Natal dan Keluarga

Versi printer-friendly
Desember

Berita Telaga Edisi No. 88 /Tahun VIII/ Desember 2011


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



KELUARGA BESAR

LEMBAGA BINA KELUARGA KRISTEN (LBKK) & Telaga

mengucapkan

“Selamat Natal 2011 &

Selamat Tahun Baru 2012”

Keluarga adalah desain Tuhan untuk manusia hidup dan dibesarkan dalam kasih. Puncak kasih adalah penyatuan, bukan hanya keintiman. Di dalam keluarga kasih antara dua individu mengecap titik tertingginya. Di dalam keluargalah anak bertumbuh dalam kasih dan belajar mengasihi. Secara alamiah kita mengasihi anak sebab anak adalah darah dan daging – perpanjangan – diri kita. Kasih adalah gizi mutlak yang diperlukan anak untuk dapat bertumbuh dengan sehat. Namun di dalam keluarga pulalah anak belajar mengasihi. Setelah menerima kasih, anak belajar membalas kasih orang tua dan pada akhirnya ia pun belajar mengasihi kakak adik, teman dan orang di sekitarnya. Inilah rencana Tuhan akan keluarga. Itu sebabnya dari semua ciptaan-Nya, hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga.

Keluarga juga merupakan miniatur relasi Tuhan dengan manusia. Allah adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Kita diciptakan Tuhan dan menerima nafas kehidupan juga dari Tuhan. Kita dikasihi Tuhan sebab Ia adalah kasih dan Ia telah menetapkan kita untuk menjadi penerima kasih-Nya. Surga pun merupakan sebuah keluarga dimana Allah adalah Bapa dan Kristus adalah Putra Allah. Namun Allah Bapa rela melepaskan Putra-Nya untuk meninggalkan surga, turun ke dunia dan akhirnya mati untuk menggantikan kita, anak-anak Allah.

Jadi Natal adalah kisah sedih seorang Bapa yang merelakan kematian Putra-Nya demi menyelamatkan anak-anak-Nya yang lain. Sesungguhnya kita, anak-anak-Nya, bukanlah anak-anak-Nya yang baik. Kita melawan-Nya, meninggalkan-Nya, bahkan menolak untuk mengakui-Nya sebagai Bapa. Namun Ia tetap mengasihi kita; Ia mengundang kita kembali ke rumah-Nya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Kendati untuk melakukan semua itu, Ia harus mengorbankan Putra-Nya, Yesus Kristus. Natal adalah kisah kasih antara Bapa kepada anak-anak-Nya, Natal adalah bukti kasih Bapa kepada anak-anak-Nya.

Apakah yang seharusnya menjadi respons kita selaku orang tua kepada Tuhan sewaktu kita memeringati Natal?

• Pertama, ajaklah anak untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya yang begitu besar. Bacalah kisah Natal (Matius 1:18 – 2:12; Lukas 2:1-20) kemudian bacalah Filipi 2:5-11 untuk menjelaskan makna pengor-banan kedatangan Kristus ke dunia. Berilah kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa yang telah rela melepaskan Kristus datang ke dunia untuk mati bagi kita.

• Kedua, bagikanlah perasaan kita sebagai orang tua jikalau kita harus merelakan kepergian seorang anak agar dapat membawa pulang anak yang lain. Tanyakanlah kepada anak, bagaimana perasaannya bila itu harus terjadi pada keluarganya ini. Jelaskanlah kepadanya bahwa inilah yang terjadi pada waktu Natal: Allah Bapa harus melepaskan Putra-Nya Kristus supaya kita bisa pulang kembali ke rumah Bapa.

• Ketiga, ceritakan kepada anak bahwa Tuhan mengasihi kita anak-anak-Nya kendati kita melawan-Nya dan tidak mau mendengarkan-Nya. Bagikanlah pengalaman pribadi kita kepada anak, bagaimanakah dulu kita pun melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya. Kemudian tanyakanlah kepada anak, bagaimanakah ia telah melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya.

• Keempat, karena Natal adalah bukti kasih Allah, ajaklah anak untuk menyatakan bukti kasih kepada Allah. Selain dari dorongan untuk memberi dan berkorban bagi yang lain, tekan-kanlah bahwa kedatangan Kristus di hari Natal adalah untuk mengajak anak-anak-Nya yang telah mening-galkan-Nya untuk kembali kepada-Nya. Tanyakanlah kepada anak, siapakah yang ingin ia doakan dan ajak untuk mengenal Kristus. Setelah itu doakanlah bersama.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T 258 A.



Doakanlah

  1. Bersyukur atas berkat Tuhan selama tahun 2011 melalui beberapa orang donatur sehingga pelayanan Telaga tidak mengalami defisit seperti akhir tahun 2010 yang lalu.
  2. Doakan agar dalam tahun 2012 keenam artikel yang sudah cukup lama berada di Metanoia Publishing bisa diterbitkan.
  3. Doakan juga untuk tim SABDA di Solo agar pada awal tahun 2012 bisa menyempurnakan DVD Konseling.
  4. Doakan untuk barang-barang Telaga yang dititipkan di VISI Surabaya, VISI Malang, Pastorium dan beberapa outlet Metanoia.
  5. Doakan agar dalam tahun 2012 ada tambahan radio yang bersedia menyiarkan program Telaga.
  6. Doakan untuk Malang Youth Centre agar Tuhan memberikan pengganti dari Bp. Isak Timotius alm. yang telah dipanggil Tuhan lebih dari 1 tahun.
  7. Doakan agar pelayanan Telaga bisa lebih berkembang dalam tahun 2012.
  8. Doakan untuk para konselor yang selama ini membantu menjawab surat-surat agar Tuhan selalu memberi hikmat dan kepekaan dalam menangani para konseli.
  9. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari
       001 – Rp 200.000,-
       007 – Rp 500.000,-


Telaga Menjawab

Tanya?

Saya ingin mencurahkan isi hati saya dan kebingungan saya. Saya dan istri beragama Katolik, kami menikah pada tahun 1995 atas dasar saling mencintai. Ibu saya sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan saya. Beliau ingin saya menikah dengan orang lain yang menurut pandangannya lebih baik. Saya berjuang cukup berat untuk dapat menikah dengan isteri saya dan harus menanggung beban ditolak oleh ibu untuk bertemu selama bertahun-tahun. Saat ini ibu saya sudah mau menerima saya dan istri. Kami dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Yang sulung kelas 1 SMA dan yang bungsu kelas 6 SD.

Ada banyak pertengkaran yang sering terjadi antara saya dan istri. Baru-baru ini saya menjadi marah ketika mendapati istri saya tidak berdoa secara Katolik yaitu dia tidak membuat tanda salib ketika mulai berdoa dan selesai berdoa. Ketika saya tanya, dia berkata bisa bikin tanda salib bisa tidak. Alasannya adalah Tuhan mendengar doa kita meskipun tidak memakai tanda salib. Benarkah seseorang boleh berganti-ganti cara berdoa dengan alasan Tuhan tidak mempermasalah-kan cara berdoa kita melainkan doa yang keluar dari hati kita ?

Dulu kami pernah bertengkar hebat soal yang sama karena dia terpengaruh oleh pengajaran dari gereja Philadelfia. Kami berbaikan kembali setelah dia minta maaf dan berjanji tidak lagi mengikuti kegiatan di gereja itu. Saya percaya kata-katanya dan menganggap dia sudah kembali menghayati hidup beriman secara Katolik. Tetapi ternyata ini semua sandiwara saja sampai saya mendapatinya tidak berdoa secara Katolik.

Saya berpendapat seseorang tidak boleh seenaknya berganti-ganti cara berdoa sebab ketika memutuskan untuk bergabung dalam suatu komunitas maka kita berkewajiban mengikuti aturan dalam komunitas itu serta memelihara ajaran-ajaran yang disampaikan. Bukan persoalan Tuhan mendengar doa kita.

Saya merasa sangat kecewa dan tersinggung melihat sikap istri saya seperti ini. Ketika mau menikah dengan dia terlebih dulu saya mencari tahu apakah dia beriman Katolik atau tidak. Saya tidak mau menikah dengan dia seandainya dia bukan seorang Katolik karena saya tidak mau terjadi keributan masalah iman dalam rumah tangga saya nantinya. Namun ternyata keributan itu muncul juga belakangan disebabkan oleh istri yang tidak setia dalam iman.

Rasa cinta saya seketika lenyap dari hati dan saya sangat tersiksa dengan kehidupan dalam rumah tangga saat ini dimana kami tidak lagi saling menyapa dengan mesra. Saat berbaring di tempat tidur berdua, saya merasa sangat tersiksa. Andaikata saya tidak mengucapkan janji pernikahan dulu, saya sudah mau bercerai. Saya lelah melakukan hal-hal yang lemah lembut tetapi tidak ada hasilnya. Kalau saat ini saya berusaha untuk tetap bersatu semata-mata karena saya mau setia pada janji yang sudah saya ucapkan yaitu setia dalam suka dan duka, dalam untung dan malang.

Mohon bimbingan dan penjelasan tentang sikap istriku, wajarkah perasaan yang saya alami, pikiran-pikiran saya dan bagaimana solusi yang tepat ? Terima kasih.

Jawab!!!

Terima kasih untuk kesediaannya menceritakan pergumulan yang dialami dengan istri. Saya menyarankan agar Bapak berbicara kepada istri seperti ini : “Saya mengerti bahwa Tuhan mendengarkan doa anak-anak-Nya dan bahwa bahasa tubuh sewaktu berdoa tidaklah sepenting hati yang berdoa. Tuhan adalah Roh dan kita menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23-24). Saya pun paham bahwa ketika Tuhan kita Yesus mengajar tentang berdoa, Ia tidak mengharuskan kita untuk melakukannya dengan gerakan atau bahasa tubuh tertentu (Matius 6:5-13). Namun saya berpendapat bahwa mengakhiri doa dengan tanda salib adalah sesuatu yang baik sebab saya melakukannya sebagai penghormatan saya kepada Tuhan kita Yesus. Oleh karena itu saya meminta kesediaan kamu untuk tetap mempertahankan kebiasaan yang baik ini sebab tatkala kamu melakukannya, saya merasakan kesehatian di antara kita berdua datang menghadap Tuhan kita Yesus”.

Demikian tanggapan yang dapat saya sampaikan, silakan dicoba, Tuhan memberkati.



Judul Baru


T327 Waktu Bersama Pasangan
       Mengisi Waktu Bersama
T328 Kendala dlm Menghabiskan Wkt Bersama
       Menebus Waktu Yang Terhilang
T329 Kebangkitan dari kejatuhan (I)
       Kebangkitan dari Kejatuhan (II)
T330 Hikmat dalam Bersahabat (I)
       Hikmat dalam bersahabat (II)
T331 Dampak Rohani pada Keluarga
       Dampak Kudus pada Anak
T332 Pengkhianatan Dalam Pernikahan (I)
       Pengkhianatan Dalam Pernikahan (II)
T333 Pemberontakan Anak (I)
       Pemberontakan Anak (II)
T334 Bertumbuh Bersama (I)
       Bertumbuh Bersama (II)
T335 Berkomunikasi Lebih Lembut
       Mengendalikan Emosi
T336 Remaja dan Iman
       Pergumulan Iman Remaja
T337 Merajut Masa Lalu, Merenda Masa Depan(I)
       Merajut Masa Lalu, Merenda Masa Depan(II)
T338 Pelancar Komunikasi ( I )
       Pelancar Komunikasi ( II )



Buku Tamu

Syaloom !! Salam kasih dalam Kristus, kami dari majalah Taheta, majalah rohani populer di Kalimantan Tengah kami ingin sekali bekerja sama dengan rekan-rekan di Telaga. Kami mendapat informasi tentang pelayanan Telaga dari beberapa hamba Tuhan dan dari radio, kami melihat website dan kami sangat tertarik untuk kerjasama. Dalam rubrik majalah kami ada yang khusus membahas tentang keluarga, harapan kami ada artikel-artikel Telaga boleh dimuat dalam majalah kami, kami percaya akan memberkati jemaat Tuhan di Kalimantan Tengah. Apakah kita bisa bekerja sama? Berkaitan dengan Natal, kami akan membahas tentang Natal sebagai moment keluarga dan kami melihat artikel Pdt. Dr. Paul Gunadi yang membahas Natal dan keluarga, bolehkah kami mendapat ijin untuk memuat tulisan ini? Besar harapan kami teman-teman di Telaga dapat bekerjasama dengan kami. Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita semua.

Salam : Cornelles Sapulette,

Pimpinan Umum Majalah Taheta.