Tuhan Memakai Orang yang Minder

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T482A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tuhan memakai orang yang minder sama seperti Ia memakai orang yang percaya diri. Mari kita mengontraskan dua tokoh Alkitab yang minder, yakni Musa dan Saul, dan menarik pelajaran darinya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita tidak dilahirkan sama. Ada yang memunyai banyak kesanggupan; ada yang memunyai sedikit kesanggupan. Ada yang memunyai kemampuan tinggi; ada yang memunyai kemampuan rendah. Perbedaan ini berasal dari Tuhan dan bukan merupakan kesalahan. Namun pada kenyataannya kita—yang berkemampuan sedikit dan rendah—merasa minder. Kita pun menyimpulkan bahwa kita adalah warga kelas dua di dalam keluarga Tuhan. Dan, Tuhan tidak terlalu memerlukan kita. Anggapan ini keliru sebab Tuhan memakai orang yang minder sama seperti Ia memakai orang yang percaya diri. Mari kita melihat dua contoh di Alkitab dan mengkontraskannya.

Musa
Sewaktu Tuhan memanggil Musa dan memintanya untuk membawa Israel keluar dari Mesir, ia menolak. Ia beralasan, "Ah, Tuhan. Aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah" (Keluaran 4:10). Perhatikan jawaban Tuhan pada ayat berikutnya, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?" Tuhan ingin mengutus Musa melakukan pekerjaan-Nya tetapi Musa menampik sebab ia merasa minder. Ia tidak merasa berkemampuan cukup untuk melakukan tugas itu. Jawaban Tuhan menegaskan bahwa Tuhan tahu kondisinya — sulit bicara — sebab Tuhanlah yang membuatnya seperti itu. Singkat kata, keterbatasan Musa berbicara bukanlah sebuah kesalahan penciptaan; Tuhan memang mendesainnya seperti itu. Kendati Musa minder, Tuhan tetap memanggil dan akhirnya mengutusnya. Selama 40 tahun Tuhan memakai Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Keminderan Musa tidak menghalangi Tuhan memanggil dan memakainya; keterbatasan Musa tidak merintanginya melaksanakan dan menggenapi pekerjaan Tuhan.

Saul
Raja pertama Israel adalah Saul. Ia tidak pernah mencalonkan diri, bahkan ia tidak tahu bahwa Tuhan memilihnya menjadi raja. Nah, sewaktu Tuhan ingin menetapkan pilihan-Nya, ternyata Saul takut. Ia malah lari dan bersembunyi di antara barang-barang (1 Samuel 10:21-22). Ini menandakan bahwa Saul minder. Sama seperti Musa, ia pun merasa tidak mampu melakukan tugas yang Tuhan embankan kepadanya—memimpin Israel. Namun Tuhan tidak mengurungkan niat-Nya; Ia tetap memanggil Saul dan menetapkannya menjadi raja. Tuhan memakai Saul yang minder.

Sekarang marilah kita mengkontraskan keduanya dan menarik beberapa pelajaran.

  1. Dapat kita simpulkan bahwa perbedaan utama di antara keduanya adalah, Musa adalah seseorang yang sedikit bicara, banyak berbuat. Sedang Saul adalah kebalikannya, banyak bicara, sedikit berbuat. Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa Musa melakukan begitu banyak hal buat Tuhan sedang Saul tidak. Jadi, bagi kita yang merasa minder, gunakanlah kesempatan yang diberikan Tuhan sebaik-baiknya. Berbuatlah sebanyak-banyaknya dan jangan menghitung-hitung imbalannya. Bersedialah untuk mengorbankan kepentingan pribadi dan mengedepankan kepentingan orang. Jadi, kita yang minder: UTAMAKANLAH PERBUATAN!
  2. Perbedaan kedua antara keduanya adalah Musa jauh lebih banyak taat ketimbang tidak taat, sedangkan Saul lebih banyak tidak taat daripada taat. Apa yang Tuhan perintahkan, Musa kerjakan; sebaliknya, apa yang Tuhan perintahkan, Saul tidak kerjakan. Tidak heran, Tuhan memakai Musa dan tidak memakai Saul. Dari sini kita dapat menarik satu pelajaran lagi yakni jangan sampai keminderan menghalangi ketaatan kita. Minder pada kemampuan sendiri seharusnya mendorong kita untuk percaya dan berserah pada kemampuan Tuhan. Jadi, kita yang minder: UTAMAKANLAH KETAATAN!
  3. Perbedaan ketiga di antara keduanya adalah Musa siap meletakkan tampuk kepemimpinannya dan menyerahkannya kepada orang yang bukan anaknya sendiri—Yosua. Sebaliknya, Saul tidak siap. Mati-matian ia menolak pilihan Tuhan atas Daud sebab ia menginginkan putranya Yonatan untuk menggantikannya. Dari sini kita dapat menarik satu pelajaran lagi yaitu jangan biarkan keminderan membuat kita gelap mata dan haus kuasa. Ya, betapa sukarnya bagi kita yang minder untuk melepaskan kuasa di tangan. Sesungguhnya, kita yang minder merasa tidak memunyai kuasa atau pengaruh apa pun. Itu sebab begitu mempunyai kuasa, kita tidak mudah melepaskannya. Jadi, yang harus kita lakukan adalah bagilah kuasa. Jangan memonopoli kekuasaan; delegasikan dan percayakanlah tanggung jawab kepada yang lain. Singkat kata, kita yang minder: UTAMAKANLAH KEBERSAMAAN!

Kesimpulan
Terimalah pemberian Tuhan dengan penuh syukur. Jangan membanding-bandingkan diri dan jangan menuding-nuding diri. Amsal 15:33 mengingatkan, "Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan." Meski merasa minder dan tidak mampu, peliharalah takut akan Tuhan dan pupuklah kerendahan hati. Tuhan dapat memakai kita yang minder selama kita takut kepada-Nya dan mengikut-Nya dengan penuh kerendahan hati.