaikan batas yang jelas kepada anak. Dalam menghadapi pemberontakan anak, kita harus membedakan pelbagai jenis pemberontakan dan memberi reaksi yang sesuai. Ada kecenderungan tatkala marah, kita menyamaratakan semua perilakunya sebagai pemberontakan besar. Kenyataannya adalah, akan ada pemberontakan yang sesungguhnya tidak bernilai besar. Nah, sedapatnya kita hanya memberi reaksi terhadap pemberontakan besarnya. Sewaktu ia melihat bahwa kita tidak selalu memberi reaksi yang sama terhadap semua tindakannya, ia pun tidak dapat menunjukkan pemberontakan terhadap kita setiap waktu. Jika ini terjadi, akan tercipta momen dimana kita dan dia dapat berinteraksi secara lebih positif sebab tidak semua interaksi menjadi interaksi negatif—dia memberontak dan kita marah. Juga, tatkala kita tidak bereaksi terhadap semua pemberontakannya, ia pun akan dapat melihat sikap kita yang dewasa serta niat baik kita untuk berhubungan kembali dengannya. Hal ini berpotensi melunakkan hatinya dan menurunkan suhu kemarahan dan pemberontakannya.
  • Kunci meredam pemberontakan: INTEGRITAS DAN STABILITAS. Sebelum kita menanam sesuatu kita mesti terlebih dahulu menggemburkan tanahnya. Demikian pula dengan usaha menanam sesuatu yang baik pada anak terutama saat terjadi pemberontakan. Kita perlu menggemburkan tanah alias memersiapkan relasi agar sewaktu terjadi pemberontakan, dampaknya tidak berlarut dan memburuk. Ini berarti kita harus menjaga relasi yang baik dengannya di masa sebelum pemberontakan terjadi.
    Selain dari itu, kita pun mesti memertahankan kehidupan yang berintegritas dan jiwa yang stabil. Jika kita hidup dalam kemunafikan, hampir dapat dipastikan pemberontakan anak akan makin berkobar. Juga, bila anak melihat bahwa kita bukanlah pribadi yang stabil, ia pun cenderung menunjukkan pemberontakan yang lebih besar, sebab diperlukan jiwa yang stabil untuk membendung pemberontakan anak.
    Ketika anak melihat ketidakstabilan jiwa kita, ia melihat peluang untuk memberontak. Jadi, penting sekali bagi kita untuk memulai keluarga dalam integritas dan stabilitas. Tanpa kedua karakter ini, pemberontakan hampir menjadi keniscayaan.
  • Dan jangan lupa BERDOA untuk anak tanpa henti! Tuhan mendengar doa yang kita panjatkan, jadi, jangan berhenti berdoa meskipun perubahan yang kita nantikan tidak kunjung datang. Terpenting adalah kita pun menyadari kelemahan diri dan bersedia untuk berubah pula.
    Doa tanpa perubahan sikap pada diri kita tidak akan membuahkan hasil. Ingat: Tuhan bekerja lewat ketaatan kita, bukan ketidaktaatan kita. Di dalam doa, mintalah hikmat dan kesabaran tanpa batas! Kita memerlukan kedua hal ini. Kita tidak selalu tahu bagaimana memberi respons yang tepat kepada anak. Itu sebabnya kita mesti sering berdoa.
    Kita pun tidak selalu memiliki kesabaran atas perilakunya. Jadi, kita harus meminta Tuhan memberi kita kesabaran untuk menghadapinya. Tuhan bekerja melalui doa dan kesediaan kita untuk berubah.

Firman Tuhan di Yesaya 57:15 berkata, "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk."

Tuhan tahu kita tidak sempurna, namun yang terpenting bagi-Nya adalah pertobatan atau perubahan. Untuk itu diperlukan kerendahan hati untuk mengakui kekurangan kita. Tuhan bersama dengan kita yang remuk hati dan rendah hati. Ia mendengarkan doa kita.

Ringkasan T 333 A+B
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Ada cukup banyak judul lainnya di www.telaga.org



PERTANYAAN :

Selamat siang, saya ingin bertanya. Saya seorang wanita lajang berusia 24 tahun, anak kedua, lulusan akuntansi di Yogyakarta. Saya punya kakak perempuan usia 29 tahun juga masih lajang, tidak lulus kuliah, belum bekerja. Ibu saya seorang PNS berusia 57 tahun, telah pensiun pada tahun 2019. Saya dulu bekerja di salah satu BUMN di Jakarta, ‘resign’ karena ibu sakit dan ayah sudah meninggal.
Kakak saya kost di Yogyakarta, sedangkan keluarga tinggal di desa sekitar 2 jam dari kota Palembang. Saya kesulitan mencari pekerjaan di Palembang, sudah menganggur 8 bulan dan saya harus memutuskan hubungan dengan kekasih saya karena kekasih saya tidak mau pindah ke Palembang seperti keinginan ibu saya, sedangkan ibu hanya memiliki gaji Rp 4 juta dan tiap bulan harus mentransfer uang Rp 1,5 juta belum termasuk uang kost dan tambahan lainnya kepada kakak saya.
Kakak saya tidak mau pulang dan sering membohongi ibu saya untuk minta tambahan uang bulanan. Saya sangat jarang diberi uang jajan, saya pun paham karena kondisi ekonomi keluarga kami masih kurang, tapi jujur saya sering iri terhadap kakak saya. Bagaimana cara saya menghadapi sikap ibu saya yang sangat memanjakan kakak perempuan saya? Saya sudah sering memberikan penjelasan namun ibu saya tetap menganggap saya terlalu berlebihan. Terima kasih, mohon bimbingannya.

Salam : VS


JAWABAN :


Shalom Sdri. VS,

Terima kasih sudah menghubungi kami. Berikut ada beberapa saran yang kami usulkan, mudah-mudahan dapat membantu :

  1. Tentang pekerjaan kami tahu pasti berat bagi VS untuk melepaskan pekerjaan yang telah mapan, kami menghargai keputusan VS untuk merawat orangtua (mama), sesuatu yang mulia. Kalau boleh tahu apakah VS memunyai suatu keterampilan atau hobi yang mungkin dapat dikembangkan menjadi sumber mata pencaharian.
    Misalnya : keterampilan merajut, menjahit, menyulam, melukis, membuat souvenir dll. Untuk kemudian dipasarkan secara online melalui toko-toko online yang ada di internet. Atau mungkin bidang profesi yang agak berbeda dengan yang pernah VS tekuni selama ini, misalnya mengajar, memberi les pelajaran dll.
  2. Tentang relasi kakak dengan Mama, kami turut prihatin memerhatikan relasi tersebut, dimana kakak cenderung bergantung secara ekonomi kepada Mama walaupun ia telah dewasa. Begitu juga kesulitan VS untuk memberitahu Mama supaya tidak selalu menuruti permintaan kakak. Saran kami, bagaimana kalau VS mengubah strategi, yaitu mengurangi bahkan berhenti untuk menegur Mama tentang relasinya dengan kakak, menjadi memberitahukan kakak tentang keberatan VS, bahwa VS tidak setuju dengan sikap kakak yang masih bergantung secara ekonomi dengan Mama. VS ingin kakak mulai memikirkan untuk mencari pekerjaan yang lebih stabil, walaupun mungkin gaji yang diterima tidak terlalu tinggi.

Untuk sementara itu yang dapat kami sarankan untuk dilakukan, mudah-mudahan berhasil.

Salam : Ferry Hartanti



"Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita".(2 Tawarikh 32:7-8)


Kata "takut dan terkejut" nampaknya kata yang cocok mewakili kondisi hati kita akhir-akhir ini berkaitan dengan pandemik covid-19. Siapa yang tidak takut dan terkejut menyaksikan orang-orang terdekat, apakah suami, istri, anak, mertua, sepupu, sahabat, teman, kolega dan handai tolan yang memiliki ikatan emosi dan cukup dekat dengan kita, akhirnya meninggal karena covid-19. Rasanya maut begitu dekat dan ada di sekitar kita. Dua minggu yang lalu, saya juga mengalami kehilangan keluarga dekat. Kakak sepupu saya dalam satu kota, sekeluarga terjangkit covid, dalam 4 hari suami, istri, dan anak meninggal berturut-turut.


Kemudian, hanya berjarak dua hari, teman saya bersama suami, meninggal juga hanya dalam jarak satu hari. Dan kami hanya bisa menyaksikan semua prosesi pemakaman melalui virtual. Rasanya hati ini tersayat-sayat menyaksikan orang-orang dekat pergi dan tidak akan kembali lagi. Dan saatTuhan menyapa saya melalui ayat di dalam 2 Tawarikh 32 ini, kakak kandung dan adik saya sedang berjuang melawan covid, sedangkan mama saya (82 tahun) juga sudah menunjukkan gejala tertular. Saya hanya dapat berlutut di kaki Yesus memohon belas kasihan-Nya. KemudianTuhan berbicara melalui Firman Tuhan ini: "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita." Terus terang ketika membaca firman Tuhan ini saya katakan kepada Tuhan, saya tidak siap menerima kejutan-kejutan yang akan dilemparkan oleh kehidupan ini. Kemudian saya tertunduk merenung,dan berimajinasi tentang raja Hizkia. Dia adalah seorang raja yang memimpin dengan baik, jujur, dan benar di hadapan-Nya.Selain itu, ia mengatur pelayanan di rumah Tuhan, melaksanakan perintah dan mencari Tuhan dengan segenap hatinya (2 Tawarikh 31: 20–21) Mengapa setelah Hizkia menunjukkan kesetiannya kepada Tuhan kemudian datang Sanherib, raja Asyur menyerbu negerinya? Dan mengapa Tuhan tidak segera menghalau raja Asyur? Saya berpikir, seharusnya Hizkia protes kepada Tuhan! Namun Hizkia tidak melakukannya, sebaliknya Hizkia menenangkan hati rakyatnya dengan kata-kata di atas tadi (2 Tawarikh 32: 6-8). Perkataan firman Tuhan yang diucapkan oleh Hizkia mampu menenangkan hatinya sekaligus rakyatnya yang ketakutan karena diserbu oleh raja Asyur. Saudara saat kesulitan melanda kehidupan maka adalah sangat wajar jika kita menjadi takut dan terkejut. Tidak ada salahnya jika kita merasa takut, rasa takut adalah perasaan yang diberikan oleh Tuhan bermanfaat sebagai pendorong agar kita melindungi diri dan mengantisipasi mara bahaya yang datang sewaktu-waktu. Namun bersikap secara tepat saat ketakutan melanda adalah hal yang penting untuk kita miliki. Sikap seperti apakah itu? Yaitu membiasakan diri memperkatakan firman Tuhan untuk diri sendiri dan juga orang lain. Psikiatrik Jerman J. Heinrich Schultz mengatakan "perkataan yang positif akan memerintahkan otak untuk mengaktifkan syaraf tenang." Selain itu melihat kesulitan adalah kesempatan untuk iman kita diteguhkan dan dikuatkan kembali. Oleh sebab sering kali Tuhan "tega" membiarkan kita di dalam kesulitan supaya kita lebih merasakan penyertaan-Nya dan diri-Nya yang hadir di dalam pergumulan kita dari pada berkat dan mujizat-mujizat-Nya. Apabila kita terbiasa merasakan kehadiran-Nya secara pribadi di dalam hati, pikiran dan perasaan, maka badai sekuat apa pun disekitar kita tidak dapat mencuri rasa damai di dalam hati dan jika ada damai di dalam hati maka benih-benih ketakutan tidak akan bertumbuh dan menguasai kita. AMIN.


Pada waktu Pokok Doa ini dibuat, masih terdengar suara ambulans yang lewat……….menandakan ada orang sakit yang harus dibawa ke Rumah Sakit atau mungkin juga suara mobil jenazah yang lewat. Pemerintah telah melakukan PSBB darurat atau level 4 bukan saja untuk masyarakat di P.Jawa dan Bali, tapi menurut berita yang sempat diikuti, rupanya lonjakan virus Covid-19 sudah merambah ke beberapa wilayah di luar Jawa dan Bali. Beberapa pokok doa yang ingin kita doakan adalah sebagai berikut :

  1. Bersyukur untuk kesehatan yang Tuhan berikan di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang sudah dilewati hampir 2 tahun.
  2. Bersyukur untuk donasi dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 800.000,- dan NN di Tangerang sejumlah Rp 500.000,-.
  3. Doakan untuk pembukaan program Bina Iman Anak oleh PKTK Sidoarjo pada tanggal 7 Agustus 2021, untuk guru, para orangtua dari 5 anak yang akan mengikutinya.
  4. Bersyukur untuk 21 rekaman atau 17 judul rekaman yang telah selesai diedit, tinggal 1 judul rekaman lagi. Sudah ada 3 radio yang minta kiriman rekaman terbaru, yaitu radio Immanuel FM di Solo, radio Cristy AM di Makassar dan IMC Broadcasting di Hongkong. Mudah-mudahan dalam bukan Agustus 2021 sudah bisa dikirim ke beberapa radio.
  5. Doakan untuk penjangkauan anak-anak muda di sekitar Kab. Jayawijaya. Sebagian besar anak-anak muda di Papua hidup berpindah-pindah sejak kecil dan bergumul dengan identitas diri, perasaan ditolak dan diabaikan oleh orangtuanya. Sebagian besar anak hidup tanpa ayah, pernikahan banyak yang berakhir dengan perceraian karena poligami, seks bebas dan lain-lain. Sebagian besar anak muda yang dilayani juga bergumul dengan kepercayaan animisme. Percaya kepada Tuhan atau lebih mengutamakan adat istiadat ? Doakan juga untuk Bp. Rudy Tejalaksana sekeluarga yang berada di Wamena sejak bulan April 2021.
  6. Kita doakan untuk Pemerintah Indonesia dengan segenap jajarannya di masa PPKM darurat level 4 dengan lonjakan virus Covid-19 yang menyerang beberapa wilayah di luar Jawa dan Bali, agar pemerintah kota/kabupaten, beserta Camat, Lurah, RW dan RT bisa bekerjasama dengan baik memerhatikan warganya.
  7. Doakan untuk daerah-daerah terutama di pedalaman yang sampai saat ini masih belum ada informasi tentang pelaksanaan vaksin Covid-19.
  8. Doakan untuk keluarga, teman/sahabat kita yang berada dekat atau jauh dan sedang terpapar Covid-19, dimana saat ini mereka masih harus melakukan isolasi mandiri baik itu di rumah atau di tempat-tempat yang sudah disediakan oleh Pemerintah setempat
  9. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan Juli 2021, yaitu dari :
    001 – Rp 1.500.000,- untuk setahun
    006 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan