Kata kunci: Mengembangkan pemimpin yang akan menjadi sebuah gerakan, memusatkan perhatian pada kualitas yang akan menghasilkan kuantitas yang berkualitas, 8 prinsip pelayanan Tuhan Yesus yaitu pemilihan, persekutuan, penyerahan diri, pemberdayaan, percontohan, penugasan, pendampingan dan pelipatgandaan
TELAGA
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA keluarGA. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil., beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang "Strategi Pelayanan Yesus". Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y: Pak Sindu, semakin berjalannya waktu tentunya pelayanan itu semakin berkembang bahkan mengambil bentuk berbagai rupa, baik gereja maupun parachurch atau di luar gereja. Apa pentingnya kita membahas tentang strategi pelayanan Yesus kali ini, Pak ?
SK: Memang selama ini kita memahami Kristus datang ke dunia melayani untuk menjadi Juruselamat dan Tuhan kita lewat kematian dan kebangkitan-Nya dan Dia datang ke dunia ini untuk memulai gerakan yang membawa keselamatan ke seluruh dunia, melalui kehidupan dan mandat yang dijalaninya atau yang diperintahkannya. Kita mengenal Amanat Agung Kristus atau mandat Injili. Menarik bahwa itu bukan sekadar Yesus yang melakukan tetapi Dia sekadar alat untuk mencapai penggenapan keselamatan di dalam Kristus. Yang menarik, Bu Yosie, bahwa apa yang Yesus lakukan selama 3,5 tahun di dunia ini sampai Dia disalib di Bukit Golgota, itu juga sebenarnya memberikan sebuah cetak biru (blue print) untuk menjadi prototipe, menjadi model pelayanan dari setiap kita, apapun bentuk pelayanan yang kita kerjakan. Kita perlu memerhatikan model dan strategi Yesus itu.
Y: Menarik ya ternyata tidak ada yang kebetulan, tetapi apa pun yang dilakukan Yesus itu model yang perlu kita teladani.
SK: Betul, kalau boleh saya tambahkna, Bu Yosie, memang pelayanan Yesus itu adalah sebenarnya pelayanan yang terarah dan terpadu, bahkan Yesus mengatakan dalam Injil Yohanes 17:4, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya". Apa yang Yesus lakukan itu mencapai klimaks, selesai dan Dia mempermuliakan Bapa di surga dengan apa yang dilakukan. Kemudian Dia juga memberikan mandat kepada setiap kita yang mengenal Kristus, yang mengenal anugerah keselamatan dan kemudian menjadi murid-murid Kristus untuk melanjutkan dan menggenapi karya yang telah dimulai-Nya. Dikatakan dalam Injil Yohanes 20:21, "Sama seperti Bapa mengutus aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu".
Y: Kalau begitu apa prinsip-prinsip pelayanan Tuhan Yesus yang harus kita pelajari dan nantinya kita teladani?
SK: Jadi ada 8 prinsip pelayanan Yesus yang kita bisa pelajari dan kita teladani dalam perjalanan hidup dan pelayanan kita, dan gagasan ini saya ambil dari buku "Rencana Agung Penginjilan" atau dalam bahasa Inggrisnya "The Master Plan of Evangelism" karya seorang yang telah meninggal, Robert Coleman. Beliau dikenal luas bertahun-tahun memimpin, "The Billy Graham Centre Institute of Evangelism", Lembaga Penginjilan dari Billy Graham yang kita kenal juga sudah meninggal. Beliau tokoh penginjilan sedunia. Ada delapan, yang pertama pemilihan atau ‘selection’, yang kedua persekutuan atau ‘association’, yang ketiga penyerahan diri atau ‘consecration’, yang keempat pemberdayaan atau ‘impartation’, yang kelima percontohan atau ‘demonstration’, yang keenam penugasan atau ‘delegation’, yang ketujuh pendampingan atau ‘supervision’, yang kedelapan pelipatgandaan atau ‘reproduction’. Yang pertama pemilihan, disini Yesus ketika hendak memulai pelayanan 3,5 tahun, Dia memulainya dengan memanggil beberapa orang untuk mengikuti Dia. Kita mengenal ada 12 murid atau 12 rasul. Rupanya, Bu Yosie, pribadi-pribadi, individu-individu adalah metodenya pelayanan Yesus dan sekaligus prioritasnya, bahwa perhatian Tuhan Yesus bukan pada program untuk menjangkau orang banyak melainkan pada pribadi-pribadi yang akan diikuti orang banyak.
Y: Menarik sekali, ya Pak. Dari sini saja kita sudah belajar karena seringkali kita lebih memikirkan program daripada pribadi.
SK: Ya, jadi kemudian kita mendapati bahwa Tuhan Yesus itu mencurahkan sebagian besar waktu-Nya untuk menolong 12 murid ini yang telah dipilih-Nya. Selain Dia memilih, Dia juga membatasi jumlah anggota kelompok 12 murid ini agar dapat melayani mereka dengan efektif.
Y: Tapi kalau saya perhatikan di beberapa bagian Kitab Suci kita, Yesus juga melayani orang banyak, Pak Sindu. Misalnya, memberi makan, menyembuhkan, berkhotbah di atas bukit, itu ‘kan melayani orang banyak, Pak.
SK: Benar, itu yang kita bisa lihat, ada sebuah keutuhan dari pelayanan Yesus. Yesus memang fokus kepada 12 murid ini, yang menjadi metode dan prioritas pelayanan-Nya namun pada saat yang sama Yesus pun tidak melalaikan orang banyak. Dia memberikan perhatian pada orang banyak. Memang sesungguhnya kecakapan Tuhan Yesus untuk menarik perhatian orang banyak dan telah menimbulkan masalah yang serius dalam pelayanan-Nya.
Y: Maksudnya masalah yang serius bagaimana, Pak Sindu ?
SK: Akhirnya ada banyak orang yang memang menyalahmengertikan Yesus. Mereka ikut karena Yesus bisa memberi makan kepada 5000 orang, Yesus adalah ahli mujizat akhirnya menyalahmengertikan bahwa Yesus itu adalah Mesianik politik, Juruselamat politik. Itulah titik lemah bila massa dikumpulkan tapi tidak bisa untuk dilayani orang per orang, itu ada sisi bias yang bisa terjadi. Memang akhirnya kita bisa melihat didalam akhir pelayanan Yesus hanya ada 500 pengikut setia Yesus yang dicatat di I Korintus15:6 dan yang tetap tinggal di Yerusalem pada saat Yesus naik ke surga itu hanya 120 orang sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 1:15. Disinilah kita melihat, Bu Yosie, bahwa Yesus menyadari ada titik lemah bila melayani orang banyak. Perlu fokus memusatkan hidupnya pada beberapa orang saja meskipun pada saat yang sama Dia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia.
Y: Kalau begitu lebih lanjut, berarti strategi Tuhan Yesus seperti apa, ketika Dia memusatkan pada sebagian orang saja padahal visi tujuannya menyelamatkan seluruh dunia, Pak.
SK: Tepat, disinilah kita melihat strategi Tuhan Yesus memiliki satu tujuan, yaitu mengembangkan pemimpin, sekali lagi mengembangkan pemimpin yang akan menjadi sebuah kegerakan (movement) yaitu kegerakan Kerajaan Allah. Jadi Yesus punya tujuan atau sasaran utama bukan menarik banyak pengikut karena pengikut hanya menjadi khalayak ramai yang mudah terombang-ambing, mudah gagal paham, mudah beralih. Dan disini Yesus memang bersikap realistik, Bu Yosie, orang banyak memang siap mengikut tetapi untuk dapat bertumbuh dewasa mereka harus dibimbing pribadi demi pribadi. Seorang diri individu Yesus tidak mungkin sepenuhnya bisa mendampingi puluhan, ratusan hingga ribuan khalayak ramai ini.
Y: Saya masih ingin tahu lebih lanjut seperti apa?
SK: Jadi disini strategi Tuhan Yesus itu memusatkan perhatian untuk menghasilkan kualitas, untuk menghasilkan orang yang berkualitas, yang kemudian akan menghasilkan kuantitas yang berkualitas.
Y: Berarti Tuhan juga memberi kehormatan kepada murid-murid-Nya untuk menjadi pemimpin dan menghasilkan orang-orang lain lagi yang diselamatkan, begitu ya Pak ?
SK: Tepat, memang Dia datang ke dunia untuk menjadi Juruselamat dan Tuhan bagi seluruh umat manusia pada saat itu dan zaman-zaman berikutnya sampai kita hari ini dan sampai Tuhan datang kedua kalinya, kiamat terjadi. Tetapi sekalipun tujuannya untuk menyelamatkan seluruh dunia, tapi Dia memakai strategi, saya butuh dalam 3,5 tahun menghasilkan pemimpin, orang-orang yang siap melanjutkan kegerakan Penginjilan dan penjangkauan jiwa dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi. Jadi strategi itulah menghasilkan, memusatkan perhatian pada orang-orang yang berkualitas. Yang akhirnya menghasilkan kuantitas atau jumlah orang yang juga berkualitas. Disini, Bu Yosie, sesungguhnya terjadilah sebuah perbandingan kalau kita kenal dulu di matematika ada istilah deret hitung dan deret ukur.
Y: Seperti apa maksudnya ?
SK: Jadi kalau deret hitung, misalnya kita terapkan dalam strategi pelayanan kita di dunia, sebagai pelayanan penginjilan. Kita fokus di Kebaktian Kebangunan Rohani, tahun pertama kita mendapatkan 100 jiwa baru, tahun kedua kita KKR lagi mendapatkan 100 jiwa baru. Jadi berapa, Bu Yosie ?
Y: 200 jiwa.
SK: Tahun ketiga kita KKR lagi mendapatkan 100 jiwa baru, jadi total 300 jiwa dan seterusnya tiap tahun tambah 100, 100, 100, sampai tahun ke sepuluh kita mendapatkan 1000 orang percaya. Sementara kalau deret ukur modelnya begini. Tahun pertama kita melayani fokus memuridkan, membina secara intensif hanya 2 orang misalnya. Dari 2 orang kemudian tahun yang kedua, 2 orang ini masing-masing memuridkan 1 orang lagi, 2 tambah 2 jadi 4. Tahun ketiga, 4 orang ini memuridkan 1 orang baru lagi, bukan hanya memberitakan Injil tapi membimbing mereka untuk menjadi sosok murid, sosok yang berkualitas. 4 jadi 8, 8 jadi 16, 16 jadi 32, 32 jadi 64 tetapi pada tahun kelima, yang model deret hitung tadi, tahun kelima menjadi 500 sementara yang deret ukur masih 32 tapi ketika tahun ke-10, yang deret hitung menjadi 1000, tapi yang deret ukur dari 2 jadi 4, 4 jadi 8, tahun ke-10 menjadi 1024.
Y: Hampir sama, menyamai.
SK: Dan kualitasnya berbeda. Yang hasil KKR, bayi rohani, massa yang dikumpulkan, mengenal Kristus artinya lahir baru tapi kualitasnya bayi rohani. Sedangkan yang dibimbing satu per satu tadi berdasarkan prinsip Tuhan Yesus, menghasilkan 1000 pada tahun ke-10 tetapi 1000 dengan kualitas yang lebih matang. Punya kualitas dan tahun ke-11, satunya masih 1100 yang deret ukur tadi sudah mencapai 2048. Ini kembali strategi Tuhan Yesus.
Y: Wah, luar biasa ya. Baik, yang nomor 2, selain pemilihan.
SK: Strategi kedua adalah persekutuan atau ‘association’. Dimana setelah Yesus memanggil murid-murid tersebut, ada 12. Yesus tinggal bersama, hidup bersama. Mereka melihat ketika Yesus mendengkur, bagaimana Yesus lapar, Yesus melayani, Yesus bangun pagi-pagi buta untuk berdoa, bagaimana Yesus tertidur di perahu. Itu prinsip persekutuan, karena tinggal bersama karena inti pelayanan atau pemuridan Tuhan Yesus adalah mendekatkan para murid itu dengan Dirinya akan memberi kesempatan pada mereka meneladani cara hidup dan pengajaran Yesus. Prinsip persekutuan pribadi ini sangat penting. Sangat sederhana, sayangnya sangat sering diabaikan oleh kita.
Y: Kira-kira mengapa, Pak ?
SK: Karena secara alamiah tanpa disadari fokus kita jumlah. Ah, lima orang tinggal bersama aku ? Terlalu sedikit, aku mau menjangkau 500 jiwa, KKR di berbagai kota, aku menjangkau 5000 jiwa buka cabang-cabang, pelayanan gereja atau cabang-cabang Yayasan Pelayanan di berbagai provinsi. Yang kedua kalau bersekutu tinggal bersama, aku tidak punya privasi repot, aku maunya mengajar setelah itu persiapan mengajar, urusan pribadi habis itu mengajar di mimbar, di lapangan stadion setelah itu urusan pribadi, beres. Ini berarti menimbulkan kerepotan, ini yang Yesus tidak pilih. Yesus mau repot demi kualitas yang akan dihasilkan.
Y: Prinsip ketiga, Pak ?
SK: Prinsip yang ketiga adalah penyerahan diri atau ‘concentration’ dimana Yesus mengundang murid-murid-Nya untuk mengikut Dia kemudian Yesus meminta para murid-Nya untuk menaati Dia dalam penyerahan diri mutlak berdasarkan kepercayaan mereka kepada Yesus. Jadi disini Yesus menuntut murid-murid-Nya untuk taat dan setia. Orang yang dimuridkan itu perlu tunduk, perlu mau ‘single-minded’, sepenuh hati ikut arahan, ikut pembimbingan, ikut teladan yang Yesus berikan. Yesus tidak memaksa murid-murid-Nya untuk tetap tinggal bersama, malah dalam sebuah kesempatan, Yesus mempersilakan kalau mau pergi ikut mereka yang kecewa terhadap Dia. Yesus memberi kesempatan, Petrus berkata mewakili murid-murid-Nya, "Tidak Tuhan, aku mau tetap ikut Engkau". Disinilah titik yang penting.
Y: Nomor 4, Pak Sindu.
SK: Prinsip yang keempat adalah pemberdayaan atau ‘impartation’ dimana Tuhan Yesus memberikan kepada murid-murid-Nya apa yang telah Yesus terima dari Bapa di Surga yaitu kuasa, kasih, kekudusan, hati bagi dunia dan para murid-Nya memberikannya pula kepada orang lain yang mereka muridkan. Disinilah Tuhan Yesus mengajar dan menghubungkan murid-murid-Nya dengan Roh Kudus, bahwa pertobatan, pertumbuhan dan pelayanan adalah semata-mata pekerjaan Roh Kudus, sementara itu kewajiban murid-murid adalah menyerahkan diri mereka untuk dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
Y: Jadi Yesus menghubungkan murid-murid-Nya dengan Roh Kudus, itu pernyataan yang penting, Pak.
SK: Jadi disini, Bu Yosie, bahwa pelayanan kita itu bukan pelayanan yang semata-mata manusiawi, tapi juga pelayanan yang sekaligus ilahi. Jadi di alam kita memakai strategi pelayanan Yesus, bahwa kita mengalirkan hidup rohani kita, bagaimana kita berintim dengan Bapa di surga, dengan Yesus, dengan Roh Kudus. Keintiman spiritualitas, keintiman keteladanan kita kemudian kita alirkan kepada orang-orang yang kita layani. Bukan dengan doa penumpangan tangan, tapi juga dengan praktek hidup bersama kita mendoakan murid-murid atau orang-orang yang kita layani, yang kita muridkan. Kita ajak mereka berdoa, bersama-sama membangun komunitas rohani didalam upaya pemuridan ini. Inilah yang Yesus lakukan, langkah yang keempat, pemberdayaan.
Y: Bukan semata-mata kemampuan kita sebagai pemimpin tapi meminta kuasa Roh Kudus yang menolong kita. Yang kelima, Pak.
SK: Yang kelima adalah percontohan atau ‘demonstration’, yang keenam penugasan atau ‘delegation’, yang ketujuh pendampingan atau ‘supervision’. Ketiga hal ini juga dilakukan oleh Yesus, Yesus memberikan teladan atau percontohan. Dia memberi penugasan kepada murid untuk pergi berdua berdua dan Yesus juga melakukan supervisi. Setelah mereka pergi praktek pelayanan, ayo beri laporan, kemudian diberi umpan balik atau masukan kepada murid-murid-Nya. Yesus senantiasa melatih murid-murid-Nya agar ketika pada suatu saat waktunya Yesus mengundurkan diri karena naik ke surga, mereka siap untuk mengambil alih tugas tanggungjawab kepemimpinan dalam upaya memberitakan Injil keselamatan kepada semua bangsa. Yesus terus mendorong, mendampingi murid-murid-Nya, menghendaki mereka untuk serupa dengan Yesus dan menjadikan orang lain juga serupa dengan Yesus. Disinilah yang Yesus lakukan, kemudian terjadilah pelipatgandaan dari murid ini akhirnya bisa menghasilkan orang-orang percaya lainnya.
Y: Jadi ini sejalan dengan Amanat Agung tadi, ya Pak.
SK: Ya, jadi dari itulah maka muncul puncaknya Amanat Agung Kristus, sebagaimana di Matius 28:19, "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku", ini menggambarkan kualitas. Kamu sudah Aku muridkan secara intensional, secara sadar, sengaja, ibaratnya ada kurikulum, ada sasarannya, ada tugas ini dan itu, ada supervisinya selama 3,5 tahun dan sekarang setelah Aku akan pergi naik ke surga, maka jadikan semua bangsa di dunia juga murid-Ku sebagaimana model pemuridan intensional yang sadar dan bersengaja yang telah Aku praktekkan selama 3,5 tahun.
Y: Benar dari situ kita bisa melihat proyek percontohannya.
SK: Disinilah muncul sebuah filosofi, motto pelayanan, Bu Yosie, yaitu menjadi dan menjadikan murid Kristus. Kita perlu bertumbuh menghidupi sebagai murid Kristus, pada saat yang sama kita perlu menjadikan orang lain murid Kristus. Jadi kita melipatgandakan murid Kristus. Pertama-tama kualitas murid Kristus perlu kita hidupi dalam diri kita, kemudian kita bagikan lewat model prinsip pelayanan Yesus tadi itu kepada orang-orang lain yang kita muridkan.
Y: Dengan kata lain, seorang murid Kristus tidak akan tinggal diam untuk tidak memuridkan. Pasti dia didorong oleh kerinduan menjadikan orang lain juga murid Kristus.
SK: Tepat. Sejauh ini saya berkali-kali menyebut murid Kristus. Mungkin saya perlu memperjelas apa yang disebut murid Kristus? Yang disebut murid Kristus bisa digambarkan sebagai ilustrasi roda, sebagaimana roda ada porosnya, ada sumbunya, titik pusatnya itulah Kristus. Kemudian ada jari-jarinya ke roda itu. Ada 4 jari, jari ke atas dan ke bawah, relasi vertikal dengan Tuhan, ke atas yaitu dengan berdoa. Jari-jari roda ke bawah yaitu firman, Allah berbicara kepada kita lewat firman Tuhan. Dua jari ke samping, bersekutu dan bersaksi dengan orang-orang sesama kita, relasi horizontal. Kita hidup dalam persekutuan dengan sesama orang percaya, kita hidup juga bersaksi, melayani, menjangkau jiwa-jiwa yang lain dan lingkarannya adalah hidup Kristen yang taat. Hidup kita diwarnai seperti roda dari hari ke hari dengan ketaatan kepada Kristus dan firman-Nya. Itulah kualitas seorang murid yang sejati. Tugas kita adalah pilihan akhirnya, apakah kita mau fokus pada orang banyak, atau fokus kepada orang yang akan diikuti orang banyak?
Y: Jadi penerapan prinsipnya pada masa kini, maksudnya ketika fokus atau tidak tadi seperti apa prakteknya ?
SK: Apakah kita mau sekadar cari jumlah, domba-domba yang terhilang, pokoknya mereka lahir baru, memenuhi kursi gereja atau memenuhi daftar donatur-donatur Yayasan pelayanan kita. Ini lho, kami sudah KKR menjangkau sekian jiwa sekian ratus atau sekian ribu orang, atau kita mau fokus pada apa yang Yesus lakukan? Yaitu kita ada ‘inner circle’, lingkar dalam, orang-orang yang kita muridkan secara intensional dalam jangka waktu beberapa tahun untuk mereka punya kualitas memimpin orang-orang lain menjangkau jiwa dan memuridkan yang lain. Ini kita perlu memutuskan fokusnya seperti apa dan memang pembahasan ini mendorong kita untuk berani juga fokus kepada pemimpin-pemimpin itu tadi, karena pemimpin itu akan menghasilkan juga pemimpin-pemimpin lain yang akan menjangkau artinya lebih banyak jiwa yang dijangkau dan diubah hidupnya bukan sekadar jadi bayi rohani tapi menjadi orang yang punya kualitas murid tadi itu. Menghidupi firman-Nya, hidup dalam ketaatan dan hidupnya mengembangkan apa yang Tuhan kehendaki. Mandat Injili atau pun mandat budaya, mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan nyata di dunia ini.
Y: Betul sekali ya, Pak Sindu karena kadang hanya dengan menjangkau jumlah saja tidak cukup, karena kalau kita tidak memunyai kualitas murid, kita lebih banyak tumbang oleh tantangan atau oleh kesulitan atau oleh permasalahan kehidupan yang kompleks ini.
SK: Kenapa muncul fenomena orang-orang yang menyebut diri sebagai orang percaya kemudian beralih iman, apalagi ada konon pendeta, rohaniwan itu mengapa ? Itu karena dangkal hidup kualitas iman mereka, dan mereka level bayi rohani sesungguhnya. Tidak ada orang yang pernah memuridkan diri mereka secara intensional, secara sadar dan sengaja. Ini bahaya kalau kita pelayanan berfokus semata-mata pada jumlah, kita perlu juga memerhatikan sisi kualitas. Kualitas yang kita hasilkan juga akan menjadikan kuantitas juga pada waktunya. Akhirnya memang kita fokus pada hasil sesaat atau pada hasil yang berkelanjutan, fokus hanya pada generasi sekarang atau fokus juga pada generasi mendatang.
Y: Ini juga saatnya untuk mengambil keputusan, ya Pak?
SK: Ya, kita perlu sekali lagi memilih filosofi apa yang kita hidupi dan buah apa yang mau kita tinggalkan sebelum kita meninggal. Harapannya melalui pembahasan ini mari kita ikuti strategi pelayanan Yesus.
Y: Sehingga sungguh-sungguh pelayanan kita efektif seperti pelayanan Yesus.
Baik, terima kasih banyak, Pak Sindu, kiranya ini menjadi berkat, menjadi satu arahan kepada setiap pendengar. Para pendengar sekalian, terima kasih, Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil. dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA keluarGA. Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Strategi Pelayanan Yesus". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK, Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org . Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.