Bertahan dalam Kebangkrutan

Versi printer-friendly
Juni

Berita Telaga Edisi No. 163 /Tahun XIV/Juni 2018


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T. dan Dewi Kunti. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





Bertahan dalam Kebangkrutan

Ada orang berkata bahwa mengikut Tuhan itu berarti bebas dari kemelut finansial selamanya. Kita tidak akan susah dan Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita secara berlimpah. Dengan kata lain, percaya pada Yesus diidentikkan dengan membuka pintu lumbung kemakmuran. Sudah tentu kita berharap bahwa kepercayaan ini benar dan sesuai dengan janji Tuhan; masalahnya adalah, keyakinan ini tidak didukung oleh Firman Tuhan. Bukan saja kita dapat susah dan tidak makmur di dalam mengikut Tuhan, kita pun dapat mengalami kebangkrutan. Namun, inilah penghiburan kita: Tuhan akan tetap memelihara kita.

Berikut akan dipaparkan beberapa masukan bagaimana bertahan dalam kebangkrutan :

  1. Untuk bertahan dalam kebangkrutan kita harus bersedia berkorban. Ada pelbagai penyebab mengapa kita mengalami kebangkrutan namun semua memunyai akibat yang sama: hilangnya sumber penghasilan. Alhasil kita tidak lagi dapat membiayai kehidupan keluarga seperti sediakala. Ada yang masih dapat membiayai kebutuhan mendasar seperti makan dan minum serta sekolah, tetapi ada pula yang sama sekali tidak dapat. Di dalam situasi seperti ini tidak bisa tidak kita mesti melakukan bukan saja pengetatan tetapi juga pengurangan. Mungkin kita harus menjual kendaraan bermotor, mungkin kita harus menjual rumah dan pindah ke rumah kontrakan yang lebih kecil atau malah menumpang di rumah kerabat. Mungkin kita harus pindah kota untuk bekerja dan untuk sementara berpisah dengan keluarga. Singkat kata kita harus bersedia mengorbankan gaya hidup kita yang semula dan tidak jarang, kita pun harus berkorban menanggung malu. Tidaklah realistik untuk memertahankan gaya hidup semula di dalam kebangkrutan dan tidaklah benar memertahankannya demi penampilan atau nama baik. Kita harus hidup sesuai realitas.
  2. Untuk dapat bertahan dalam kebangkrutan kita harus mengkomunikasikan situasi yang dihadapi dan pengorbanan yang dituntut kepada anggota keluarga lainnya, dalam hal ini kepada pasangan dan anak-anak, sudah tentu anak yang sudah dapat mengerti. Kita mesti menceritakan duduk masalah sebenarnya dan tidak menutup-nutupinya sebab mulai dari saat ini, mereka akan harus turut menanggung akibatnya. Jika kita berandil dalam kebangkrutan, akuilah. Jika ada kesalahan yang kita perbuat, mintalah pengampunan kepada mereka. Setelah itu kita harus mengatakan sebenarnya hal-hal yang mesti dilakukan untuk dapat bertahan hidup. Jangan memberi janji kosong atau kesan bahwa semua itu akan berubah dengan segera. Mungkin akan ada yang harus putus sekolah dan bekerja, mungkin ada yang mesti pindah sekolah. Kita harus mengkomunikasikan semua itu secara baik-baik, bukan dengan nada paksaan, tetapi sebaliknya dengan pengertian dan penghargaan. Ya, sering-seringlah mengkomunikasikan penghargaan kepada anggota keluarga atas pengorbanan mereka. Setiap penghargaan akan mengobati penderitaan yang harus ditanggung.
  3. Untuk dapat bertahan dalam kebangkrutan kita harus bersedia menerapkan sistem pertanggungjawaban dalam keluarga. Salah satu penyebab kebangkrutan adalah kurangnya pertanggungjawaban kita kepada keluarga. Mungkin pasangan sudah memperingati, tetapi kita tidak menggubrisnya. Atau, kita malah sama sekali tidak memberitahukan kepada pasangan apa yang kita kerjakan. Kita beranggapan kita lebih tahu daripada pasangan. Nah, kebangkrutan menelanjangi semua yang telah kita kerjakan; kita tidak lagi dapat menutupinya. Itu sebab penting bagi kita untuk mengakuinya dan juga meminta maaf kepada keluarga atas kesalahan yang kita perbuat. Dan, berjanji untuk memulai hidup yang baru yaitu hidup dengan pertanggungjawaban yang terbuka. Orang akan lebih siap memaafkan bila mereka melihat pertobatan. Jadi, tunjukkanlah bukan saja penyesalan tetapi juga pertobatan—bahwa kebangkrutan telah memberi pelajaran yang berharga kepada kita.
  4. Untuk dapat bertahan dalam kebangkrutan kita harus saling mengerti dan mendukung. Kebangkrutan menimbulkan bukan saja ketidaknyamanan, tetapi juga penderitaan. Di dalam penderitaan kecenderungan kita adalah marah dan menyalahkan orang yang kita anggap bertanggungjawab atas kesusahan yang kita tanggung. Sudah tentu ada tempat dan waktu bagi kita untuk mengekspresikan kekesalan kita tetapi setelah itu penting bagi kita untuk kembali mendukung satu sama lain. Berdoalah bersama dan saling mendoakanlah. Berilah dorongan kepada satu sama lain dan lakukanlah hal-hal yang biasa dilakukan sebagai keluarga tanpa harus mengeluarkan uang yang besar. Kebersamaan dan kepedulian terhadap satu sama lain adalah obat untuk hati yang luka dan bersedih. Kebangkrutan memang menghabiskan uang tetapi kebangkrutan tidak mesti menghabiskan kasih dalam keluarga.
  5. Untuk dapat bertahan dalam kebangkrutan kita harus terus bergantung pada pemeliharaan Tuhan, percaya pada kebaikan Tuhan, dan hidup takut akan Tuhan. Kadang kita dapat mengerti dan menerima mengapa kebangkrutan terjadi, tetapi kadang tidak. Mungkin kita telah berdoa dan meminta pimpinan serta berkat Tuhan atas usaha yang kita mulai. Namun semua berakhir dengan kebangkrutan.

Mungkin kita kecewa dan mengalami kepahitan terhadap Tuhan. Bawalah semua dalam doa secara pribadi kepada Tuhan. Utarakanlah semua kekecewaan dan kepahitan kita kepada-Nya; Ia bersedia mendengarkan dan Ia mengerti. Setelah itu dengan iman, percayakanlah hidup pada kebaikan-Nya. Satu kebangkrutan tidak dapat—dan tidak seharusnya—menghapus pemeliharaan dan kebaikan Tuhan yang telah diperlihatkan-Nya kepada kita seumur hidup.

Amsal 10:29-30 "Jalan Tuhan adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang-orang yang berbuat jahat. Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya, tetapi orang fasik tidak akan mendiami negeri."

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T501A.

TELAGA Menjawab

Tanya

Syalom, terima kasih banyak sebelumnya telah meluangkan waktu untuk membaca email dari saya. Pak Pendeta saya memiliki cobaan yang sangat berat, saat ini saya sudah menganggur selama 11 bulan semenjak saya wisuda dan ayah saya sudah pensiun sejak tahun 2016 dan gajinya pas-pasan serta adik saya masih SMP kelas 1, saya sudah melamar pekerjaan dimana-mana tetapi tak ada satu pun panggilan sampai saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari, uang pensiun per bulan ayah saya tidak cukup. Gelang, cincin, kalung emas sudah habis digadaikan sejak 2016 dan saat ini hanya tersisa baju-baju bekas yang ingin kami jual untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Saya sangat putus asa kenapa Tuhan memberikan saya cobaan seberat ini? Terlebih lagi ayah saya tidak dekat dengan Tuhan, dia hanya berdoa tiap bangun pagi dan mau tidur malam, tidak pernah punya saat teduh dengan Tuhan, tidak pernah baca Alkitab tidak pernah juga mengajak kami anak-anaknya untuk datang bersekutu dengan Tuhan selalu saja Ibu saya yang mengingatkan kami dan bukan ayah saya padahal dia seorang kepala keluarga. Hanya Ibu saya yang dekat dengan Tuhan pak. Ayah saya selalu mengandalkan manusia dan selalu berharap durian runtuh tapi tidak pernah bersekutu dengan Tuhan melalui saat teduh dan masih percaya adat istiadat serta cerita hantu. Terkadang perilaku ayah saya yang tidak pernah mengandalkan Tuhan dan masih percaya adanya hantu itu sangat menjengkelkan, sampai hampir tiap hari ibu saya mengingatkan dia untuk datang bersekutu dengan Tuhan tapi tidak juga diindahkan. Apa yang harus saya lakukan Pak Pendeta dengan keadaan seperti ini, saya benar-benar putus asa. Bagaimana cara mengusir kuasa kegelapan dalam diri ayah saya? Terima kasih sebelumnya.

Jawab

Sebagai seorang yang sudah dewasa, kurasa Anda harus melihat keluarga sebagai suatu kesatuan. Terlebih pada saat keadaan keluarga sedang sangat memprihatinkan seperti itu. Bagaikan orang sakit, maka keluarga Anda saat ini sedang sakit parah. Perlu tindakan yang cepat dan tepat. Janganlah Anda hanya menyalahkan Ayah Anda saja, walaupun memang beliau itu sedang mengalami kebingungan, kelemahan atau apapun namanya, kurasa anggota keluarga yang lain harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan rumah tangga.

Jika beliau sedang tidak dapat diajak berunding maka Anda harus yang berinisiatif membicarakan situasi "Gawat" bersama Ibu dan anggota keluarga yang lain. Jangan hanya menunggu Ayah yang berlambat-lambat, juga jangan hanya mengkritisi kesalahannya. Tetapi secara positif lakukanlah langkah-langkah kongkret,mulai dengan hal-hal yang mudah, yang agak sulit sampai tantangan yang paling sulit. Ajaklah keluarga yang lain, paling tidak Ibu Anda, untuk berunding, berdoa mohon campur tangan Tuhan dan mengadakan pembagian kerja atau melakukan bersama-sama. Saya tidak dapat memperinci apa saja itu, sebab banyak bergantung dengan situasi, hubungan dengan famili, tetangga, para sahabat dan pendeta dst. Tapi saya yakin bahwa di dalam kasih dan kuasa Yesus Kristus tak ada yang disebut jalan buntu. Ayo, bantulah, milikilah kepercayaan dan semangat, dan bersedialah untuk melakukan hal-hal yang mungkin dinilai orang rendah asal halal dan tidak melanggar hukum Tuhan, dengan catatan hanya bersifat sementara saja, guna mengatasi keterpurukan rumah tangga. Apapun yang dapat mendatangkan pemasukan demi untuk menjalankan roda penghidupan rumah tangga bersama. Syukur-syukur jika sementara itu Anda mendapatkan panggilan dari sebuah perusahaan untuk bekerja sesuai harapan Anda yang belum terwujud itu. Tapi yang penting, jangan buang-buang waktu. Biasanya Tuhan menunggu kita berbuat sesuatu barulah Tuhan turun tangan. Apa yang kita lakukan itu bagaikan orang yang bersedia membuka jendela, barulah nanti udara segar akan masuk, itulah pertolongan dan berkat-Nya. Dan yang disebut "kuasa kegelapan" disini saya rasa adalah keputusasaan, sikap berlambat-lambat, dan saling menyalahkan, dan "kuasa terang yang ilahi" adalah kesadaran Anda untuk menyelamatkan keluarga sebagai karunia Tuhan yang penting, mempererat persatuan keluarga, berkiprah melaksanakan perundingan bersama anggota keluarga yang lain (syukur bila Ayah juga bergabung) melaksanakan hasil perundingan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab dan iman yang teguh, bahwa Tuhan akan bercampur tangan sampai berhasil.

Doaku, Tuhan menolong Anda, Tuhan memakai Anda sebagai penggerak handal dalam keluarga Anda.

Pdt. Em. Daud Adiprasetya

Doakanlah

  1. Bersyukur untuk donasi yang diterima dari NN di Malang Rp 3.000.000,-, dari Ibu Paulina Susanti di Tangerang Rp 1.000.000,-, dari Ibu Gan May Kwee di Solo Rp 750.000,- dan dari Sdri. Kurnia Dewi P. (2x masing-masing Rp 100.000,-).
  2. Bersyukur untuk pernikahan Sdri. Rr.Fradiani Eka Yudiarti dengan Pdp. Maurits Tahya sudah berlangsung pada tgl. 22 Juni 2018 yang lalu di Malang.
  3. Bersyukur pilkada serentak pada tgl. 27 Juni 2018 telah berlangsung dengan aman.
  4. Pencatatan transkrip dan pembuatan ringkasan dari judul-judul rekaman terbaru sedang dikerja-kan dan mudah-mudahan bisa selesai sebelum pertengahan bulan Juli 2018.
  5. Doakan untuk acara Bina Konselor Kristen yang diadakan di SAAT Malang tgl. 3-5 Juli 2018, bersyukur ada 287 peserta yang sudah mendaftarkan diri. Doakan untuk 8 orang pembicara dan kerjasama Panitia dalam acara ini. Telaga akan ikut memeriahkan dengan membuka stand selama 3 hari.
  6. Doakan agar dalam bulan Juli 2018 Ev. Sindunata Kurniawan bisa melanjutkan rekaman lagi.
  7. Doakan untuk rencana pernikahan Sdr. Eben Gunadi (putra dari Bp. Paul Gunadi) dengan Sdri. Yemima di Batu, Malang pada tgl. 14 Juli 2018, agar semua bisa berlangsung dengan baik.
  8. Bersyukur Sdri. Betty T.S. telah menyelesaikan tesisnya dan Tuhan membuka jalan untuk memulai proyek pusat konseling untuk para migrant di Amsterdam.
  9. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu : 006 – Rp 375.000,- untuk 3 bulan.

TELAH TERBIT

Buku TELAGA-6

Sayang dan Berharga

Berisi 7 artikel TELAGA tentang memelihara relasi nikah:

  1. Sayang dan Berharga
  2. Komunikasi Suami Istri
  3. Mengajar Pasangan Bersikap Jujur
  4. Membentengi Pernikahan
  5. Sikap Hidup Rekatif
  6. Bisakah Mengubah pasangan
  7. Cemburu

Harga Rp 48.500,-/ eks

Pemesanan bisa melalui email telaga@telaga.org