Menghadapi Orang yang Menjengkelkan
Berita Telaga Edisi No. 52 /Tahun V/ Desember 2008/
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telaga@indo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account : BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
MENGHADAPI ORANG YANG MENJENGKELKAN
Ada dua kategori orang yang menjengkelkan, yaitu:
Orang-orang yang tidak sadar bahwa perilaku mereka menjengkelkan orang lain. Mereka memang tidak memunyai kepekaan yang tinggi, mereka bukanlah orang yang introspektif, yang bisa bercermin, yang bisa keluar dari dirinya kemudian dari luar menatap dirinya dan menilai perilakunya atau perbuatannya. Orang seperti ini kalau berbuat sesuatu yang menjengkelkan orang lain, dia sungguh-sungguh tidak menyadarinya. Dan orang yang mudah jengkel terhadap orang lain adalah orang yang mudah menjengkelkan orang lain pula.
Orang-orang yang sebenarnya tahu bahwa dia menjengkelkan dan sengaja menjengkelkan. Orang-orang ini biasanya membutuhkan sesuatu atau meminta sesuatu dari orang lain, maka dia berulah dengan cara menjengkelkan.
Hal-hal yang memicu kejengkelan seseorang, yaitu:
Kalau sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita.
Kita mudah sekali dibuat jengkel oleh orang yang tidak peka.
Hal-hal yang memang jahat dan seyogianyalah kita dibuat jengkel oleh kelaliman, kejahatan, ketidakadilan, kebobrokan. Tuhan pun marah terhadap kejahatan atau terhadap kelaliman dalam hidup ini.
Sikap kita menghadapi orang-orang yang menjengkelkan ini adalah:
- Kita memfokuskan diri pada apa yang akan kita kerjakan, apa yang menjadi bagian kita, jadi kita tidak selalu fokuskan pada orang lain. Kita tetap menjaga keutuhan diri kita, integritas kita, kita tetap fokuskan pada bagian atau andil kita.
Kita belajar mengkonfrontasi orang yang menjengkelkan kita. Dalam mengkonfrontasi ini kita perlu memerhatikan hal sebagai berikut:
- Orang tersebut adalah orang yang dekat dengan kita
- Apakah ini relasi yang penting buat kita
Konfrontasi dengan cara 'assertive' artinya tidak kasar tapi jelas, mengungkapkan perasaan kita akibat perbuatannya dan apa yang kita harapkan dari dia sekarang.
Sekali-sekali menghindar, jangan terlalu sering bersinggungan jalan dengan dia.
Amsal 13:10, "Keangkuhan hanya akan menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat."
Artinya rendahkanlah diri, jangan angkuh karena angkuh itu hanya akan menciptakan jurang dan perpecahan, tapi hendaklah kita merendahkan diri, rela mendengarkan nasihat, sebab makin mendengarkan makin berhikmat, dan akhirnya relasi kita dengan orang pun makin dipererat.
Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
MENGENAL LEBIH DEKAT
Di awal bulan Desember 2008 ini, Tuhan memberikan kesempatan pada TELAGA untuk bekerjasama dengan salah satu radio di Kuala Kurun - Kalteng. Radio SARTIKA FM, adalah radio dengan prosentasi pendengar paling banyak antara usia 21-35 tahun. Telaga bisa didengarkan melalui frekuensi 100,3 MHz. setiap hari pk. 05.30 WIB.
KEUANGAN
Pemasukan bulan ini: | |
Sumbangan dari: | |
Radio Suara Gratia, Cirebon | Rp. 400.000,00 |
Kaset yang dititipkan | Rp. 740.000,00 |
Hasil penjualan booklet | Rp. 245.000,00 |
Penggantian pulsa | Rp. 16.300,00 |
Total pemasukan : | Rp. 1.401.300,00 |
Pengeluaran bulan ini: | Rp. 8.588.921,00 |
DOAKANLAH
- Bersyukur untuk persembahan yang diterima dari Radio Suara Gratia di Cirebon (2x) sebesar Rp. 400.000,- .
- Bersyukur untuk kaset yang dititipkan pada beberapa alamat, dalam bulan ini telah diterima uang dari :
- Ibu Melly, Mks. Rp. 400.000,-
- Sdri.Betty,Yogya Rp. 90.000,-
- Bp.Andreas,Jember Rp. 250.000,-
- Bersyukur Radio Blessing FM di Pekalongan mulai "on air" awal Januari 2009. Dalam bulan ini juga ada tambahan 1 radio yang bekerjasama dengan Telaga, yaitu Radio Sartika FM di Kuala Kurun, Kalimantan Tengah.
- Bersyukur Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores setelah hampir 6 bulan berhenti siaran, mulai 19 Desember 2008 sudah "on air" kembali. Tetap doakan untuk proses IMB dll. di tingkat Kabupaten dan penggantian alat pemancar, mixer, antene dll. sesuai dengan standar yang ditetapkan.
- Doakan untuk Bp. Heman Elia, Sdri. Lortha dan Bp. Paul Gunadi yang mengerjakan artikel untuk booklet Telaga yang rencananya akan diterbitkan oleh Literatur SAAT pada tahun 2009/2010.
- Bersyukur untuk rekan-rekan di YLSA yang banyak membantu pembenahan situs Telaga. Doakan untuk beberapa konselor yang rencananya akan mengisi blog dalam situs tersebut.
- Bersyukur kini ada 540 judul rekaman Telaga yang bisa dinikmati oleh mereka yang menyukai dunia internet.
- Bersyukur untuk keamanan sekitar Natal 2008 dan Tahun Baru 2009.
- Doakan untuk Pemerintah Indonesia menjelang Pemilu bulan April 2009.
TELAGA MENJAWAB
Tanya:
Saya seorang ayah dan memiliki 2 orang anak. Ada beberapa pertanyaan menyangkut masalah etika seksual suami-istri yang saya rasa penting diketahui supaya pasutri Kristen tidak "terjebak" dalam pola pengajaran dunia ini.
Pertanyaannya adalah :
- Apakah boleh sebagai pasutri Kristen, kita melakukan "sex foreplay" untuk motivasi dan komitmen kebahagiaan bersama?
- Apakah ada pembatasan jenis-jenis "gaya" tertentu yang "diharamkan" dalam etika hubungan suami-istri Kristen?
- Apakah ada standard budaya yang membedakan etika seksual antara negara-negara non-Barat dan Barat itu sendiri? Misalnya : "oral sex" mungkin dianggap biasa dalam hubungan pasutri Kristen Barat?
- Apa prinsip Alkitab yang berlaku umum dalam hal ini?
Jawab:
Berikut ini adalah jawaban dari pertanyaan tersebut di atas :
- 'Foreplay' atau bercumbu sebelum senggama adalah bagian dari hubungan seksual itu sendiri dan bukan sesuatu yang terpisah darinya. Seks mencakup bukan saja coitus (senggama) tetapi juga sentuhan-sentuhan pada tubuh untuk meningkatkan rangsangan. Menurut kami, tidak ada larangan Firman Tuhan terhadap aktivitas ini.
- Gaya atau posisi dalam hubungan seksual tidak diatur dalam Firman Tuhan dan menjadi kebebasan serta kreativitas bersama antara suami-istri. Prinsip yang berlaku di sini adalah: (a) jangan berdosa, (b) jangan merendahkan martabat, dan penggunaan film porno karena film porno menjauhkan kita dari pasangan dan dari kekudusan Tuhan (Filipi 4:8). Prinsip "jangan merendahkan martabat" mencakup penggunaan metode penyiksaan (sadomasokistik) yang menyuburkan nafsu menyakiti pada satu pihak dan merendahkan martabat pada pihak lainnya (1 Korintus 6:19-20). Prinsip "Jangan memaksakan" meliputi tindakan yang menuntut pasangan untuk melakukan aktivitas seksual di luar kehendaknya atau di luar kesiapannya. Tatkala ini terjadi, maka hubungan seksual telah berubah menjadi ajang pemuasan nafsu belaka dan pemanfaatan pasangan sebagai sarana, bukan rekan pewaris (1 Petrus 3:7).
- Kita tidak membedakan perilaku berdasarkan budaya melainkan prinsip yang terkandung dalam Firman Tuhan. Seks oral adalah aktivitas seksual yang mesti diteropong dari ketiga prinsip di atas. Menurut kami, seks oral tidak masuk dalam kategori dosa karena tidak melanggar Firman Tuhan secara spesifik atau prinsipiil. Namun demikian, seks oral masuk dalam prinsip "Jangan merendahkan" dan "Jangan memaksakan". Dengan perkataan lain, bila salah satu pasangan merasa direndahkan, jangan dilakukan dan bila salah satu pasangan merasa dipaksakan, jangan dilakukan.
Pada akhirnya, ada dua hukum yang memandu aktivitas seksual di antara suami-istri :
Hukum kasih dan Hukum kekudusan. Pertama, seks merupakan ungkapan kasih antara suami-istri dan senantiasa berjuanglah agar seks tidak keluar dari koridor ini. Jangan sampai seks menjadi alat pemuas nafsu atau alat untuk mencapai tujuan lainnya. Kedua, seks berpotensi menjadi liar karena seks digerakkan oleh nafsu. Oleh karena itu kita selalu harus menjaga diri agar jangan sampai nafsu menguasai dan mencemarkan hidup kita (2 Korintus 7:1), kendati seks antara suami-istri adalah baik dan diwajibkan oleh Tuhan (1 Korintus 7:3).
- 8530 kali dibaca