Lengkap
GS : Pak Paul, pada akhir tahun seperti ini biasanya setiap keluarga bersiap-siap menyambut Natal dan itu memang suatu momen yang indah, yang penuh arti, penuh makna bukan hanya untuk kita pribadi tapi juga untuk anggota keluarga kita. Namun perlu diakui tidak semua keluarga bisa menikmati atau menyelenggarakan itu Pak Paul, sebenarnya Natal adalah Tuhan Yesus sendiri hadir di tengah-tengah keluarga Yusuf dan Maria. Bagaimana untuk kita aplikasikan pada zaman sekarang ini, Pak Paul ?
PG : Betul sekali yang Pak Gunawan sudah katakan tadi, bahwa Tuhan memilih sebuah keluarga untuk menjadi tempat dimana Dia hadir, itu adalah sebuah peristiwa yang tidak bisa kita abaikan begitusaja seolah-olah itu peristiwa biasa, tidak! Itu menandakan bahwa memang Tuhan mengerti sesungguhnyalah seorang anak harus dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang menyambut dan mengasihinya.
Di dalam keluarga, Tuhan Yesus diterima dibesarkan dalam kasih dan akhirnya menjadi seorang dewasa bahkan dikatakan di dalam Firman Tuhan bahwa Tuhan dikatakan makin hari makin bertumbuh. Keluarga mempunyai sebuah simbol juga di dalam makna Natal ini, sebab keluarga adalah tempat dimana kasih itu harus menjadi sebuah suasana, menjadi sebuah jiwa dari sebuah keluarga dan itu menandakan bahwa anak seharusnya memang bertumbuh di dalam sebuah lingkup yang penuh dengan kasih, barulah dia dapat bertumbuh seperti bagaimana adanya. Ini sedikit banyak merupakan sebuah simbol juga bahwa di dalam keluarga Allah seharusnyalah ada kasih yang melimpah dimana semua anak-anak akhirnya akan menerima kasih dari Allah Bapa di surga. Yang kedua, saya rasa ada yang Tuhan juga ingin lakukan lewat keluarga di dalam Natal ini yaitu bukankah yang digunakan adalah bahasa keluarga yaitu Allah Bapa, Allah Putra. Yesus dipanggil sebagai Anak Allah, makanya dikatakan juga bahwa Allah mengasihi sehingga menyerahkan atau memberikan Putra tunggalNya. Lewat keluarga, barulah kita memahami sedikit banyak makna pengorbanan kedatangan Kristus ke dalam dunia ini yaitu demi kasih Allah Bapa kepada kita anak-anakNya maka Allah Bapa rela mengorbankan Putra Tunggalnya. Atau kalau kita kaitkan dengan kita ini, Tuhan Allah mengorbankan Putra sulungnya agar kita saudara-saudaraNya, adik-adikNya dari Tuhan Yesus Kristus bisa pulang kembali ke rumah Allah Bapa. Bahasa-bahasa ungkapan ini bisa dimengerti oleh manusia karena manusia mempunyai keluarga, jadi memang tanpa kita ketahui dari awalnya Tuhan sudah mempunyai sebuah desain, sebuah rancangan, kenapa Tuhan menetapkan adanya keluarga di dalam bumi ini, bukan hanya supaya anak-anak kita bisa dibesarkan dalam kasih sehingga anak-anak nanti setelah besar pun dapat menjadi manusia-manusia yang utuh tapi sekaligus keluarga menjadi sebuah miniatur relasi, suatu perlambangan antara Allah dan kita manusia sehingga kita lebih dapat memaknai pengorbanan Allah Bapa yang harus menyerahkan dan melepaskan putraNya, Tuhan Yesus Kristus untuk kita supaya akhirnya kita bisa dipersatukan kembali dengan Allah.
GS : Memang ada satu keunikan di dalam hubungan keluarga ini, yang rasanya hanya manusia saja yang mengalami kehidupan berkeluarga ini.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, memang kita harus menyadari bahwa begitu banyaknya hal-hal yang kita harus hadapi dan melalui keluarga pulalah kita nantinya akan mendapatkan kekuatan dan penghibran.
Khusus untuk masalah Natal ini yang kita akan kaitkan dengan keluarga sebetulnya lewat Natal keluarga, kita lebih bisa memaknai kasih Allah Bapa yang begitu besar, bahwa sebetulnya Natal adalah kisah sedih seorang Bapak yang merelakan kematian putraNya demi menyelamatkan anak-anakNya yang lain yaitu kita sendiri dan ini adalah faktanya sesungguhnya anak-anakNya bukanlah anak-anak yang baik tapi melawanNya, meninggalkanNya bahkan menolak mengakuiNya sebagai Bapak namun Dia tetap mengasihi kita, Dia mengundang kita kembali ke rumahNya untuk menjadi bagian dari keluargaNya, kendati pun Ia harus mengorbankan PutraNya Yesus Kristus. Jadi Natal adalah kisah kasih antara Bapak kepada anak-anakNya, Natal adalah juga bukti kasih Bapak kepada anak-anakNya.
GS : Memang seringkali kita mendengar kesaksian atau kita membaca kisah-kisah seputar Natal dimana relasi antara anak dan ayah atau suami dan istri itu di pertautkan kembali, Pak Paul.
PG : Seringkali itu terjadi dan sudah tentu itu adalah harapan kita dimana akhirnya orang tua yang tadinya berpisah, maka lewat Natal mereka bisa dipersatukan kembali atau relasi orang tua dan nak yang tadinya sudah retak akhirnya dijahit kembali, sudah tentu itu adalah harapan kita semua dan sesungguhnyalah itu yang harus terjadi sebab Natal mengingatkan kepada kita bahwa Allah Bapa mengorbankan, merelakan diriNya melepaskan PutraNya untuk menjahit relasi dengan kita, untuk membangun kembali sesuatu yang telah terhilang.
Jadi seharusnyalah Natal mendorong kita untuk melakukan pengorbanan yang sama, kalau Allah Bapa rela melepaskan PutraNya demi kita anak-anakNya yang lain, yang sebetulnya juga tidak baik, kemudian melawanNya tidak menghormatiNya dan berdosa kepadaNya tapi Dia begitu rela. Kita pun juga mesti belajar dari Allah mesti melakukan hal yang sama pula.
GS : Jadi apa yang seharusnya kita lakukan yang menjadi suatu tanggapan bagi kita sebagai orang tua kepada Tuhan, waktu menjelang memperingati Natal, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah kita dapat mengajak anak untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasihNya yang begitu besar. Jadi sekali lagi pada waktu Natal inilah kita menekankan kepada anak-anak, ersyukur kepada Tuhan atas kasih Tuhan yang begitu besar.
Kita bisa membacakan kisah Natal yang terdapat di Matius 1:18 hingga Matius 2:12, kita bisa membacakan Lukas 2:1-20, itu adalah peristiwa menjelang Natal, dan setelah itu pada hari Natal kita bisa membacakan untuk keluarga Filipi 2:5-11. Disana dijelaskan makna pengorbanan kedatangan Kristus bahwa Tuhan Yesus tidak mempertahankan hakNya, kedudukanNya sebagai Allah di sorga, Dia merelakan mengosongkan diriNya menjadi seorang Hamba hingga mati di kayu salib, itulah makna dari Natal. Jadi kita bacakan Filipi 2 sehingga kita tidak hanya terpaku pada gambar Tuhan Yesus sebagai bayi kecil saja, tapi kita juga bisa melihat makna di belakangnya yaitu pengorbanan seorang Putra Allah untuk datang ke dunia. Kita bisa memberikan kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa yang telah rela melepaskan Kristus datang ke dunia untuk mati bagi kita.
GS : Membacakan kisah-kisah Natal seringkali juga menjadi masalah buat orang tua karena kebanyakan anak sudah memahami dan sudah mengerti kisahnya, bagaimana supaya apa yang kita bacakan itu tetap didengar oleh mereka, Pak Paul ?
PG : Kita bisa membuat variasi misalnya kita meminta untuk seseorang membacakan menjadi narator, kita bisa meminta anak yang satu membacakan dari pihak malaikat atau dia bisa membacakan atau meyuarakan Maria, ibu Yesus dan sebagainya.
Dengan cara-cara seperti itu saya kira anak-anak akan lebih tertarik untuk membacakannya. Maka tadi saya sudah singgung, penting sekali setelah membacakan kisah Natal kita membaca juga Filipi 2:5-11 sehingga anak-anak memperoleh perspektif bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini bukanlah sebuah kedatangan agar kita bisa merayakan Natal dan bersukacita di hari Natal, tapi akhirnya kita mempunyai hubungan kembali dengan Allah. Katakan kepada anak-anak, "Kalau Yesus tidak datang, kita tidak bisa berdoa kepada Allah Bapa, kita tidak bisa mempunyai jaminan bahwa setelah kita meninggalkan dunia ini maka kita akan pulang ke rumah Bapa di sorga, kita tidak bisa mendapatkan berkat-berkat dari Allah Bapa untuk kita karena kita akan tetap menjadi orang-orang yang telah berbuat dosa dan telah bersalah kepada Tuhan tapi karena kedatangan Tuhan dan kematian Tuhan maka semua dosa-dosa itu telah ditanggung oleh Tuhan sehingga kita bisa kembali merajut relasi dengan Allah Bapa. Jadi semua kita mesti jelaskan kepada anak-anak.
GS : Dan untuk doa, kita memang tidak perlu menuntut mereka untuk berdoa yang panjang-panjang tetapi yang sungguh-sungguh yakni apa yang mereka syukuri dengan mengingat peristiwa Natal ini, Pak Paul.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kita jangan mengharapkan anak-anak bisa memanjatkan doa-doa yang kompleks dengan kata-kata yang juga manis di- dengar, itu tidak perlu ! Tapi minta mereka mnggunakan bahasa anak-anak menyatakan syukur kepada Tuhan.
GS : Selain hal mengucap syukur, mungkin ada hal lain, Pak Paul ?
PG : Yang berikut adalah sebagai orang tua kita bisa membagikan perasaan kita, bagaimana perasaan kita jika kita harus merelakan kepergian seorang anak agar bisa membawa pulang anakNya yang lai, kita bisa tanyakan kepada anak, bagaimana perasaannya bila harus terjadi pada keluarga ini.
Misalkan kita berkata, "Bagaimana perasaan kalian kalau supaya adik pulang, kakak harus pergi dan tidak ada di rumah lagi, bagaimana rasanya, bisa tidak kita memilih itu." Anak-anak saya duga akan berkata, "Tidak bisa, saya tidak mau kehilangan kakak supaya adik kembali dan sama kami juga tidak mau kehilangan adik supaya kakak kembali." Itulah yang Allah Bapa harus lakukan agar kita anak-anakNya yang lain kembali kepada Tuhan, maka Dia harus merelakan, melepaskan Tuhan Yesus. Dengan cerita seperti ini, anak-anak akan tergugah untuk lebih memahami betapa besar pengorbanan seorang ayah, betapa besar pengorbanan seorang Allah Bapa, yang dilandasi atas kasih. Itulah yang kita tekankan kepada mereka, itu berarti bukankah Allah Bapa begitu mengasihi kita, begitu besar kasihNya sehingga Dia rela melepaskan Putra tunggalNya. Jadi anak-anak melalui pembahasan seperti ini akan lebih mengerti, Pak Gunawan apa itu arti Natal bagi mereka.
GS : Apakah itu tidak akan menimbulkan suatu kekhawatiran di dalam diri anak bahwa perpisahan itu menjadi sesuatu yang sangat berat, Pak Paul ?
PG : Memang tidak bisa tidak anak akhirnya harus disadarkan bahwa perpisahan itu adalah sesuatu yang sangat berat dan itulah harga yang Tuhan rela bayar supaya kita bisa untuk selamanya tidak aan pernah berpisah lagi dari Tuhan.
Jadi kita tekankan kepada anak-anak kita, kalau Tuhan Yesus tidak datang ke dunia, kita selama-lamanya akan terpisah dari Tuhan tapi karena Dia datang ke dunia maka kita dapat pula merajut kembali relasi dengan Allah Bapa, betapa besar harga yang harus dibayar tapi sekali lagi kita tekankan Allah rela membayarnya karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Ini akan membawa kita kepada point berikutnya, kita bisa langsung bertanya kepada mereka, sebetulnya apakah perbuatan kita begitu baik sehingga Allah rela mencintai kita sebegitu besarnya. Kita bisa bertanya kepada anak-anak, "Apa yang telah mereka lakukan untuk Tuhan, yang membuat Tuhan rela memberikan pengorbanan sebesar itu." Akhirnya yang kita ingin tekankan kepada anak-anak adalah bahwa bukankah sebetulnya kita tidak melakukan apa-apa untuk Tuhan, kita tidaklah melakukan hal-hal yang baik untuk Tuhan tapi kenapa Dia rela, melepaskan putraNya bahkan mati untuk kita, sekali lagi itu menunjukkan betapa besarnya kasih Tuhan. Justru kita katakan kepada mereka seringkali bukannya perbuatan baik yang kita lakukan untuk Tuhan, tapi kita melakukan perbuatan yang mengecewakan Tuhan, kebalikannya. Berapa banyak di antara kita kalau marah memaki orang, berapa banyak di antara kita yang kadang-kadang berdusta, justru kita melakukan hal-hal yang buruk tapi Tuhan tetap mengasihi kita dan rela melepaskan Yesus, di hari Natal datang ke dunia. Kita tekankan itu berarti Allah mengasihi kita tanpa syarat, meskipun kita tidak layak untuk dipanggil Anak Allah, tapi Dia memanggil kita anak Allah dan bahkan mengorbankan PutraNya untuk mendapatkan kita yang tidak layak menjadi anakNya.
GS : Jadi momen Natal juga bisa menjadi suatu momen untuk bisa mengintrospeksi diri, untuk mengevaluasi diri baik secara pribadi maupun secara bersama-sama seperti suatu keluarga, Pak Paul.
PG : Betul, kita bisa menggunakan kesempatan itu untuk memeriksa, bercermin diri, apakah yang telah kita lakukan untuk Tuhan, berapa banyak, berapa besarkah hal-hal yang telah kita perbuat untu Tuhan ataukah kebalikannya bukannya melakukan hal yang baik untuk Tuhan, justru kita melakukan hal-hal yang mengecewakan Tuhan.
Mungkin anak-anak sudah besar dan bisa diajak bicara, dan di waktu Natal itulah kita bisa saling membagikan kelemahan-kelemahan kita, perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan tidak menyenangkan hati Tuhan, di samping kita pada akhirnya meminta ampun kepada Tuhan, mengakui dosa kita, kita juga bisa melakukan hal yang sama satu sama lain. Mungkin di saat itulah ayah berkata kepada anaknya, "Nak, Papa ingin minta maaf. Papa kadang-kadang kurang sabar kepadamu, Papa kadang-kadang tidak membangun tapi malah melukai hati kamu dengan perkataan Papa." Atau Mama bisa berkata, "Nak, aku juga mau minta maaf kepadamu. Aku sepertinya tidak percaya kepadamu, selalu menyuruh-nyuruh kamu melakukan ini dan itu sehingga tidak memberikan kepercayaan kepadamu bahwa kamu itu sudah mampu, Mama minta maaf juga." Dengan kita memelopori, mengakui kesalahan pada anak dan anak-anak pun nantinya termotivasi melakukan hal yang sama kepada kita maupun kepada adiknya atau kakaknya.
GS : Walaupun itu sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh orang tua apalagi dalam suasana seperti itu dimana orang mengharapkan bergembira ria dan sebagainya, ini bisa menurunkan derajat dari kesukacitaan itu tadi, Pak Paul.
PG : Memang akan sedikit banyak mempengaruhi dalam pengertian menghilangkan suasana ceria itu, Pak Gunawan. Tapi memang tadi saya sudah tekankan, sesungguhnya Natal adalah sebuah kisah sedih Alah Bapa yang kehilangan Allah Putra.
Jadi inilah sesuatu yang mesti kita sadari, kenapakah sampai Allah Bapa harus mengirimkan Allah Putra ? Karena kita ini memang perlu ditolong. Kenapakah kita ini perlu ditolong ? Sebab kita ini sudah hidup di dalam dosa dan tidak ada lagi yang bisa menolong kita dari jerat dosa dan terutama tidak ada yang bisa lagi membebaskan kita dari hukuman dosa selain kedatangan dan akhirnya kematian Putra Allah sendiri. Justru itulah makna Natal yang perlu kita dengarkan sebab itulah intinya kedatangan Tuhan di dunia ini, Tuhan datang ke dunia ini bukan untuk berpesta pora, Tuhan datang ke dunia ini bukan untuk bergaul dan berteman ria, Tuhan datang ke dunia ini mengorbankan Kerajaan Sorga, mengorbankan diriNya menjadi begitu terbatas sebagai seorang Bayi. Dari seorang Allah yang tanpa batas dan akhirnya 33 tahun kemudian harus mati, dengan kata lain kita harus membagikan cerita yang menyedihkan ini dan saya justru percaya ketika kita bisa mengakui kesalahan, perbuatan-perbuatan kita yang tidak baik, yang tidak menyenangkan Tuhan dan juga melukai sesama, justru itu akan menjahit kembali relasi. Sebagaimana tadi yang Pak Gunawan telah angkat yaitu betapa baiknya atau betapa indahnya, kalau di hari Natal kita bisa merajut kembali relasi yang tadinya sudah renggang atau terputus. Memang langkah pertama untuk merajut relasi adalah pengakuan apa yang telah kita perbuat, kesalahan apa yang telah kita lakukan dan meminta maaf kembali kepada sesama.
GS : Mungkin ada hal lain yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Yang terakhir, Pak Gunawan, karena Natal adalah bukti kasih Allah maka ajaklah anak untuk menyatakan bukti kasih kepada Allah pula. Selain dari dorongan untuk memberi dan berkorban bagi yag lain, tekankanlah bahwa kehadiran Kristus di hari Natal adalah untuk mengajak anak-anakNya yang telah meninggalkanNya untuk kembali kepadaNya.
Jadi kita bisa bertanya kepada anak-anak, "Siapakah yang ingin mereka doakan," ajak mereka untuk mengenal Kristus, sekali lagi kita harus mengingatkan anak-anak bahwa tugas Tuhan belum selesai, pekerjaan Tuhan masih tersisa, Dia sebetulnya mati untuk semua orang tapi tidak semua orang mengakui dan menerima kematianNya, memang semua orang telah mendengar tentang Tuhan Yesus tapi tidak semua orang memahami hal ini dan tidak semua orang mengakuiNya. Maka kita juga harus meneruskan pekerjaan Tuhan yang belum selesai itu, memberikan kepada orang bahwa Tuhan mengasihi kita semua dan Tuhan telah mengirimkan putraNya untuk datang dan mati bagi kita, supaya kita bisa membenahi relasi kembali dengan Allah Bapa. Maka kita tanya kepada anak-anak, siapa teman-teman mereka yang mereka ingin doakan supaya suatu hari kelak bisa menerima Kabar Baik ini, bahwa Yesus telah datang ke dunia dan akhirnya mati untuk dosa mereka. Kemudian kita bisa berdoa bersama untuk nama-nama yang telah mereka sebutkan itu.
GS : Mungkin juga bukan hanya teman-teman dari anak-anak kita tapi juga mungkin ada kerabat yang anak-anak kita kenal dan kita juga kenal yang masih belum percaya Tuhan dan mengalami banyak kesulitan, bisa kita doakan bersama, Pak Paul.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi bukan hanya teman-teman tapi orang-orang yang mereka kenal yang mereka tahu belum mengenal Tuhan Yesus. Mereka sebutkan atau kita sebutkan dan kita doakan besama sehingga lewat itu anak-anak juga mulai ditanamkan kepedulian kasih kepada sesama terutama yang belum mengenal Tuhan supaya orang-orang ini akhirnya bisa mengenal Tuhan.
GS : Jadi acara Natal keluarga seperti ini sebetulnya sifatnya lebih tertutup Pak Paul, jadi hanya untuk keluarga inti kita sendiri.
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, sebab kalau kita mengundang banyak orang akhirnya kita hanya berpesta ria, tapi kalau kita hanya menggunakannya pribadi sebagai satu keluarga, ini akan sangat menekatkan satu sama lain, bukan saja kita akan mempunyai perspektif yang tepat akan Natal dan kedatangan Tuhan tapi kita juga bisa memperbaharui relasi kita dengan Tuhan dan relasi kita dengan sesama yaitu dengan sesama anggota keluarga.
GS : Dan biasanya pada acara Natal seperti ini Pak Paul, kita biasa tukar-menukar kado, saling memberikan hadiah dan sebagainya, itu seringkali juga menimbulkan masalah dimana anak-anak merasa tidak sesuai dengan harapannya, dan ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Maka kalau bisa lebih menekankan aspek ini, kita tetap bisa menyampaikan kepada mereka bahwa kita akan sering memberikan hadiah atau kado sebagai tanda kasih kita kepada satu sama lain tap ini bukanlah Natal, ini bukanlah makna Natal itu sendiri, namun kita tetap melakukannya untuk saling menyenangkan hati satu sama lain.
Dengan kata lain, kita mengajak anak untuk melihat perspektif sebenarnya sehingga mereka diajar untuk tidak menekankan pada masalah hadiah ini.
GS : Pak Paul, ada suatu keluarga yang merindukan kesempatan seperti itu tapi karena tugas dan sebagainya akhirnya mereka berpisah Pak Paul, bagaimana supaya mereka tetap bisa mewujudkan keinginan mereka meskipun di tempat terpisah, Pak Paul ?
PG : Karena sekarang kemajuan teknologi sudah begitu baik, mungkin bisa dilakukan lewat email, telepon atau lewat SMS, sehingga masing-masing tetap bisa bukan saja menghaturkan "Selamat Natal" api mungkin antara ayah atau ibu dan anak-anak ada sebuah pengakuan bahwa, "Saya telah melakukan ini dan saya mohon maaf kepadamu," sehingga kembali relasi itu bisa dijahit kembali.
GS : Jadi tetap bisa diwujudkan suatu interaksi yang baik di antara keluarga ini ?
GS : Karena Natal sendiri merupakan interaksi Allah secara langsung dengan manusia.
PG : Betul. Allah berinisiatif untuk merajut kembali relasi yang telah putus itu.
GS : Pak Paul, mungkin sebelum mengakhiri perbincangan ini ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul bacakan ?
PG : Saya akan bacakan ayat yang kita semua kenal Yohanes 3:16 untuk mengingatkan bahwa sesungguhnya inilah arti Natal, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengarniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Natal adalah karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Itulah Natal.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini, dan saya rasa pada tempatnya kalau kita mengucapkan "Selamat Natal" dan juga keluarga-keluarga yang dengan setia mengikuti acara Telaga ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Natal dan Keluarga". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.