Menghadapi Kepahitan Hidup
Berita Telaga Edisi No. 43 /Tahun IV/ Februari 2008
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl. Cimanuk 58 Malang 65122 Telp./Fax.:0341-493645 Email: telaga@indo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
SELAMAT PASKAH
MENGHADAPI KEPAHITAN HIDUP
Setiap orang pasti pernah mengalami kepahitan hidup. Baik di rumah, di masyarakat, di tempat kerja, bahkan di gereja pun kita bisa mengalami kepahitan hidup.
- Pada dasarnya kita harus menentukan pilihan kita, apakah kita akan terus menjadi korban kepahitan tersebut ataukah melepaskan diri dari kepahitan itu.
- Pilihan yang lebih baik dan yang juga Tuhan kehendaki ialah kita melepaskan diri, kita tidak mau lagi berada di bawah kepahitan itu.
- Pada akhirnya yang harus kita lakukan ialah memberi pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan kepahitan pada diri kita. Dan pada saat kita berhasil memberi pengampunan pada saat itulah kita lepas menjadi korban dari kepahitan itu.
Seringkali yang membuat kita pahit adalah orang-orang yang terdekat dengan kita, orang yang kita percaya, orang yang kita kasihi. Contoh dalam Alkitab kisah seorang Yusuf.
Ada beberapa prinsip yang dapat kita pegang untuk menyembuhkan kepahitan:
- Untuk sembuh dari kepahitan diperlukan waktu. Dan waktu tidak sama untuk setiap orang, bagi orang tertentu mungkin beberapa hari sudah cukup, mungkin sehari cukup. Tapi bagi orang-orang tertentu mungkin bisa sampai berminggu-minggu sebelum kepahitan itu akhirnya bisa sembuh.
- Selain perlu waktu untuk bisa sembuh, penyembuhan hanya terjadi tatkala ada rasa aman untuk tidak dilukai kembali. Dengan kata lain, kita harus menghadapi orang yang telah melukai kita. Jika kita tetap merasa tidak aman atau merasa bahwa ada kemungkinan dia akan melukai kita lagi, itu berarti kita akan sulit sekali mengalami penyembuhan yang sesungguhnya.
- Adakalanya menghindar merupakan langkah yang lebih baik. Jadi kita menciptakan jarak supaya kita tidak terlukai lagi, dari pada terus-menerus kita menjadi korbannya. Tapi ini akan sulit kalau terjadi pada suami-istri, pasangan hidup kita atau terhadap anak-anak kita. Yang bisa kita lakukan adalah:
- Mencoba mengurangi kemungkinan kita dilukai. Misalkan kita tahu tindakan kita atau perkataan kita memicu kemarahannya, itu yang kita hindarkan, jangan kita lakukan.
- Kita tetap harus hidup, artinya yang perlu kita lakukan, lakukanlah. Misalnya kita terlibat dalam kegiatan gerejawi, tetaplah kita terlibat. Jangan sampai hidup kita akhirnya nonaktif, sebab pada saat kita nonaktif kita sungguh-sungguh menjadi korban yang tak berdaya.
Prinsip berikutnya dalam penyembuhan ini, kita akhirnya akan melihat bahwa ada penggenapan rencana Allah melalui apa yang kita alami. Kepahitan yang kita alami seringkali merupakan setitik alat atau bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar lagi, yang tidak mungkin kita pahami dengan kemampuan berpikir manusia.
Kejadian 50 : 19 - 21, "Janganlah takut sebab aku inikah pengganti Allah, memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya."
Firman Tuhan menjelaskan dan menegaskan bahwa Dia berkuasa, bahkan waktu manusia merencanakan dan melakukan yang jahat, Dia bisa menggunakan sesuatu yang jahat itu untuk sesuatu yang baik. Itulah yang ingin ditekankan Yusuf, tidak ada yang lepas dari kendali Tuhan bahkan yang jahat pun dapat Tuhan pakai untuk mendatangkan kebaikan. Jadi kita seharusnya merasa sangat aman, kita bisa bersandar kepada Tuhan yang begitu berkuasa.
Jadi tidak ada alasan bagi setiap kita untuk cepat-cepat putus asa dan mengingkari kehidupan yang kadang-kadang pahit.
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
MENGENAL LEBIH DEKAT
Pada bulan Mei 2007, Telaga telah disiarkan oleh Radio Sion FM di Blora. Banyak pendengar yang merasa terberkati oleh acara Telaga. Radio Komunitas Sion berada di bawah naungan GKI Blora dan dikelola oleh beberapa anggota gereja sebagai pengurusnya, mengudara sejak 1 November 2006. Bersyukur Radio Sion FM ini telah menjadi radio yang ke 41 yang bekerjasama dengan Telaga. Program Telaga diudarakan pada frekuensi 107.7 MHz. dan bisa didengarkan pada hari Senin-Sabtu pk. 12.00 WIB & Minggu pk. 19.00 WIB.
Jangkauan siar Radio Sion FM + 5 Km.
Bagi para pembaca Berita Telaga yang tinggal di daerah Blora atau memiliki sanak saudara di daerah Blora, silakan mendengarkan....
KEUANGAN
Pemasukan bulan ini: | |
Sumbangan dari: | |
Radio Suara Gratia, Cirebon | Rp. 200.000,00 |
Hasil penjualan kaset dll. | Rp. 2.878.000,00 |
Total pemasukan sebesar | Rp. 3.078.000,00 |
Pengeluaran TELAGA bulan ini | Rp. 5.814.380,00 |
DOAKANLAH
Bersyukur pada bulan Maret 2008 ini Telaga telah berusia 10 tahun.
Bersyukur untuk tambahan sumbangan yang telah diterima untuk renovasi rumah Jl. Cimanuk 56 Malang, yaitu dari 5 orang Ibu sejumlah 4.350.000,-.
Bersyukur untuk Youth Seminar yang diadakan pada tgl. 29 Maret 2008 di Malang dengan pembicara Dr. Andik Wijaya dari Yada Institute. Topik "Sex, It`s Not A Game" telah dihadiri oleh lebih dari 2000 remaja dari kota Malang.
Doakan untuk rencana perpindahan kantor /sekretariat LBKK & Telaga ke Jl. Cimanuk 56 Malang dalam bulan April 2008.
Doakan untuk Bp.& Ibu Tammy Gerrit (Manager Radio Triatma FM di Kuta, Bali) yang masih dalam suasana dukacita karena putra mereka (umur 4,9 tahun) telah meninggal dunia (tenggelam) di salah satu kolam renang pada tgl. 3 Pebruari yl.
Tetap doakan untuk Ibu Lusiana K. yang harus melanjutkan kemoterapi di Surabaya.
Doakan untuk Ceramah yang akan diadakan oleh Komisi Dewasa GKI Bromo Malang pada tgl. 2 April 2008 dengan tema "Membangun Tiang Nikah" dso. Pdt. Dr. Paul Gunadi.
Doakan untuk rekaman Telaga dalam 6 minggu ini (17 Maret s.d. 24 April 2008).
TELAGA MENJAWAB
Tanya:
Saya sebagai anak pertama dari 4 bersaudara. Ayah kami berjualan makanan kecil pada sore hari sampai malam hari, ibu yang membeli barang dagangan di pasar. Tapi beberapa bulan ini ayah kami selalu berangkat pada pagi hari, ternyata ayah punya usaha sambilan menjual "cap ji kia" semacam judi. Sudah seringkali saya memperingatkan kalau pekerjaan itu tidak baik, tapi tetap saja ayah melakukan hal itu. Bahkan pada suatu saat ibu berkata, "Kalau tidak bekerja sambilan yang seperti itu, ayahmu mau bekerja apa dengan kaki yang tidak utuh seperti itu?" Mendengar hal itu aku tidak sanggup membantah karena memang kaki ayah saya yang satu kecil, karena jatuh pada waktu ia masih kecil digendong kakaknya saat bermain-main. Apa yang harus saya lakukan untuk menyadarkan ayah saya ini, bukankah sebagai kepala keluarga ia harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya ?
Jawab:
Kami salut terhadap kedewasaan saudari, karena sekalipun masih remaja saudari mempunyai tuntutan rohani yang baik. Itu bisa dilihat dari kepedulian saudari terhadap pekerjaan ayah yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Namun di sisi lain, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena walaupun memiliki cacat fisik, ayah saudari tetap mau mencari nafkah (terlepas dari pekerjaannya menjual "cap ji kia"). Ia mau keluar berjualan, tidak putus asa. Salah satu hal penting yang perlu saudari dan keluarga beritahukan kepada ayah ialah bahwa di mata Tuhan orang yang cacat maupun tidak cacat sama berharga. Tuhan tidak membeda-bedakan orang yang percaya kepada-Nya, Ia adalah Allah yang adil dan penuh kasih.
Pekerjaan menjual "cap ji kia" memang tidak baik, karena membuat orang yang membeli atau memasang nomor menjadi tergantung pada judi. Mereka tidak lagi bergantung kepada Tuhan. Untuk pihak yang menjual mungkin penghasilannya juga besar dibanding menjual barang lain. Tetapi perlu diingatkan bahwa kalau aparat pemerintah melakukan razia, itu akan membawa resiko yang tinggi bagi ayah saudari. Sebenarnya tanpa menjual "cap ji kia" ayah saudari pun bisa mendapatkan penghasilan. Masih banyak bentuk pekerjaan lain yang bisa dikerjakan, cobalah bantu mencarikan peluang atau jalan keluar.
Kalau selama ini ayah tidak mau peduli atau memperhatikan teguran saudari cobalah introspeksi diri, mungkin nada bicara atau ada sikap yang kurang baik? Mungkin waktu bicara yang kurang tepat karena ayah sedang lelah sehingga mudah kesal atau marah. Saran kami cobalah saudari menjelaskan segala macam resikonya kepada ibu, agar ia mengerti dan membantu menjelaskan kepada ayah. Atau mintalah pertolongan orang yang dipercaya untuk menasehati. Bahkan kalau memang memungkinkan mereka bisa memberikan pekerjaan sampingan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Sebagai anak sulung, kalau memungkinkan saudari juga bisa membantu melakukan sesuatu/bekerja. Paling tidak ada tambahan penghasilan untuk meringankan beban ayah sehingga ia tidak perlu melakukan pekerjaan tambahan menjual "cap ji kia". Cukup berjualan seperti biasa saja. Ajaklah adik-adik untuk membantu memperhatikan kebutuhan keluarga, mungkin dengan bersikap rajin membantu di rumah, bersikap hemat dan lain-lain.
Tekunlah berdoa agar Tuhan mengubah hati ayah saudari, sehingga ia mau berhenti berjualan "cap ji kia". Mintalah agar Tuhan membuka jalan dan menyediakan pekerjaan tambahan yang lain untuk ayah. Kalau memang ayah juga ke gereja, saudari bisa meminta bantuan pendeta atau Guru Injil untuk membimbingnya.
Laporan Donatur
Bersyukur untuk dana yang sudah diterima sampai dengan Maret 2008 di rekening Telaga untuk keperluan renovasi rumah Jl. Cimanuk 56, dengan rincian sbb.:
1. | YLSA - Solo | Rp. | 1.000.000,00 |
2. | NN via Ibu Idajanti | Rp. | 5.000.000,00 |
3. | Ibu Iswarayani | Rp. | 1.000.000,00 |
4. | Ibu Indrawati T | Rp. | 300.000,00 |
5. | Ibu Listya Natalia | Rp. | 1.000.000,00 |
6. | Ibu Falia | Rp. | 250.000,00 |
7. | Ibu Puspita Herawati | Rp. | 300.000,00 |
8. | Ibu Eunike L | Rp. | 2.000.000,00 |
TOTAL | Rp. | 10.850.000,00 |
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 5731 kali dibaca