Mekanisme Pertahanan Diri (I)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T447A
Nara Sumber: 
Ev.Sundunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Di bawah tekanan kecemasan yang berlebihan, seseorang bisa terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk menghilangkan tekanan.Cara-cara itu disebut mekanisme pertahanan diri.Meskipun mekanisme pertahanan diri adalah normal dan digunakan oleh semua orang, namun bila digunakan secara ekstrem atau berlebihan, mekanisme ini menyebabkan perilaku kompulsif dan neurotik.Perbincangan kali ini membahas 26 macam mekanisme pertahanan diri.Apa saja itu?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Di bawah tekanan kecemasan yang berlebihan, seseorang bisa terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk menghilangkan tekanan. Cara-cara itu disebut mekanisme pertahanan diri. Semua mekanisme pertahanan diri memiliki dua ciri umum, yakni: (1) menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan. (2) bekerja secara tidak disadari sehingga orangnya tidak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi.

Meskipun mekanisme pertahanan diri adalah normal dan digunakan oleh semua orang, namun bila digunakan secara ekstrem atau berlebihan, mekanisme ini menyebabkan perilaku kompulsif dan neurotik.

Kita akan membahas mekanisme pertahanan diri satu per satu, yaitu :

1. REPRESI

Mekanisme pertahanan diri yang paling dasar adalah represi. Disebut paling dasar karena muncul juga pada bentuk-bentuk mekanisme pertahanan lain. Ketika terancam oleh dorongan-dorongan hawa nafsu yang tidak dikehendaki, seseorang melindungi dirinya dengan menekan atau merepresi dorongan-dorongan tersebut masuk ke alam bawah sadar. Dalam banyak kasus, represi ini bisa muncul sepanjang hidup. Misalnya, seseorang bisa selamanya menekan rasa marah pada adiknya karena rasa benci tersebut melahirkan kecemasan yang terlalu besar.

2. PROYEKSI

Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh diri kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai yang sesungguhnya ada pada dirinya. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk orang lain karena "kejahatannya" dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya terdapat dorongan yang dianggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini.

3. INTELEKTUALISASI

Intelektualisasi terjadi saat seseorang menggunakan kosa kata dan istilah-istilah dunia ilmiah yang kebanyakan orang tidak memahami, sebagai cara untuk menutupi rasa cemas dan rendah dirinya.

Pembahasan ini diakhiri dengan mengutip dari 2 Korintus 13:5, "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji."

Perikop ini dan juga surat 2 Korintus menceritakan dimana jemaat Korintus dalam kondisi iman yang terombang-ambing, mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran yang keliru dan mereka melakukan penolakan kepada Paulus sebagai rasul yang melayani mereka. Paulus menegaskan pentingnya menguji diri. Menguji diri juga perlu kita lakukan. Seperti yang tadi sudah dipaparkan, mari kita kenali titik kecemasan apa, ketakutan apa, rasa rendah diri apa, rasa tidak aman apa yang kita alami ? Mari kita uji diri. Kita kenali diri kita seperti apa. Dan kemudian mari kita jadikan Kristus sebagai sumber rasa aman, sumber penerimaan diri kita, sumber kita untuk bisa merasa damai karena penerimaan Dia, karena gambar diri yang baru Dia berikan, sehingga itu membawa kita menjadi diri yang lebih apa adanya.