Menghitung Pengorbanan Orang Tua

Versi printer-friendly
April



Kasih kita terhadap anak itu bisa memudar. Terutama ketika anak kita itu tampak tidak berjalan sesuai dengan harapan-harapan kita. Ini memang keterbatasan orang tua dan selain itu sebagai manusia biasa kita juga memiliki keinginan lebih besar untuk memuaskan diri kita dahulu. Karena itu kita harus mengingatkan diri supaya kita juga rela berkorban, kita tidak boleh putus asa selagi memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anak.


Pengorbanan yang dilakukan orang tua untuk diberikan kepada anak-anak:

  • Perlu mengorbankan waktu.
  • Tenaga dan semangat kita
  • Keuangan kita
  • Karier kita
  • Kenikmatan kita
  • Kesehatan kita

Yang dilakukan orang tua disebut pengorbanan, yaitu:

  • Kalau orang tua menyediakan diri lebih banyak dari yang bisa dibayangkan atau juga dipikirkan oleh anak-anak.
  • Dorongan untuk melakukan sesuatu itu bukan didorong dengan tujuan pribadi untuk memperoleh balas budi anak atau dipuji orang, tetapi demi kesejahteraan anak sendiri.
  • Meskipun orang tua mungkin dirugikan tetapi tetap mendahulukan kepentingan anak, terutama untuk kesejahteraan anak yang bersifat kekal.

Yohanes 12:24 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah".

Ringkasan T145B
Oleh : Ev. Heman Elia, M.Psi.
Simak judul-judul lainnya tentang "Orang Tua dan Anak" di www.telaga.org



PERTANYAAN :

Shalom,
Saya adalah seorang wanita berusia 27 tahun, sudah 10 tahun saya menjalin hubungan dengan laki-laki yang saat ini usianya sudah 29 tahun. Ia sudah ingin sekali menikah, karena desakan keluarga juga. Saya juga sebenarnya ingin segera menikah dengannya, tetapi 10 tahun hubungan saya dengan dia terganjal restu dari orang tua saya. Penyebab orang tua saya tidak setuju adalah sakit hati dengan sikap ibu pacar saya. Berdasarkan orang tua saya, ibu pacar saya itu sudah sering mempermalukan ayah saya di depan umum, sebagai contoh tidak mau menyalami ayah saya ketika ayah saya menjadi "usher" di gereja. Bertemu di tempat publik lainnya juga ibunya buang muka, jadi ayah ibu saya sangat merasa sakit hati. Itulah alasannya orang tua saya tidak mau merestui hubungan kami. Saya sudah katakan kepada orang tua saya tentang pengampunan tetapi saya dimarahi dan dikatakan mengkhotbahi. Orang tua saya padahal tergolong orang yang tekun dan taat dalam Tuhan. Tetapi orang tua saya hari ini menyidang saya dan menyampaikan kepada saya kalau mereka sudah memutuskan 2 pilihan untuk saya pilih, yaitu: menyelesaikan hubungan saya dengan pacar saya dan orang tua saya minta saya untuk benar-benar melupakan. Pilihan kedua, orang tua saya memersilakan saya untuk melanjutkan hubungan dan menikah, tetapi orang tua saya tidak akan datang dan merestui. Mereka menyuruh saya mencari orang lain sebagai wali nikah dan orang tua saya akan angkat kaki dari kota ini dan menjual semua aset serta pindah ke kota lain, memulai hidup dari nol lagi. Saya mohon nasihatnya, apa yang harus saya lakukan. Niat saya baik untuk menikah. Laki-laki yang saya pacari juga bukanlah seorang yang jahat. Itulah cerita permasalahan saya, saya mengharapkan nasihatnya.

Salam : A.N. 


JAWABAN :

Shalom Saudari A.N.,
Dilema yang Saudari hadapi tidaklah mudah. Di satu sisi orang tua dan di sisi lain pacar. Kedua belah pihak yang sangat Saudari kasihi dan berharap hidup rukun bersama-sama, bukan memilih salah satu di antara mereka. Keputusan orang tua Saudari juga tidak mudah bagi mereka. Setiap orang tua pasti ingin menyaksikan kebahagiaan anaknya dalam pernikahan. Saya percaya ini juga yang menjadi kerinduan orang tua Saudari. Mereka berharap dan mendoakan yang terbaik bagi Saudari.

Saran saya, diskusikan hal ini dengan pacar Saudari. Doakan bersama-sama. Jika memungkinkan, minta dia untuk bicara dengan orang tua Saudari dan meminta maaf bila perlu. Minta dia juga untuk bicara dengan ibunya untuk lebih menunjukkan sikap menghargai saat bertemu dengan orang tua Saudari.

Saudari A.N. dapat juga melibatkan pihak ketiga, dalam hal ini hamba Tuhan setempat yang dapat dipercaya. Ceritakan permasalahan ini dan minta pendapat beliau sehingga Saudari dapat melihat dari berbagai segi dan memutuskan yang terbaik, yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kiranya Allah sumber segala hikmat menolong Saudari A.N.

Salam, Stella Kurniawan


MERANGKUL HATI ANAK *)

Oleh : Anita Sieria, M.Th. (Konselor Telaga Kehidupan)

Setiap orang tua mengasihi dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, tidak jarang orang tua mengupayakan segala cara untuk menjaga anak-anaknya tetap aman. Bersamaan dengan upaya menjaga anak, muncul pula kekhawatiran akan hari depan anak. Misalnya ada beberapa orang tua dengan anak usia dini memiliki kekhawatiran bagaimana bila anak tidak mau bercerita di kemudian hari ketika mereka beranjak remaja dan dewasa. Bagaimana bila anak tidak merasa dekat dengan orang tua, sehingga mereka semakin jauh dan orang tua semakin tidak memunyai akses untuk melindungi mereka.

Di satu sisi pemikiran ini tentu wajar, namun di sisi lain orang tua perlu mengingat pula bahwa anak tidak selamanya akan ada di dekat orang tuanya dan itulah yang justru kita mesti harapkan. Kita semestinya berharap suatu hari anak kita sampai pada tahap cukup mandiri untuk menghadapi pelbagai tantangan hidupnya sendiri. Sebab tidak selamanya kita akan ada di dunia dan dapat menjagai anak kita, ada saatnya Tuhan memanggil kita terlebih dahulu bila Tuhan izinkan anak-anak kita beranjak tua. Maka tujuan kita sebagai orang tua bukan lagi terus ada di dekat anak untuk menjagainya dari terluka, melainkan memberinya modal kasih dan relasi yang baik dengan kita, bahwa kita tetap mengasihinya apa pun yang terjadi. Sehingga ia siap mengepakkan sayapnya mengarungi hidup mandiri terpisah dari kita. Terpisah jarak fisik, namun terhubung dalam kasih.

Keterhubungan inilah yang perlu kita bangun sejak dini. Sama seperti kita perlu terhubung/melekat dengan Yesus Sang Pokok Anggur, anak-anak juga perlu melekat kepada kita orang tuanya. Ada 4 poin untuk menutrisi relasi dan kelekatan dengan anak yang dibagikan dalam seminar "parenting" ini (berikut rangkuman dari keempat poin tersebut):

  1. Look (Melihat):
    Anak perlu merasakan perhatian orang tuanya, salah satu perhatian yang dapat dirasakan adalah ketika orang tua bersedia melihat anaknya. Seberapa sering kita mendengar seruan seorang anak kecil kepada orang tuanya, "mama lihat, papa lihat!". Kontak mata dengan anak diperlukan agar anak merasa terkoneksi. Yang kedua, selain melihat melalui kontak mata, melihat juga berarti kita cermat dalam melihat hal-hal tak kasat mata di balik perilaku anak yang tampak dari luar. Misalnya ketika anak melanggar aturan, kita tidak hanya melihat perilakunya namun juga bersedia dan berupaya mengerti alasan ia melakukan hal tersebut. Pendek kata, jangan hanya melihat perilakunya namun kenali isi hatinya.
  2. Listen (Mendengarkan):
    Berikutnya adalah mendengarkan, dengan mendengarkan kita memberi ruang untuk anak merasa dipahami. Setidaknya, anak tahu bahwa ia penting bagi kita dan bahwa kita ingin mengenal pikiran dan isi hatinya. Mendengarkan bukan hanya menangkap kata-kata anak secara verbal, namun juga memerhatikan yang non-verbal (yang tidak terucap dalam kata, namun memberi muatan makna). Misalnya ketika seorang anak berkata "saya tidak apa-apa" (verbal), namun mimik wajahnya tampak sedih (non-verbal), makna kalimat "saya tidak apa-apa" menjadi berbeda.
  3. Learn (Belajar):
    Menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup. Seiring anak bertumbuh, tantangan pengasuhan juga berubah dan kita akan terus belajar. Di dalam proses belajar artinya kita pun akan pernah melakukan kesalahan, namun kita dapat memilih untuk menyerah atau belajar dan bertumbuh.
  4. Lean (Bersandar):
    Mengasihi dan mengasuh anak tidak dapat dilakukan dengan kekuatan kita sendiri. Menjadi orang tua berarti perlu bersandar penuh kepada Tuhan sumber kasih, kekuatan serta hikmat. Kepada Tuhan saja pada akhirnya kita memercayakan proses pengasuhan kita yang tidak sempurna dan percaya bahwa Ia turut bekerja dalam hidup setiap anak. Kita tidak pernah berkuasa mengubahkan hati anak-anak kita, hanya Roh Kudus yang dapat melakukannya. Kita juga tidak mampu menjaga anak-anak kita senantiasa namun Tuhan dapat selalu menjagai mereka. Mari melakukan bagian kita untuk setia dalam panggilan ini dan percayakan bagian Tuhan kepada-Nya.

*) Pelayanan Telaga Kehidupan dalam Seminar "Parenting" di GKKA, Kendari.



Dalam perjalanan hidupnya, setiap orang mungkin pernah mengalami peristiwa menyakitkan yang disebabkan orang terdekat. Suami/istri terluka karena pasangan mengkhianatinya, mertua-menantu saling bermusuhan, orang tua-anak seringkali bertengkar, persahabatan putus karena merasa dibohongi. Retak atau hancurnya relasi menimbulkan luka batin. Semakin dekat relasi tersebut, tentu semakin dalam melukai batin. Pertanyaan refleksi: Apakah batinmu sedang terluka? . . .

Luka batin tidak terlihat secara kasat mata, namun menggerogoti batin seseorang. Luka batin digambarkan seperti gunung es. Orang yang mengalami luka batin mungkin terlihat berperilaku menghindar, sulit untuk percaya, berkata-kata kasar, cenderung lepas kendali, cenderung menyerang. Namun, di lubuk hati yang dalam orang tersebut sangat terluka batinnya (amarah, benci, dendam, sulit mengampuni, mengalami kepahitan). Luka batin berdampak pada kesehatan emosi dan mental seseorang.

Saat batin terluka, banyak orang berpendapat bahwa "waktu akan menyembuhkan lukaku," benarkah demikian? . . . Ketika tubuhmu terluka, engkau tentu segera mengobati luka itu. Semakin serius luka itu, tentu membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, saat batinmu terluka, engkau membutuhkan P3K:

P_ENGAKUAN
Kesadaran dan kejujuran seseorang untuk mengakui kerentanan diri menjadi langkah awal menuju pemulihan. Alkitab (1 Sam. 13:14; Kis. 13:22) mencatat Daud sebagai "a man after God’s own heart" (seorang yang berkenan di hati Tuhan). Daud bukanlah manusia yang sempurna. Daud pernah terluka oleh Raja Saul (ayah mertua Daud) yang iri hati dan membenci Daud, bahkan beberapa kali berusaha membunuhnya. Dalam kitab Mazmur, Daud mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Namun, Daud juga pernah melukai Uria orang Het dengan mengambil Batsyeba, istrinya. Bahkan Daud tega membunuh Uria. Tuhan pun mengutus Nabi Natan untuk menegur Daud. Dalam Mazmur 51:12 Daud dengan jujur mengakui dosanya: "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" Daud meminta Tuhan untuk memulihkan batinnya. Belajar dari Daud, kita mengakui dan menyerahkan kerentanan diri (kemarahan, kepahitan, kebencian, dendam) pada Allah untuk memurnikan hati kita.

P_ENGAMPUNAN
Pengampunan berarti memaafkan dan melepaskan kemarahan, kebencian, dendam dan tuntutan terhadap orang yang telah menyakiti kepada Allah. Dalam natur-Nya sebagai manusia, Tuhan Yesus juga turut merasakan luka batin. Tuhan Yesus diolok-olok, dihujat, diludahi, dicambuk, disalibkan. Namun, Tuhan Yesus tidak membalas, yang terucap dari bibir-Nya adalah sebuah doa: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," (Luk. 23:34). Tuhan Yesus melepaskan pengampunan terhadap orang-orang yang telah menyakiti hati-Nya.

Saat seseorang melepaskan pengampunan, maka ia telah dimerdekakan dari belenggu luka batin (kemarahan, kepahitan, kebencian, dendam). Tetapi orang yang mengeraskan hati dan tidak mau mengampuni, sesungguhnya dia sedang membangun tembok penghalang bagi relasinya dengan Allah dan sesama (lihat Matius 6:12,14,15).

P_EMULIHAN
Pemulihan berasal dari kata pulih, yang berarti keadaan sembuh atau sehat kembali. Gambaran "Jesus is the Healer," Allah adalah Sang Penyembuh dicatat berulang-ulang, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam Maz. 147:3 berkata: "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" (Maz. 147:3). Kitab Injil pun (Mat. 15:30; 19:2; Luk. 5:15; Yoh. 6:2) mencatat bahwa orang-orang berbondong-bondong datang membawa orang sakit pada Tuhan Yesus dan mereka pun disembuhkan. Wahai, engkau yang terluka, datanglah pada Tuhan Yesus, Sang Penyembuh, Dokter di atas segala dokter. Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan setiap hati yang terluka.

K_ASIH
Perintah Allah yang terutama adalah untuk mengasihi. Apakah perintah untuk mengasihi mudah bagi kita? . . . Mengasihi orang yang mengasihi kita mungkin mudah. Namun, Tuhan berkata: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Bagi orang yang hatinya terluka, perintah ini menjadi pergolakan hebat dalam batinnya. Allah bukan hanya memberikan perintah untuk mengasihi, namun salib itu menunjukkan bukti nyata kasih Kristus pada kita, orang-orang berdosa. Seorang yang terluka dimampukan untuk mengasihi orang yang menyakiti hatinya, oleh karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hatinya melalui karya Roh Kudus (Roma 5:5).

Seorang yang terluka untuk pulih dari luka batin membutuhkan P3K, yaitu:
P_ENGAKUAN
P_ENGAMPUNAN
P_EMULIHAN
K_ASIH


Telaga Pengharapan berkolaborasi dengan Ruang Pojok SC dan Setitik Cahaya Genz mengadakan zoominar "Free from Addiction" pada tanggal 27 April 2024. Acara ini dipandu oleh Bony A. Haning S.T., MAKP (Konselor Setitik Cahaya Genz & Staf Keswams RSJ Naimata Kupang), dengan dua narasumber Ugahary Riffung. S.Sos, M.Th. Counseling (Konselor Gading Counseling & Yayasan Eunike Family) dan Sri Wahyuni, M.Th. Counseling (Konselor Telaga Pengharapan). Zoominar ini terbuka untuk umum dan diikuti oleh 33 peserta dari berbagai latar belakang.

Setelah kedua narasumber menyampaikan materi, pemandu acara memberi kesempatan pada peserta untuk mengajukan pertanyaan.

Berikut rangkuman sesi tanya-jawab dalam zoominar:

Peserta (A):
"Bagaimana seseorang dapat mengatasi kecanduan secara umum?"

Bu Yuni menjelaskan bahwa kecanduan seringkali merupakan upaya pelarian. Oleh karena itu, penting untuk mengenali akar masalah/faktor pencetus kecanduan, serta mencari penyelesaian masalah tersebut. Kedua, memutuskan mata rantai kecanduan (akses/komunitas yang buruk). Ketiga, dukungan dari orang terdekat. Keempat, konsultasi dengan tenaga ahli (konselor, psikolog, psikiater). Bu Riffung menambahkan langkah-langkah mengatasi kecanduan, yaitu: pertama, lakukan "detox" sebagai usaha untuk memutuskan pola kecanduan. Kedua, memberikan keterampilan baru. Ketiga, mengembangkan "protecting factors," yaitu dukungan keluarga, lembaga agama, komunitas, lembaga rehabilitasi untuk menolong proses pemulihan.

Peserta (B):
"Bagaimana cara meyakinkan teman yang kecanduan untuk konseling (sebab dia berpandangan negatif tentang konseling)?"

Bu Riffung berkata benar bahwa sebagian orang masih berpandangan negatif terhadap konseling (identik dengan gangguan jiwa, orang bermasalah). Padahal tidak selalu demikian. Melalui konseling kita dapat belajar bertumbuh/belajar keterampilan baru. Hal lain yang bisa dilakukan, yaitu mengirimkan konten edukasi yang memberikan gambaran yang benar tentang konseling. Tugas kita sebagai "support system" yang mau mendengarkan dan mendukung, sehingga mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri dan ada orang yang peduli dan menolong mereka.

Peserta (C) bertanya:
"Mengapa ada orang-orang yang mudah kecanduan dan ada yang tidak?" Bu Yuni mengatakan sebenarnya setiap orang punya area kerentanan. Tidak satu pun orang imun/kebal terhadap kecanduan. Lebih lanjut, bu Yuni menjelaskan berdasarkan survei kelompok usia remaja lebih rentan terhadap kecanduan, karena karakteristik remaja yang labil, memiliki rasa ingin tahu besar, keinginan mencoba-coba, belum punya prinsip yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi. Kedua, faktor genetik membuat seseorang lebih rentan terhadap kecanduan. Contoh: ayah perokok, maka anak cenderung meniru perilaku ayah. Ketiga, faktor lingkungan yang sehat membuat seseorang lebih terlindung dari kecanduan. Contoh: anak berpegang pada nilai-nilai yang telah diajarkan orang tua dan berani menolak perilaku adiksi.

Selalu ada Harapan untuk Pemulihan


POKOK DOA (April 2024)

Bersyukur kita telah memasuki bulan kelima dari tahun 2024 dimana akan diperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga dan Hari Pentakosta. Beberapa doa syukur dan doa permohonan adalah sebagai berikut :

  1. Bersyukur di Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) pada tanggal 2 Mei 2024, LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen) telah berusia 34 tahun.
  2. Bersyukur untuk 38 radio di tanah air, 1 radio di Hongkong dan 1 radio di Timor Leste yang masih menyiarkan program TEgur sapa gembaLA keluarGA (TELAGA)
  3. .
  4. Doakan untuk penyelesaian pengeditan rekaman Telaga dalam tahun 2023 (T597 s.d. T600), begitu pula penyelesaian transkrip, ringkasan dan abstraknya.
  5. Doakan untuk tambahan rekaman Telaga pada tahun 2024 ini, sampai dengan awal Mei 2024 baru diadakan 1x rekaman.
  6. Bersyukur untuk penyertaan dan pemeliharaan Tuhan kepada Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo, ditengah pelbagai keterbatasan Tuhan percayakan untuk melayani jiwa-jiwa yang memerlukan pertolongan konseling. Doakan agar setiap kami dapat tetap setia dan tulus melayani.
  7. Pada tanggal 1 dan 2 Mei 2024 Ibu Anita Sieria, mewakili PKTK Sidoarjo, melayani di GKKA Kendari dan Bukit Zion Christian School, doakan agar pelayanan yang telah dikerjakan, setiap kebenaran dan materi yang ditabur dapat bertumbuh baik dan berbuah melalui kehidupan para peserta dan jemaat serta anak-anak yang telah dilayani.
  8. Doakan untuk pelayanan para konselor PKTK Sidoarjo, dimana pun dan kemana pun Tuhan utus untuk melayani, membawakan materi serta khotbah.
  9. Doakan untuk rencana renovasi Rumah Konseling di Sidoarjo, bila Tuhan berkenan biarlah rumah ini dapat digunakan pada bulan Juni 2024 yang akan datang.
  10. Bersyukur atas undangan pelayanan dari GKT Jember pada tanggal 21 April 2024 dengan topik "Pulih dari Luka Batin", yang liputannya ada di Buletin Telaga Kehidupan edisi ke-56/April 2024 ini.
  11. Bersyukur atas kerjasama Telaga Pengharapan, Setitik Cahaya GenZ dan Ruang Pojok Setitik Cahaya untuk mengadakan zoominar pada tanggal 27 April 2024 pk.19.00 – 20.30 dengan topik "Free From Addiction", biarlah acara ini bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
  12. Berdoa untuk kebutuhan rekan hamba Tuhan yang memiliki ‘passion’ (gairah/semangat) pelayanan menjangkau anak-anak, agar Tuhan mengirimkan orang yang tepat untuk melayani bersama-sama di Telaga Pengharapan.
  13. Masa kontrak rumah pelayanan Telaga Pengharapan akan berakhir pada tanggal 15 November 2024. Kiranya Tuhan mencukupkan kebutuhan dana yang diperlukan untuk perpanjangan kontrak rumah tersebut.