Pembelaan Diri dan Pengembangan Diri

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T164B
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Membela diri adalah suatu sifat yang manusiawi, sering kali timbul secara otomatis meskipun kita tahu bahwa kita melakukan kesalahan. Untuk mengubah pola itu ada langkah-langkah yang perlu kita ketahui, khususnya dalam kaitan dengan pengembangan diri kita.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Membela diri adalah suatu sifat yang manusiawi dan cukup sering kita memang perlu menjelaskan posisi kita, yakni mengapa kita mengambil tindakan tertentu dan bukan tindakan lainnya. Namun tidak setiap tindakan manusiawi adalah tindakan yang dapat dibenarkan atau dapat diterima.

Dalam kaitan dengan pengembangan diri, ada pembelaan diri yang justru menghambat pengembangan diri itu, yaitu kalau kita menutupi kesalahan kita atau kalau motivasi kita tidak mau disalahkan. Pembelaan diri bila dilakukan terus-menerus menunjukkan adanya bagian dari diri kita yang sedang mengalami masalah. Salah satunya kita tidak ingin dilihat buruk, karena kita tidak merasa aman dengan diri kita sendiri. Kita sengaja menutup diri , melindungi diri dari masukan orang lain, dengan demikian tidak bisa mengembangkan diri secara optimal.

Sebaliknya ada orang yang tidak pernah membela diri. Ia tampak selalu merendah dan meminta maaf, sering kali juga untuk kesalahan yang dilakukan orang lain. Orang seperti ini tergolong orang yang kurang mampu mengembangkan dirinya, takut dengan hukuman sosial dan cenderung menolak untuk bertanggungjawab.

Ketika kita terdorong untuk membela diri maka perlu dipertimbangkan beberapa hal. Kita perlu peka dan rela melihat kelemahan diri kita. Kalau kita salah, kita belajar mengakui kesalahan itu. Kalau kita benar, namun dipersalahkan, kita juga tidak perlu dengan berbagai cara menjatuhkan orang yang mempersalahkan kita.

Pembelaan diri awalnya muncul dalam bentuk pikiran-pikiran yang saling membela atau menuduh dalam diri kita. Pikiran-pikiran yang menghalangi pertumbuhan diri memiliki ciri-ciri ingin terus mempertahankan pola lama, tidak terbuka terhadap kritik dan masukan serta menaruh tanggungjawab dan kesalahan pada hal yang di luar dirinya.

Pikiran yang lebih sehat adalah pikiran yang lebih meletakkan persoalan dan tanggungjawab pada diri kita, lebih terbuka terhadap kritik yang positif dan mempunyai kesediaan memperbaiki diri.

Sering kali kita otomatis membela diri kita meskipun kita tahu bahwa kita melakukan kesalahan. Untuk mengubah pola itu, pertama kita perlu menyadari apa yang sedang kita lakukan dan mengapa kita melakukannya. Kedua, kita selalu mengingatkan diri kita dan mengambil komitmen untuk mengembangkan diri, betapa pun itu menyakitkan. Ketiga, kita perlu mengganti pikiran-pikiran yang kurang berani bertanggungjawab dengan pikiran yang lebih baik, lebih terbuka terhadap perbaikan diri. Itu perlu dilakukan terus-menerus, terutama ketika pikiran-pikiran yang kurang mengembangkan diri muncul dalam diri kita.

Firman Tuhan diambil dari Mazmur 51:1-8.