Menghadapi Bencana dan Masa Sulit

Versi printer-friendly
Maret



Hidup ini tidak selalu bisa kita kuasai, ada hal-hal yang bisa kita kuasai, namun ada hal-hal yang sangat di luar kuasa kita, bencana adalah salah satunya. Marilah kita perhatikan tahap-tahap menghadapi bencana :

a. Tahap Penyangkalan. Kita sangat-sangat shock, terkejut waktu mendengar sesuatu yang menghantam diri kita atau keluarga kita. Jadi reaksi kita adalah reaksi tidak percaya. Waktu kita bereaksi tidak percaya sesungguhnya kita ini sedang dalam proses mencoba menyangkal bahwa itulah yang telah terjadi. Adakalanya memang diperlukan untuk orang itu berdiam dalam proses penyangkalan, sebab pada proses penyangkalan itulah seseorang sebetulnya sedang mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi kenyataan yang luar biasa pahitnya.

b. Kemarahan, adalah reaksi yang juga sering kali dimunculkan pada waktu kita menyadari bencana benar-benar telah menimpa kita. Dalam tahap marah kita biasanya akan menunjuk siapa yang telah bersalah, kita ingin tahu siapa itu yang bertanggung jawab. Apakah itu orang lain, Tuhan atau siapapun yang telah bersalah, dan kadang kalau kita tidak bisa menunjuk orang lain atau Tuhan, akhirnya kita hanya bisa menunjuk kepada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri.

c. Tahap bernegosiasi, misal dalam kasus seperti penyakit kita bisa bernegosiasi. Kita berkata kepada Tuhan, OK-lah Tuhan, saya mengaku saya pernah salah dulu, saya pernah berdosa dulu, nah sekarang ampuni saya. Saya berjanji kalau saya dibebaskan dari bencana ini, saya tidak jadi kena kanker saya akan menjadi hamba Tuhan, saya akan serahkan anak saya untuk melayani-Mu dan sebagainya, kita tawar-menawar. Harapan kita adalah kita akan berhasil membujuk Tuhan agar Tuhan mengurungkan niat-Nya, nah tawar-menawar ini biasanya kita lakukan dengan sungguh-sungguh, kita tadinya benar-benar marah kepada Tuhan sekarang berbalik.

d. Tahap marah yang berat (depresi), marah di sini adalah marah yang benar-benar terlalu dalam dan tidak bisa lagi diekspresikan seperti pada tahap sebelumnya sehingga akhirnya muncul depresi. Salah satu yang membuat dia depresi berat adalah kenyataan yang dia harus terima bahwa tidak ada jalan lain, tawar-menawar tidak berhasil, tetap menderita penyakit yang sama, bencana benar-benar telah datang dan tidak bisa lagi mengelak.

e.Tahap kita mengumpulkan kembali hidup kita, kita mengintegrasikan kembali yang telah terjadi baik kerugian atau pun yang tersisa. Jadi benar-benar secara nyata kita melihat kerugian yang harus kita tanggung tapi kita juga masih bisa menghitung yang tersisa pada diri kita atau kehidupan kita. Nah akhirnya kita satukan kembali kepingan-kepingan hidup itu dan memulai hidup yang baru.

Kesaksian seorang pendeta yang kehilangan anaknya karena kematian. Pendeta ini sering memberikan penghiburan kepada jemaatnya. Jadi jemaatnya ingin tahu apa yang dilakukan oleh si pendeta setelah kehilangan anak yang dikasihinya. Ternyata pendeta ini tabah, kuat melewati semuanya dan pada waktu anaknya dikubur, ia mengatakan seperti ini : “Satu besi kalau dilempar ke air akan tenggelam, tapi besi yang dipasang dan dibangun menjadi sebuah kapal akan bisa mengapung.” Dia berkata: “Kematian anak saya ibarat satu besi itu, yang kalau dilempar ke laut akan tenggelam. Namun sebetulnya itu adalah satu besi yang Tuhan sedang pakai merancang sebuah kapal yang besar dan kapal itu memang tidak bisa saya lihat sekarang, tapi itu adalah rencana Tuhan.”

Kesaksian ini memberikan kita satu penghiburan bahwa apapun yang kita alami, akan ditangani oleh Tuhan dan akanmenjadi kebaikan. Kejadian 50 : 20 berkata: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Meskipun jahat, meskipun buruk, Tuhan bisa memakainya untuk yang baik. Sekarang marilah kita memerhatikan bagaimana melewati masa yang sulit.

Pada waktu masalah datang kita merasa khawatir. Kita tertekan perspektif duniawi dan gagal menerapkan perspektif sorgawi. Doa kedamaian dari Reinhold Niebuhr berbunyi ,“Tuhan berikanku kekuatan untuk mengubah hal-hal yang perlu aku ubah, kedamaian untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku ubah dan hikmat untuk membedakan keduanya”. Tuhan Yesus pun berkata, “Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan jangan khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada pakaian? Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:25, 34)

Langkah-Langkah untuk Menghadapi Masalah, antara lain memertahankan:

  • (1) Perspektif ukuran yang tepat. Dapat membedakan antara masalah besar dan kecil.
  • (2) Perspektif waktu yang tepat. Dapat membedakan antara masalah nanti, sekarang dan yang telah lewat.
  • (3) Perspektif kesanggupan yang tepat. Dapat membedakan antara yang bisa dikerjakan dan yang ingin dikerjakan.
  • (4) Perspektif problem yang tepat. Dapat membedakan antara problem yang bukan dosa dan dari dosa; antara akibat perbuatan sendiri dan perbuatan orang.
  • (5) Perspektif rohani yang tepat. Dapat membedakan antara ganjaran Tuhan dan latihan Tuhan.

Penutup

Kisah hidup Naomi memerlihatkan bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang tidak mudah dipahami. Ia kehilangan suami dan kedua putranya setelah mengungsi ke Moab akibat bala kelaparan di Israel. Namun dari menantunya Rut lahirlah Obed yang adalah ayah Isai, ayah Daud.

Kita melihat hal yang sama tatkala Elia dipelihara oleh burung gagak pada masa kekeringan. Akhirnya sungai itu pun kering dan Elia harus pindah. Namun karena itulah seorang janda di Sarfat dapat terus hidup. Kesimpulannya adalah Tuhan menolong kita dengan cara-cara yang tidak terduga dan kadang membingungkan karena tampaknya cara yang pertama berkontradiksi dengan cara yang kedua.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Ringkasan audio T 404 A+B
Simak rekaman lain di www.telaga.org


PERTANYAAN :

Salam sejahtera, Nama saya KS, umur 45 tahun tinggal di Batam dengan satu istri dan 3 orang anak. Saat ini saya menderita insomnia sudah 11 bulan dan saya sangat tersiksa rasanya karena tidur yang kurang, hanya 2 jam selama 1 malam, saya sudah berobat ke psikiater, ke internist dan ke dokter syaraf dan sudah melakukan CT scan serta ECG hasilnya semua normal!

Awalnya 12 tahun yang lalu di saat saya rajin berdoa, beribadah dan kadang-kadang berpuasa, tiba-tiba terlintas di pikiran saya, apakah Tuhan Yesus yang saya imani saat ini benar atau tidak? Pikiran itu selalu datang dan tidak bisa saya hilangkan, akhirnya saya merasa bersalah dan saya cemas berlebihan. Pada saat itu tidur saya tidak terganggu, hanya pikiran saya yang tidak bisa saya kontrol. Penyakit itu ada sekitar 3 bulan dan sembuh.

Pada pertengahan bulan Februari 2018 tiba-tiba saya teringat akan pemikiran itu lagi dan saya merasa cemas berlebihan dan saya tidak bisa tidur, pernah beberapa minggu saya tidak bisa tidur, atau tidur kurang dari satu jam saja. Pikiran ingin mengakhiri hidup ini tapi saya lawan dengan berkata dalam hati, “Tuhan kuatkan aku dalam pergumulan ini”.

Akhir-akhir ini saya sudah bisa tidur kadang 3 jam atau 4 jam setelah saya mengkonsumsi jus jahe merah dan buah belimbing hijau dan temulawak, tetapi kadang-kadang pemikiran negatif selalu datang dan saya berusaha menghilangkannya dengan meditasi dan berdoa setiap malam dan pagi.

Bagaimana cara saya menghadapi pergumulan ini dan apa yang saya harus lakukan?

Syalom dan terima kasih.

JAWABAN :

Bapak KS, Membaca kisah bapak, saya merasa bapak mengalami yang disebut sebagai gangguan cemas. Tampaknya yang Bapak alami juga dialami oleh banyak orang. Memang rasa cemas ini bisa tiba-tiba muncul dan ketika diperiksa tidak ada kelainan apa-apa. Tindakan Bapak sudah benar, untuk yang pertama yang perlu Bapak atasi adalah tidak bisa tidur. Jadi Bapak harus mengusahakan supaya bisa beristirahat. Dengan Bapak bisa tidur, maka daya tahan pun meningkat. Hal ini tidak menuntaskan masalah kecemasan yang Bapak alami, tapi menolong untuk lebih kuat.

Tentang obat supaya bisa tidur, kemungkinan kalau obat yang pernah Bapak pakai kurang berfungsi, Bapak memerlukan yang lebih kuat. Tentu saja perlu pengawasan dokter, dalam hal ini psikiater. Tetapi kalau herbal bisa mengatasi, itu lebih baik karena berkurangnya efek samping.

Apakah Bapak dapat menceritakan apa pemicunya sehingga Bapak mengalami masalah kecemasan ini ? Adakah Bapak khawatir akan hal tertentu sedemikian rupa sampai akhirnya Bapak meragukan Tuhan dan hal yang lain? Bapak mengatakan sekitar 12 tahun yang lalu Bapak meragukan Tuhan Yesus, tapi apakah sebelum itu ada kekhawatiran yang lain? Saat ini, bagaimana tentang iman? Apakah masih ada keraguan? Masih adakah rasa bersalah, Pak? Selain mencari pertolongan dokter dan memeriksa fisik, adakah usaha lain yang pernah Bapak lakukan?

Kalau boleh tahu, apakah pekerjaan Bapak dan apakah ketika bekerja, Bapak juga mengalami gangguan itu? Sambil menunggu kontak berikutnya, Bapak dapat mencoba supaya dapat tidur lebih baik, ya Pak.

Salam,
Heman Elia


Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga acara peresmian Pusat Konseling dan Pusat Bina Iman Anak Telaga Kehidupan yang diadakan di Hotel Luminor – Sidoarjo pada hari Sabtu, 14 Maret 2020 telah berjalan dengan baik. Sebelum peresmian diadakan beberapa seminar yang disampaikan oleh :

1. Ev. Sri Wahyuni Tjokrodirejo, M.Div., M.K. tentang “Mengasihi Anak Bukan Hanya Lebih Sungguh, Tetapi Juga Lebih Tepat” (Pada umumnya orangtua pasti mengasihi anaknya, namun apakah orangtua mengasihi anak dengan cara yang tepat? Sudahkah para orangtua atau wali entah itu guru, pembina dan rohaniawan menerapkan Firman Tuhan menjadi harta warisan yang bernilai kekal bagi anak-anak dan generasi penerus?)

2. Ibu Anita Sieria, M.Th.Konseling tentang “Mengasihi Remaja Bukan Saja Lebih Sungguh Tetapi Juga Lebih Tepat” (Masa remaja boleh dikatakan sebagai masa kritis. Para remaja sesungguhnya sedang mengalami krisis karena masa TRANSISI dan krisis ini dapat dikategorikan sebagai salah satu masa transisi yang terberat dalam hidup individu. Remaja perlu RELASI yang dekat dengan orangtua. Relasi yang kuat akan berfungsi sebagai tempat berlabuh yang aman di tengah remaja menjelajahi dunia nyata dengan berbagai ujian dan tantangan di dalamnya.)

3. Sesi ketiga oleh Ibu Santy Gunadi dan Pdt. Dr. Paul Gunadi tentang “Mengasihi Bukan Saja Lebih Sungguh, Tetapi Juga Lebih Tepat” (Ibu Santy menekankan pentingnya mengerti pikiran dan perasaan pasangan sedangkan Bp.Paul Gunadi menekankan bahwa pernikahan adalah tempat teraman dan terbebas namun penting bagi kita untuk tidak menyalahgunakannya).

4. - Diakhiri dengan kesaksian oleh Pdt. Andreas Tjatur Wismantono. Beliau baru saja ditinggal istrinya berpulang ke Rumah Bapa, sebelumnya beliau merasakan bagaimana melayani istri di waktu dalam kondisi sakit, harus merawat tanpa bantuan suster. Setelah ditinggal istrinya sempat merasa “down” beberapa bulan dan akhirnya bisa bangkit dan memahami rencana Tuhan dalam kehidupan sebagai suami istri.

Suatu kehormatan dan sukacita bagi kami atas kehadiran 100 undangan yang merupakan perwakilan dari gereja, sekolah, lembaga Kristen baik di wilayah Sidoarjo, Surabaya dan Malang. Kami mengucapkan banyak terima kasih untuk dukungan dari para donatur. Kiranya Tuhan Yesus Kristus berkenan memakai “Telaga Kehidupan” sebagai saluran berkat-Nya. Soli Deo Gloria.


Foto bersama di acara peresmian Telaga Kehidupan

Bersyukur untuk para donatur yang telah memberikan sumbangannya selama bulan Maret 2020 ini, yaitu :

1. Nathania Ngatmiati, JakartaRp 500.000,-
2. Mr.& Mrs. Wong Yew Meng, SingapuraRp 13.000.000,-
3. Pdt. Martus Maleachi, MalangRp 1.000.000,-
4. GKKK Siwalankerto, SurabayaRp 500.000,-
5. Sending WEC IndonesiaRp 500.000,-
6. NNRp 100.000,-
7. Ibu Maria, ProbolinggoRp 1.000.000,-
8. NNRp 500.000,-
9. Uang tunaiRp 300.000,-


Pokok-pokok Doa

Kita telah melewati minggu-minggu pra-Paskah, sebentar lagi kita akan memeringati Jumat Agung dan merayakan Paskah, kemenangan Tuhan Yesus atas maut. Saat ini karena COVID-19 maka ada banyak hal yang berubah, misalnya murid-murid belajar dari rumah masing-masing, ujian nasional ditiadakan. Masyarakat diharapkan tinggal dan bekerja dari rumah, untuk sementara ibadah dilakukan secara streaming atau melalui youtube. Biarlah perubahan yang terjadi mengingatkan kita untuk tetap percaya kepada pimpinan-Nya dalam kehidupan dan pelayanan kita.

(1) Bersyukur untuk sumbangan yang diterima kepada kami dari Ibu Gan May Kwee di Solo (Rp 600.000,-), Bp. & Ibu Suriptono, Ph.D. di Malang (Rp 2.500.000,-) dan NN di Tangerang (Rp 600.000,-).

(2) Walaupun tidak sampai sebulan penuh, tetap bersyukur untuk tambahan 7 judul rekaman terbaru bersama Bp.Paul Gunadi sebagai narasumber.

(3) Bersyukur untuk kesempatan Telaga membuka stand di Hotel Luminor, Sidoarjo pada tanggal 14 Maret 2020. Terjual 23 CD dan 1 set CD TELAGA-3 serta beberapa booklet dan buku, seluruhnya berjumlah Rp 1.432.000,-.

(4) - Bersyukur untuk berlangsungnya pernikahan Ev. Suzanna Hilaria Halim, salah seorang konselor Telaga di Pontianak, dengan Ev. Herfianton pada tanggal 21 Maret 2020.

5) Ev.Sindunata Kurniawan, salah seorang narasumber rekaman Telaga pertengahan bulan Maret 2020 telah berada di Malang. Apabila Tuhan berkenan, dalam bulan April 2020 akan mengadakan rekaman.

(6) Pengeditan audio rekaman sudah dimulai, doakan agar dalam bulan April 2020 seluruh rekaman mulai dari bulan Desember 2019 yang lalu bisa selesai diedit, dibuat transkrip, ringkasan dan abstraknya.

(7) Tetap doakan untuk rencana penerbitan buku berjudul “Mengapa Menikah” oleh C.V. Evernity Fisher Media.

(8) Doakan untuk pemerintah dan segenap jajarannya di seluruh Indonesia dalam menanggulangi COVID-19, demikian pula tim medis (para dokter dan perawat) di berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit.

(9) Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan ini, yaitu dari :

001 –Rp 100.000,-
006 –Rp150.000,-
010 –Rp 3.000.000,- untuk 6 bulan

Tuhan Yesus memberkati

Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK)
Sekretariat: Jl. Cimanuk 56 Malang, 65122; Telp. 0341-408579
Fax. 0341-493645; Email: telaga@telaga.org; Web: www.telaga.org
Pelaksana: Jusuf N. T, Melany E. Simon
Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon