Menanggapi Perasaan Dalam Komunikasi

Versi printer-friendly
Agustus

Berita Telaga Edisi No. 153 /Tahun XIII/Agustus 2017


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





MENANGGAPI PERASAAN DALAM

KOMUNIKASI


Untuk sebagian orang, merasa canggung ketika orang lain membagikan perasaan dan tidak tahu bagaimana menanggapinya, apalagi dalam percakapan formal.

Ada beberapa level atau jenjang dalam kita berkomunikasi:

  1. Percakapan basa-basi, misalnya : "Selamat pagi, sudah makan belum?" atau "Mau kemana, sehatkah?"

  2. Tentang orang lain, misalnya : "Mengapa presiden kita seperti ini?"

  3. Tentang diri: pikiran, kita mulai mengutarakan pikiran kita (ide, pendapat, argumentasi) kepada lawan bicara kita.

  4. Tentang diri: perasaan, identitas kita terwakili melalui perasaan kita.

Ketika seseorang berkomunikasi di level perasaan, hendaknya kita menanggapi di segi perasaan juga, berempati. Empati tidak sama dengan menyetujui atau membenarkan. Empati itu menerima dan memberi tempat penghargaan pada apa yang dirasakannya. Bahwa yang dirasakannya itu adalah fakta, sesuatu yang faktual, ada dan layak dihormati. Ketika seseorang membuka perasaannya, ia sedang membuka diri yang asli dan inti, yang sekaligus rentan untuk diserang dan disakiti. Ibaratnya, topeng dan perisai dirinya sedang dibuka. Saat dibuka, kita bisa mengenal keasliannya atau keautentikannya. Berarti, satu sisi kita sedang dihormati dan dipercayai, karena tidak pada semua orang, dia membuka perasaannya. Tugas kita adalah menjunjung tinggi kehormatan untuk dipercayainya, yakni dengan tidak menyalahgunakan keterbukaannya lewat kata dan sikap merendahkan dan menyakitinya. Malah kita bisa berkata, "Saya menghargai kesediaanmu berbagi perasaan, saya menghargainya". Kemudian kita bisa memberi peneguhan dengan memberi nama perasaannya, "Ya, kamu sedih." "Kamu terlihat kecewa dan marah."

Langkah-langkah praktis untuk dapat menanggapi perasaan dalam komunikasi:

  1. Dengarlah perasaannya; kita mencoba melihat wajah, suara, lihat gerak bibir, mata, gerak tubuh: membayangkan dan merasakan. Masuk ke dalam dirinya. Ini memerlukan latihan.

  2. Menyatakan, memberi nama perasaannya.

Respons yang bisa muncul dari rekan bicara kita:

  1. Mengoreksi. Jika kita pun kurang tepat memberi nama untuk perasaannya, minimal kita sudah berusaha mendengar perasaannya. Kita semakin terasah memberi nama pada perasaan.
  2. Menyangkal. Contoh: "kamu marah ya." "Nggak kok! (nada tinggi). Belum siap mengakui. Respons kita: jadi kamu merasa apa? Kalaupun kamu merasa kecewa, itu wajar, aku pun bisa demikian. Pesan: penerimaan tidak bersyarat, dan toleran/tidak memaksa. Memberi tempat pada dia untuk berproses. Penghiburan bagi kita: setelah percakapan itu usai dan kita dan rekan bicara berpisah, kecenderungannya rekan bicara itu akan memikirkan dan lebih terkoneksi, terhubungkan dengan perasaannya. Dalam hal ini kita sesungguhnya sudah menolong. Maka, dalam hal ini kita tidak bisa pasang pikiran bahwa bukan kita yang ditolak atau dipersalahkan. Yang ditolak adalah ide kita dan bukan diri kita. Ide yang ditolak: "O,ya ada yang keliru pada ide saya. Saya terbatas. Jika merasa diri yang ditolak: membuat kita marah, membalas, jadinya kita tidak bisa menolong dan menutup diri.
  3. Menerima: mengalir dan akan terbangun jembatan. Dia pun bertumbuh kepercayaan bahwa kita memahami perasaannya dan menghormatinya.

Penting bahwa kita tidak menampilkan diri sebagai orang yang suka menelanjangi hal yang dia tidak siap untuk buka kepada kita. Sikap ini membuat orang akan merasa terancam, dihakimi dan membangun tembok.

Berbesar hati, lalu bisa beralih ke ranah atau level ke-3: logika rasional. Kita misalnya menegaskan: ini yang benar, ini yang salah, ini pendapat saya, ini pilihan saya, ini saran saya.

Kita ikuti iramanya: naik turun di level pikiran dan perasaan. Dan terciptalah, keterhubungan (connectedness)

Firman Tuhan diambil dari Amsal 20:5, "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam. Tetapi orang yang pandai tahu untuk menimbanya". Perasaan itu memang sesuatu yang sulit diketahui dan dikenali. Tapi ketika kita punya hikmat dan mengandalkan hikmat, kita bisa mengerti. Kadang orang itu sendiri tidak tahu apa yang ada dalam hatinya. Tapi ketika kita mengandalkan hikmat, Tuhan akan memampukan kita. Perasaan bagaikan air yang dalam: orang yang tidak mengenal perasaannya: bingung, kehausan. Air identik dengan kesegaran dan kepuasan.

Oleh : Ev. Sindunata Kurniawan, MK
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T462 A.


TELAGA MENJAWAB

TANYA

Shalom,

Saya seorang pendeta yang merintis pelayanan di Jawa Tengah dan kini dipercaya melayani 44 kepala keluarga atau 59 jiwa. Saya pendengar setia Program TELAGA di radio. Secara pribadi saya senang dan diberkati oleh siaran ini dan sekarang ijinkan saya memohon masukan untuk masalah jemaat yang saya layani.

Ada sepasang suami istri muda, sang suami melayani sebagai guru Sekolah Minggu di gereja kami. Permasalahannya adalah sang istri merasa sukar mencintai suaminya. Pernikahan mereka memang atas dorongan dari orangtua tapi saya juga sudah memberikan bimbingan sebelum mereka menikah. Saat bimbingan itu saya menanyakan kesiapan mereka untuk menjalani hidup berumah tangga dengan pasangannya dan mereka masing-masing menjawab OK. Tapi setelah menikah 5 bulan, mereka sering bertengkar mulut dan kurang bisa jadi berkat bagi jemaat dan masyarakat sekitar. Kami sudah berusaha maksimal tapi hasilnya masih kurang menggembirakan.

Jujur saya akui, saya kurang mampu membimbing jemaat. Secara akademik, saya hanya lulusan SMP dan bekal teologi adalah dari sekolah Alkitab selama 3 tahun. Jadi, dalam melayani Tuhan, modal saya adalah saya mengasihi Tuhan dan berdoa mohon penyertaan-Nya. Tolong berikan masukan dan dukungan doa bagi saya dan jemaat yang saya layani. Terima kasih, TELAGA. Tuhan Yesus memberkati.


JAWAB

Shalom, Bapak Pendeta

Kami bersyukur Bapak telah dipakai Tuhan untuk merintis pelayanan di Jawa Tengah sehingga terkumpul 44 kepala keluarga. Kami juga berterima kasih Bapak telah menjadi pendengar setia Program TELAGA. Semoga perbincangan-perbincangan yang kami siarkan itu bisa bermanfaat bagi pribadi maupun pelayanan Bapak.

Setelah membaca surat Bapak, kami turut prihatin dengan permasalahan pasutri muda yang sering bertengkar mulut. Menurut pendapat kami, hal tersebut biasa terjadi bagi pasangan muda karena masih dalam taraf penyesuaian fisik dan karakter selama tahun-tahun awal pernikahan. Sebenarnya tidak harus terjadi bila keduanya menyadari bahwa hidup pernikahan mereka telah dipersatukan oleh Tuhan Yesus dan Dialah jalan untuk mengerti, memahami, dan menerima kelemahan masing-masing. Walaupun pernikahan mereka didorong orangtua, mereka telah bersedia hidup berumah tangga seperti yang telah dilayani oleh Bapak selama bimbingan pernikahan. Menurut pandangan kami, cinta bisa bertumbuh seiring berjalannya waktu.

Saran kami untuk Bapak, adakan pendekatan pada mereka, mungkin secara terpisah dulu. Cari tahu hal apa yang menjadi akar permasalahan, apakah soal ketidakterbukaan dalam hal keuangan, ketidakpuasan dalam hubungan seks atau perasaan masing-masing yang belum bisa bersatu. Setelah itu pertemukan mereka dan berdoa bersama agar mereka menyadari arti pernikahan Kristen, bahwa apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak dapat diceraikan manusia. Memang tidak mudah dilakukan tapi dengan pertolongan Tuhan dan kuasa Roh Kudus, apabila mereka bersedia melupakan apa yang telah terjadi dan bersedia meneruskan bahtera pernikahan bersama Yesus yang menjadi nahkodanya, pasti Tuhan menyelamatkan pernikahan ini. Kemudian sarankan mereka untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan membaca firman-NYA, berdoa bersama sebelum dan sesudah menjalani kehidupan sepanjang hari. Sesulit apapun, bila kendali pernikahan diserahkan pada Tuhan, semua dapat diatasi.

Kami sangat mengagumi kerendahan hati Bapak yang menceritakan latar belakang pendidikan kurang tapi bermodalkan mengasihi Tuhan dan setia mendoakan. Menurut hemat kami, justru itulah rahasianya orang yang bersedia dipakai Tuhan. Tidak harus berpendidikan tinggi, namun perlu juga menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku teologi, buku-buku teks, majalah atau jurnal Kristen atau apa saja yang dapat memperluas wawasan sehingga dalam pelayanan pemberitaan Firman atau konseling bisa menerapkannya dengan tepat.

Demikian tanggapan dari kami, semoga bermanfaat. Tuhan memberkati Bapak sekeluarga dan jemaat disana.

Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA

BUKU TAMU

Dari Ibu Christin – Radio Harmoni FM, Blitar.

Saya akui Program Telaga sangat memberkati saya dan para pendengar radio kami. Sewaktu Program TELAGA diputar, saya sebagai penyiar turut menyimak apa yang disampaikan – bukan memutar rekaman lalu ditinggal mengerjakan hal lain. Itu sebab saya secara pribadi merasa diberkati dengan nasehat-nasehat, himbauan, bahkan kadang tegurannya. Semangat selalu.

DOAKANLAH

  1. Bersyukur semua file video telah berhasil diunggah dan dipublikasikan ke akun youtube Telaga (telaga LBKK) dan facebook, biarlah hal ini bisa dinikmati dan menjadi berkat.
  2. Bersyukur untuk donasi yang diberikan oleh Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,- dan Bp. Jonatan Hananto di Malang sebesar Rp 2.000.000,-.
  3. Memasuki bulan September 2017, doakan untuk rekaman lanjutan bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai narasumber.
  4. CD-MP3 program Telaga telah dikirim ke Radio Dian Mandiri FM di Ambon. Doakan apabila Tuhan berkenan, maka kerjasama dengan radio ini bisa terwujud dalam tahun ini.
  5. Tetapkan doakan untuk Sdri. Betty T.S. dalam penulisan disertasi Ph.D. yang diharapkana selesai pada akhir tahun ini. Doakan juga untuk rencana memulai pusat konseling di Den Haag awal tahun 2018.
  6. Bersyukur dalam rangka ulang tahun STT SAAT yang ke-65 dan memeringati 500 tahun reformasi, akan diadakan Konven Alumni dan Retreat Pengerja Gereja pada tanggal 20-21 September 2017 dan Telaga diijinkan untuk membuka stan pada kedua hari tersebut. Doakan untuk semua persiapannya.
  7. Bersyukur mulai pertengahan bulan Agustus 2017, kolportage GKI Pregolan Bunder di Surabaya bersedia untuk dititipi 6 judul buku (Telaga-1 s.d. Telaga-4 dan 2 buku terbitan Visi yaitu "Memahami Remaja dan Pergumulannya" dan "Memaksimalkan Karier").
  8. Tuhan sudah memanggil pulang Ibu Christin Noto Utomo pada tanggal 19 Agustus 2017, ibunda dari Bp. Basoeki Rahardjo di Lumajang dalam usia 92 tahun. Doakan agar penghiburan-Nya dirasakan oleh seluruh keluarga besar yang ditinggalkan.
  9. Bersyukur untuk kelahiran cucu ke-2 dari Bp.& Ibu C.Budiwijanto pada tgl. 27 Agustus 2017 yang diberi nama Sarlito (putra dari Bp.& Ibu Geoffrey Wijanto).
  10. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu dari :
    006 – Rp 100.000,-
    011 – Rp 150.000,-