Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau berdua adalah para pakar di bidang konseling dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Meningkatkan Kecerdasan", perbincangan ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami beberapa waktu yang lalu, juga bersama bapak Heman Elia. Kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian. Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Heman, beberapa waktu yang lalu kita berbincang-bincang tentang kecerdasan anak dan salah satu pokok yang disinggung waktu itu bahwa kecerdasan sebenarnya bisa ditingkatkan, kecerdasan seseorang itu lewat suatu stimulasi dini atau rangsangan-rangsangan dini yang memungkinkan kecerdasan seseorang itu bisa meningkat. Mungkin Pak Heman bisa menyampaikan secara umum tentang kecerdasan yang bisa ditingkatkan itu?
HE : Yang pernah saya kemukakan, kecerdasan dan hikmat itu bisa dikembangkan kalau kita taat kepada didikan Tuhan. Di sini saya ingin menambahkan juga bahwa kecerdasan itu bisa ditingkatkan ewat pemberian gizi yang cukup sejak mereka dalam kandungan, kemudian juga dengan menciptakan suasana lingkungan yang baik bagi anak, yang sehat dan melalui stimulasi atau rangsangan yang tepat dari orang tua atau pengasuh.
ET : Dalam hal ini apa ada batasan waktu, misalnya kapan waktu yang tepat untuk bisa diberikan stimulasi untuk pengembangan ini, Pak Heman?
HE : Kalau bisa stimulasi ini seharusnya dilakukan sejak bayi di dalam kandungan. Nah bagaimana mengembangkan atau menstimulasi anak di dalam kandungan, pada hakekatnya begini: kecerdasan it adalah berfungsinya secara baik otak kita, jadi kalau kita ingin mengembangkan kecerdasan berarti kita berusaha mengembangkan otak itu semaksimal mungkin.
Di sini terutama yang penting adalah kecerdasan yang bersifat intelektual. Nah sehubungan dengan otak, kita juga tahu bahwa otak itu berkembang maksimal hingga anak usia 2 tahun, dengan demikian kita harus segera menstimulasi anak sebelum usia ini. Anak yang masih dalam proses perkembangan kecerdasannya itu akan mudah dikembangkan itu hingga usia 5 atau 6 tahun dan setelah itu peningkatan kecerdasan akan semakin melambat dan puncaknya perkembangan kecerdasan itu adalah sekitar usia 20 sampai 22 tahun. Untuk tadi pertanyaan bagaimana kita mengembangkan kecerdasan bayi sejak di dalam kandungan, seorang ibu perlu memberikan lingkungan, suasana hati yang baik bagi anaknya. Jadi misalnya saja itu juga tugas seorang bapak ya mengasihi istrinya sehingga bayinya berkembang dengan baik. Misalnya ada suasana musik yang baik di rumah, ibu yang bersukacita sering berdoa, sering menyanyi, bersyukur kepada Tuhan dan hubungan antar ibu dengan bapak ini baik, ini akan mengembangkan kecerdasan anak. Di samping juga adanya gizi yang baik bagi anak itu untuk mengembangkan otak dari anak dan jangan lupa juga ibu hamil sebaiknya menjaga agar dirinya tidak kekurangan kadar Hb (Haemoglobin) karena kalau ibu kekurangan Hb dia akan menderita anemia. Padahal kita tahu bahwa otak itu berkembang sangat memerlukan oksigen, selain juga gula dan oksigen yang diikat oleh Hb di dalam darah. Jadi ibu hamil harus men-check tingkat kesehatannya, dalam hal ini tingkat Hb-nya di dalam darah.
GS : Mungkin tadi Pak Heman katakan, bahwa ada hubungan emosional antara ibu dan anak, bagaimana itu terjadinya?
HE : Ibu yang mempunyai suasana emosi yang baik, dia akan menghasilkan hormon-hormon yang sifatnya juga akan menenangkan seorang anak sehingga anak itu tidak dalam keadaan stres. Kita tahu klau ibu hamil itu dalam keadaan kebingungan, gelisah, cemas maka bayinya juga akan ikut bergolak di dalam rahim.
Karena bayi itu juga merasakan suasana hati dari ibunya, antara lain dari hormon yang dikeluarkan ibunya kemudian juga aliran darah dan sebagainya.
GS : Dengan kata lain kalau ibunya sering bersedih karena hubungan dengan suami atau dengan anak-anak yang lain, itu akan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya, Pak?
HE : Penelitian mengatakan demikian, jadi misalnya penelitian itu dilakukan pada anak-anak remaja yang dibandingkan antara waktu anak-anak ini sedang di dalam kandungan ibunya, ibunya menderta kecemasan atau ibunya dalam suasana yang baik.
Ibu-ibu yang menderita kecemasan waktu hamil, waktu anaknya remaja lebih mudah menderita stres, cemas, gelisah dan lebih banyak masalah di dalam kehidupannya dan ini tentu saja menghambat tingkat kecerdasannya.
GS : Bagaimana dengan mereka, anak-anak hasil hubungan perkosaan atau di luar nikah dan sebagainya, Pak?
HE : Ya tentu ada hambatan dan saya kira itu tidak bisa dihindarkan dan kita pun tidak perlu menolaknya, tetapi kita kembangkan hal-hal yang masih bisa kita kembangkan. Seperti misalnya kala anak-anak hasil dari hubungan yang seperti itu tetapi kalau dia tetap mendapatkan pengasuhan yang penuh kasih sayang, dia akan berkembang dengan semaksimal mungkin.
Satu contoh gambaran ada penelitian yang cukup banyak membandingkan Panti Asuhan yang memberikan asuhan yang baik dengan seorang pengasuh yang tidak mengasuh lebih dari 10 anak, dibandingkan dengan misalnya seorang pengasuh mengasuh 50-an anak. Yang tingkat kecerdasannya berkembang jauh lebih baik adalah pada Panti Asuhan dengan pengasuhan yang lebih intensif dan lebih baik. Itu menunjukkan bahwa lingkungan dan pola asuh yang baik, penuh kasih sayang itu membantu anak meningkatkan kecerdasannya.
(2) GS : Kalau anak itu sudah dilahirkan Pak, stimulan apa yang bisa diberikan kepada si anak supaya kecerdasannya meningkat?
HE : Ada beberapa hal di sini, kalau mulai bayi anak bisa dilatih untuk menerima stimulasi bagi kelima indranya, terutama indra penglihatan dan pendengaran. Cara-cara yang bisa kita lakukan,misalnya berikan musik klasik yang lembut dan indah.
Sering mengajak anak bicara supaya anak terstimulasi bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Meskipun pada saat anak-anak belum bisa berbahasa sekali pun suasana di mana anak itu diajak bicara akan menstimulasi otak dia, kemudian jaga kesehatan fisiknya kalau bisa waktu dia demam dan sebagainya, jangan sampai dia mengalami kejang. Dan kemudian juga kesehatan fisik ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan otaknya. Kalau anak yang sakit-sakitan terus, maka gizi yang menuju otak itu akan berkurang, jadi sangat perlu untuk dijaga kesehatannya. Kalau bisa memberikan mainan-mainan yang sesuai dengan usia mereka, tidak harus mahal tetapi yang penting Anda sebagai orang tua bisa sering bermain bersama mereka. Jadi kalau mereka sudah bisa belajar menggenggam dan mulai menggunakan jari tangan mereka, boleh berikan botol-botol plastik bekas, botol-botol plastik bekas shampoo, botol minum plastik bekas dan sebagainya yang tidak mudah pecah, robek atau tertelan. Semakin besar mungkin mereka bisa diberikan bermain pasir, bermain air dengan sumpit dan sebagainya. Dengan demikian mereka bebas bermain dan melakukan berbagai eksperimen dan melatih mereka untuk menggunakan tubuh dan motorik mereka, lompat, lari, berjalan, memanjat dan sebagainya. Banyaklah mengajak mereka untuk bercerita kalau anak sudah bisa berbahasa dan dengarkan cerita mereka tanpa berusaha mengkritik. Usahakan agar Anda meluangkan waktu yang banyak bersama mereka.
ET : Saya yakin setiap orang tua pasti berharap anak-anaknya bisa bertumbuh menjadi anak yang cerdas, apalagi mungkin dengan informasi bahwa dengan distimulasi lebih dini saya yakin lebih bear keinginan orang tua untuk bisa membesarkan anak-anaknya menjadi cerdas, Pak Heman.
Cuma kadang-kadang mungkin kuatirnya kebablasan, dalam arti akhirnya ambisi orang tua yang lebih maju supaya anaknya pintar, biasanya orang tua kena pujian "Anak siapa itu". Kira-kira mungkin hal apa yang orang tua perlu perhatikan dalam hal pengembangan kecerdasan ini supaya tidak sampai akhirnya malah menekan anak sehingga anak tidak berkembang dengan bebas?
HE : Ya point ini baik sekali Ibu Esther, jadi orang tua hendaknya sabar dan menanti proses perkembangan tahap demi tahap. Sering kali kita memang tidak bisa terburu-buru dengan perkembangananak dan setiap anak berbeda-beda di dalam tahap perkembangannya.
Kalau misalnya ada keterlambatan di salah satu aspek asal tidak terlambat terlalu lama dan pola itu masih kurang lebih sama dengan pola perkembangan anak-anak pada umumnya, berikan kesempatan, kesabaran Anda untuk menjalani proses ini. Yang penting Anda sudah melakukan apa yang harus Anda lakukan selaku orang tua sebaik mungkin. Juga ada hal-hal yang penting, misalnya orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak kalau mereka melakukan kesalahan. Jadi kalau mereka melakukan kesalahan dan selalu dimarahi karena mereka ingin cepat-cepat bisa, itu justru akan menyebabkan anak merasa dirinya gagal, tidak mampu berbuat apa-apa, nah ini tentu akan menghambat pengembangan kecerdasan mereka. Kecuali kalau anak sudah tahu bahwa dia pasti dapat bertanggung jawab dan dia melakukan kesalahan secara sengaja untuk menjengkelkan orang tua misalnya, maka di sana kita perlu memberikan disiplin. Kemudian kita juga perlu menjaga suasana yang konsisten dan disiplin, mempunyai suasana yang baik, rasa aman di rumah. Demikian juga kita perlu memberikan pujian setiap kali anak mencapai suatu kemajuan tertentu, pujian-pujian ini akan menyebabkan anak bersemangat untuk setiap kali belajar. Kalau misalnya kita selalu menyatakan kekecewaan kita ketika anak tidak berhasil, maka anak justru akan tidak berani mencoba lagi. Dan yang harus diingat oleh orang tua adalah tidak menaruh perhatian terutama kepada prestasi, jadi kalau bisa orang tua memfokuskan pada perhatiannya, karakter baiknya. Banyak orang tua yang memarahi anaknya habis-habisan ketika anaknya ulangannya jelek, tetapi kalau anaknya itu ulangannya baik tidak peduli dia nyontek atau dari hasil mana maka orang tua diam saja, nah ini saya kira kurang baik. Jadi kita harus memfokuskan kepada usaha anak, itu yang lebih penting. Dan berikan keseimbangan stimulasi, jadi jangan hanya satu aspek saja misalnya pelajaran saja tetapi harus seimbang antara rangsangan indrawi, intelektual, musik atau seni yang lain, motorik dan bahasa. Berikan juga mainan-mainan yang bisa dibongkar pasang, jadi jangan memberikan mainan-mainan yang sudah jadi. Kemudian boleh berikan mainan yang sudah jadi, maksud saya jangan itu saja, tapi yang bisa lebih mengembangkan kecerdasan anak dalam mainan yang bisa dibongkar pasang. Dan kemudian supaya kita tidak kebablasan, kita perlu sering sejak kecil mengajarkan anak-anak ini berdoa dan mengenal firman Tuhan, karena sumber kecerdasan dan hikmat adalah Allah sendiri.
ET : Saya tertarik dengan yang tadi Pak Heman katakan, kemungkinan keterlambatan perkembangan anak. Saat ini memang dengan gizi yang lebih baik, kemudian stimulasi yang juga lebih macam-maca bentuknya dibandingkan dengan katakanlah 10, 20 tahun yang lalu akhirnya memang anak-anak kelihatannya memang lebih pintar.
Dalam arti misalnya dalam 4 tahun sudah bisa melakukan hal-hal yang mungkin beberapa tahun yang lalu anak usia seperti itu belum bisa lakukan. Akibatnya saya melihat anak-anak yang sebenarnya normal tetapi karena tidak seunggul anak-anak yang memang lebih unggul tadi untuk ukuran zaman sekarang, orang tua menjadi kuatir dan merasa anak saya lambat, anak saya kurang. Dalam hal ini sesungguhnya ukurannya sampai di mana, kapan orang tua bisa mulai, katakanlah layak untuk mulai curiga akan perkembangan anaknya memang lebih lambat, jadi memang sungguh-sungguh lebih lambat atau hanya kekuatiran orang tua saja dibandingkan dengan anak-anak yang unggul?
HE : Agak susah memang menentukan kapan kita harus menaruh perhatian ekstra kalau anak-anak ini terlambat. Tapi ukuran secara umum adalah kalau misalnya kita bandingkan anak kita tingkat perembangannya itu masih tergolong 50% dari anak-anak seusianya, itu berarti anak ini berkembang normal.
Saya ambil contoh misalnya usia 2 tahun belum lancar bicara itu normal, tetapi kalau sudah usia 3 tahun belum ada satu patah katapun kecuali mama dan papa yang bisa diucapkan anak, berarti anak ini ada masalah dan harus dilatih secara khusus di dalam hal komunikasi itu salah satu contoh. Jadi secara umum kalau misalnya anak itu masih masuk di dalam 50% atau 50 atau 60%, maka anak itu tergolong baik masih tergolong sehat dan normal.
GS : Mungkin di tengah persaingan ini memang kekuatiran yang berlebihan dari orang tua itu bisa menilai anaknya itu secara keliru Pak Heman. Sebenarnya normal lalu dinilai abnormal, padahal yang harusnya abnormal, yang terlalu cepat atau dipaksa lebih cepat itu yang membuat orang-orang normal ini menjadi tidak normal.
HE : Ya bisa ada kemungkinan itu terjadi.
GS : Cuma ini Pak Heman, tadi Pak Heman katakan mengenai mainan atau apa, memang lebih mudah bagi orang tua untuk membeli mainan, tetapi memilihkan yang tepat itu yang agak sulit karena memang tidak semua toko mainan itu mengerti. Yang jualan itu sendiri tidak mengerti ini cocok atau tidak untuk anak usia sekarang, penjaganya sendiri juga mungkin belum mempunyai anak. Nah itu bagaimana Pak Heman pedomannya, tadi yang Pak Heman katakan bisa dilepas atau dibongkar pasang, yang dilepas itu kadang-kadang terlalu kecil sehingga kekuatiran orang tua nanti ditelan lalu kena mata.
HE : Ya memang agak sulit karena pembuat mainan juga maunya untung. Kalau bisa hal-hal yang membahayakan anak, jangan diberikan kepada anak. Salah satu contoh misalnya pistol-pistolan yang bsa menembakkan sesuatu.
Beberapa waktu lalu ini benar banyak terjadi di Indonesia, banyak anak yang menjadi buta seumur hidup karena ketembak temannya. Kemudian juga seperti tadi dikatakan pecahan-pecahan atau komponen dari mainan yang terlalu kecil terutama untuk anak usia di bawah 4 tahun, 5 tahun itu jangan diberikan. Biasanya memang ada petunjuk di kotak setiap mainan tentang batasan usia, tetapi orang tua sebaiknya juga berhati-hati, lebih baik membelikan mainan yang bisa mengembangkan kecerdasan anak. Mengenal warna, mengenal bentuk, mengembangkan keterampilan motorik dan sebagainya, itu yang lebih baik dibelikan buat anak. Dan terutama kalau misalnya komponen-komponen yang kecil itu berbahaya bagi anak-anak yang masih banyak menggunakan mulutnya, segala macam dimasukkan ke mulutnya atau bahkan ke hidungnya, nah itu cukup berbahaya dan sebaiknya tidak diberikan kepada anak.
ET : Kalau tadi Pak Gunawan berbicara soal toko penjual mainannya ya Pak, kalau saya sering melihat justru susternya, maksudnya kalau orang tua yang mempunyai uang pasti membelikan mainan yag paling modern, paling canggih tapi orang tua tidak pernah menemani main, suster atau pengasuh anak juga tidak mengerti.
Akhirnya yang sebenarnya bisa menstimulasi jadinya cuma sekadar dimainkan secara asal-asalan, tidak optimal.
HE : Ya dan ada satu tambahan dari saya tidak harus kita belikan mainan, jadi misalnya anak-anak yang bisa berkembang kecerdasannya dia bisa bermain pura-pura. Dia menggunakan seketemunya pealatan di samping dia untuk dijadikan mainan, kain kemudian kursi, kalau digabung bisa menjadi mainan kereta-keretaan dan sebagainya.
Dan kadang-kadang sabuk itu bisa dijadikan alat pancing bagi anak-anak yang kreatif dan sebagainya, jadi tidak harus dibelikan. Tadi saya berikan contoh misalnya botol shampoo plastik bekas dan sebagainya, nah itu hal-hal yang murah yang biasanya kita buang tapi tidak membahayakan anak. Jadi anak main buka tutup shampoo di sambung-sambung dan sebagainya sudah merupakan latihan bagi anak.
GS : Tingkat kecerdasan seorang anak apa ada kaitannya dengan pertumbuhan rohaninya, Pak?
HE : Ya dalam arti perkembangan kalau seorang anak itu cerdas ditambah dengan kerohaniannya baik, maka dia akan lebih berkembang lagi kecerdasannya. Nah masalahnya di sini adalah bahwa sebagi anak Tuhan yang takut kepada Tuhan, diajarkan untuk taat pada firman Tuhan.
Jadi ada konsep di sini bahwa anak yang cerdas itu tidak sebagaimana, tidak selalu identik dengan kecerdasan yang dihargai oleh dunia ini. Karena sering kali kalau kita berhikmat di hadapan Tuhan itu menjadi kebodohan di pandangan manusia. Sebagai contoh rasul Paulus, rasul Paulus itu menjadikan hikmat dari dunia ini menjadi sampah baginya, meskipun dia sangat cerdas dan dia belajar pada Gamaliel. Dan dia orang yang sangat berhikmat, terbukti dari ucapan Raja Agripa misalnya ketika Paulus diadili dan dia harus membela diri di hadapannya. Agripa mengatakan demikian "Engkau gila Paulus, ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila", Paulus mengatakan: "Aku tidak gila Festus yang mulia, aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat" maka jawab Agripa: "Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen". Jadi di sini menunjukkan kita diberi petunjuk bahwa Paulus ini orang yang sangat cerdas. Tetapi Paulus tidak atau kurang dihargai oleh dunia ini.
GS : Jadi kecerdasan yang dihargai oleh Allah itu adalah kecerdasan yang membuat seseorang itu makin dekat atau mengenal kehendak Allah di dalam kehidupannya. Yang terutama sekalipun oleh orang-orang lain yang terpandang, pandai dan sebagainya pun bisa dianggap sebagai orang yang tidak berhikmat, (HE : Ya dianggap bodoh) dianggap bodoh ya, Pak Heman? Memang kadang tingkah laku orang Kristen ini kadang-kadang dianggap bodoh oleh dunia, orang-orang yang tidak mengenal hikmat yang sebenarnya. Padahal sumber hikmat itu dari Allah sendiri, ada satu bagian Alkitab yang lain yang mungkin Bapak mau sampaikan kepada para pendengar sebagai kesimpulan pada pembicaraan pada kali ini.
HE : Saya ambilkan dari 1 Korintus 1:27-31, ini adalah yang ditulis oleh Paulus "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan pa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: 'Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan'." Nah ini penghiburan bagi kita yang dianggap bodoh oleh dunia ini.
GS : Tetapi itu bukan berarti kita membiarkan diri kita hidup di dalam kebodohan. Karena konsep seperti ini memang sulit untuk diterima oleh masyarakat pada umumnya, tapi inilah firman Tuhan yang tadi Pak Heman katakan untuk menghibur kita. Jadi kita sebagai orang tua juga bertanggung jawab atas anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Dan kita berharap tentunya melalui perbincangan ini orang tua lebih banyak menaruh perhatian, meluangkan waktu dan sebagainya untuk menstimulasi kecerdasan anak. Karena itu saya rasa membutuhkan banyak waktu, banyak perhatian dan segala macam pengorbanan dan sebagainya itu saya rasa harus ada. Jadi Pak Heman, banyak terima kasih untuk kesempatan kali ini dan saya percaya perbincangan meningkatkan kecerdasan ini akan menjadi bermanfaat bagi banyak pendengar kita. Saudara-saudara pendengar demikian tadi Anda baru saja mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M. Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Meningkatkan Kecerdasan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.