Kata kunci: Mengubah distres menjadi eustress melalui mencintai tubuh melalui makan dengan menu gizi seimbang, berolah raga teratur, tidur cukup di malam hari, miliki hobi yang sehat, intim dengan Tuhan, bila perlu carilah pertolongan
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA keluarGA. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil., beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang "Manajemen Stres" bagian kedua. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y: Pak Sindu, di bagian pertama kita sudah membahas bahwa ternyata stres tidak sesuatu yang buruk ya Pak, tapi bisa menjadi sesuatu yang baik, eustress yang meningkatkan produktifitas kita, tapi untuk mengubah sesuatu yang buruk menjadi baik, kita harus pandai mengelolanya. Yang pertama, memecah stres besar atau tuntutan besar menjadi target harian, lalu rayakanlah berilah hadiah kepada diri sendiri dan kenalilah kemampuan batasan optimum setiap kita. Itu poin-poin yang Pak Sindu sampaikan. Atau ada sesuatu yang mau ditambahkan ?
SK: Ya, terima kasih Bu Yosie. Jadi sekarang kita lanjutkan ke poin yang keempat, bagaimana mengubah distres menjadi eustress, yaitu cintailah tubuh dimana I Korintus 6:19 firman Tuhan menuliskan bahwa tubuh kita yang fana itu, yang bersifat sementara itu adalah Bait Roh Kudus. Tubuh ragawi kita yang adalah ciptaan Allah dan milik Allah yang wajib kita hormati dan kita cintai, adalah sesungguhnya sarana memuliakan Allah. Maka dengan pengertian ini, perawatan, kesehatan tubuh kita adalah tindakan yang rohani, sebuah tindakan ketaatan yang menyenangkan hati Allah. Saya ingin mengambil istilah dari bukunya Stephen Covey, "Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Effektif" dimana kita perlu menjaga keseimbangan antara P dan KP. P itu produksi, KP itu kemampuan produksi. Misalnya kita memunyai sepeda motor atau mobil, apa yang terjadi kalau kita hanya menekankan aspek produksi? Kita menggunakan mobil itu dari hari ke hari, kesana kemari untuk aktif produktif namun kita mengabaikan aspek kemampuan produksi, artinya melalaikan segi ‘maintenance’, segi perawatan motor atau mobil kita secara teratur. Tidak pernah mengganti oli, tidak pernah servis, tidak pernah mengganti suku cadang yang aus, maka apa yang terjadi Bu Yosie?
Y: Ya mudah rusak, akhirnya Pak.
SK: Ya betul, motor atau mobil kita bukan hanya mudah rusak tapi bisa jadi rusak total.
Y: Sekali rusak, fatal.
SK: Aspek P-nya menjadi kacau, aspek produksinya menjadi terganggu oleh karena aspek KP atau kemampuan produksinya tidak kita perhatikan. Sama juga tubuh kita itu seperti sepeda motor atau mobil tadi, butuh keseimbangan P dan KP. Dengan kita mencintai tubuh kita maka sesungguhnya kita sedang menjaga keseimbangan P dan KP. Ketika kemampuan produksi tidak dijaga dengan baik, maka produksi hal-hal baik dihasilkan dengan baik lewat tubuh kita itu juga akan terjaga dengan baik pula. Maka bagaimana caranya supaya kita bisa mencintai tubuh? Ada tiga hal, makanlah dengan menu dengan gizi seimbang, yang kedua berolah ragalah teratur, yang ketiga tidurlah cukup di malam hari.
Y: Tapi masalahnya masyarakat zaman modern ini memandang makan itu sebagai kenikmatan, kesenangan jadi mungkin lupa memerhatikan tentang gizi.
SK: Betul, memang kesenangan itu sah, kita memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memuja, menikmati kesenangan. Jadi maka tidak heran katekismus Webminster dikatakan tujuan hakiki hidup manusia adalah memuliakan Allah dan menikmatinya. Kata kenikmatan itu sesuatu yang melekat dari rancang bangun kita sebagai manusia. Termasuk di dalamnya kita menikmati anugerah makanan. Tetapi kita bisa melihat bahwa menikmati makanan sekaligus disehatkan oleh makanan itu satu paket. Mari kita rayakan hidup ini, menikmati makanan ya, tapi sekaligus makanan yang menyehatkan pula. Itulah yang dikatakan gizi seimbang, mengoreksi gagasan yang kita kenal sejak tahun 1970an, empat sehat lima sempurna. Ternyata itu dalam perkembangan riset soal nutrisi, itu ternyata keliru.
Y: O, begitu yang benar seperti apa, Pak ?
SK: Empat sehat lima sempurna, sempurnanya ketika minum susu. Riset sejak tahun 1990an sudah menemukan bahwa minum susu bisa digantikan dengan protein-protein yang bisa kita dapatkan dari telur, dari daging atau pun kita dari kacang-kacangan seperti tahu, tempe. Jadi tidak apa-apa tidak minum susu, tidak wajib, asal kebutuhan gizi atau protein bisa kita dapatkan dari asupan lainnya. Kemudian juga gagasan "empat sehat lima sempurna" itu tidak memerhatikan soal porsi makanan, tidak memerhatikan soal keberagaman nutrisinya. Dalam hal ini yang dibutuhkan lewat menu gizi seimbang maka kita memerhatikan variasi dari buah, sayur, lauk hewani, nabati, sumber karbohidrat yang kita makan bervariasi setiap hari sesuai usia dan tinggi badan termasuk kebutuhan minum 2 liter atau 8 gelas air tiap hari. Gagasan-gagasan terakhir ini tidak ada didalam "empat sehat lima sempurna". Lebih jauh lagi kalau kita mau paham, silakan bisa cek di literatur atau kita gunakan handphone kita, komputer kita, bisa ‘googling’ mendapatkan informasi lebih lanjut tentang menu seimbang ini.
Y: Ini bagian dari mencintai tubuh supaya pengelolaan stres kita optimal, selain itu apa lagi ?
SK: Yang tadi ada makan dengan menu gizi seimbang, wujud mencintai tubuh yang kedua adalah berolah raga teratur. Poinnya adalah memang Tuhan menciptakan kita adalah makhluk yang bergerak, tubuh yang bergerak, bukan tubuh yang mematung di depan komputer, duduk, tidur-tiduran dari pagi sampai malam. Setiap hari begitu… tidak ! Tapi dengan kita bergerak, beraktifitas fisik, jantung kita makin sehat, sirkulasi darah kita lancar, otak dan seluruh organ tubuh kita, luar dan dalam, itu pun akan mengalami peremajaan. Dalam hal ini milikilah olah raga teratur, minimal 150 menit atau 2,5 jam per minggu yang kita bisa pecah dalam 3 sampai 5 kali seminggu. Olah raga apa saja bisa kita lakukan apa pun itu perlu selalu sertakan jenis aerobik atau olah raga cardio yang melibatkan seperti lari, bersepeda, renang, jalan cepat maupun senam aerobik.
Y: Rancangan Tuhan itu memang yang paling baik, ya Pak. Kita harus tahu rancangan Tuhan seperti tadi kalau kita tidak mengerti rancangan Tuhan tubuh bergerak, kita bermalas-malasan jadi sakit penyakit ya, Pak.
SK: Betul, karena itu jadikan itu bagian hidup, bukan beban tapi kebutuhan. Makan bukan beban malah kenikmatan. Mengapa tidak?
Y: Olah raga jadikan kenikmatan.
SK: Maka dalam hal ini bagaimana supaya nikmat, misalnya kita tidak terbiasa berolah raga mulai dari langkah kecil jangan memaksa, cari teman dan didik anak kita. Ada kemungkinan kekeliruan pelajaran penjaskes, pendidikan tentang kesehatan jasmani. Sebenarnya pendidikan olah raga mulai dari SD sampai dengan SMA, seharusnya sasaran suksesnya membuat olah raga sebagai gaya hidup, sebagai sukacita, kesukaan. Tapi apa yang terjadi? Orang hanya melihat angka nilainya dan tidak menikmati itu sebagai gaya hidup. Disinilah kembali mari didik anak kita cinta olah raga supaya olah raga menjadi gaya hidup dan berikutnya supaya jantungnya sehat. Orang yang dari kecil rajin olah raga secara proporsional tidak berlebihan, itu rata-rata jantungnya ototnya bagus dan tidak mudah mengalami gangguan kesehatan di masa dewasa atau lansianya.
Y: Menarik Pak, makan secara seimbang, olah raga secara teratur.
SK: Yang berikutnya tidur cukup di malam hari. Satu desakan di era industri 4.0 kadang orang berpikir tidurnya dikurangi supaya produktif, tapi kembali P/KP. Karena KPnya diefisienkan, diabaikan, diirit tidak mau ada ‘maintenance’ untuk tidur, 8 – 9 jam per hari, akhirnya dibuat 4 jam, 4 jam, 5 jam tiap hari berminggu-minggu, berbulan-bulan, akibatnya ‘turun mesin’, organ ginjal, jantung dan berbagai organ lainnya mengalami kerusakan. Maka upayakan memiliki tidur yang teratur, terutama di malam hari karena itu akan menolong tubuh beristirahat. Zat-zat karsinogen yang menjadikan kanker itu bekerjanya justru diredam. Kalau kita bisa tidur membiasakan mulai jam 10 malam hingga pagi, kalau kita balik tidurnya tidak teratur, atau tidurnya baru siang hari justru kemungkinan zat-zat karsinogen penyebab kanker itu malah aktif bekerja. Jadi jangan sepelekan pola-pola tidur, istirahat di malam hari, 8 – 9 jam per hari rata-rata bagi orang dewasa silakan dihormati, karena itu memang rancangan Tuhan.
Y: Betapa penting kita mengenali hal-hal seperti ini. Lalu poin kelima, Pak.
SK: Yang kelima, bagaimana mengubah distres menjadi eustress, bagaimana kita mengelola manajemen stres kita, milikilah hobi yang sehat. Hobi yang sehat memberikan jeda dari rutinitas kerja dan pergumulan kita hari demi hari. Membuat kita jadi relax dan aneka hobi yang kita pilih dan kembangkan itu macam-macam, Bu Yosie. Coba Bu Yosie punya hobi apa ?
Y: Banyak ya, Pak. Bisa membaca buku, nonton film, main musik dan akhir-akhir ini berkebun, gim ke fitness center atau ‘handicraft’ (kerajinan tangan). Sangat beragam hobi-hobi yang bisa kembangkan.
SK: Termasuk ada yuang makin game elektronik, game online bisa saja asal tidak menjadi adiksi, kecanduan artinya mengganggu fungsi atau peran-peran hidup kita yang lainnya. Yang keenam, Bu Yosie, intimlah dengan Tuhan jadi dalam Injil Matius 6:31-32, Tuhan Yesus mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu". Kita bisa lihat bahwa sesungguhnya pikiran itu adalah medan pertempuran. Ibaratnya anjing hitam lawan anjing putih. Anjing hitam ini adalah simbol pikiran dunia yang tidak mengenal Allah, anjing putih adalah pikiran-pikiran Allah. Secara alami, tanpa kita berupaya pun anjing hitam akan selalu mendapat asupan makanan lewat tontonan, bacaan, pendengaran, gagasan-gagasan yang kita serap dari dunia sekeliling kita, dari hidup lingkungan rumah kita, di tempat kerja, di masyarakat kita, yang menyuarakan nilai-nilai sekuler, nilai-nilai dunia yang tidak mengenal Allah, segala bentuk kekhawatiran dunia. "Aduh aku makan apa ya? Aduh yang lain punya itu, aku juga ingin. Aduh kapan punya mobil, kapan mobilnya diganti lagi, ini sudah 10 tahun harus mobil terbaru. Aduh sekarang pandemi, banyak PHK, ada resesi, bagaimana ya ?" Kita meragukan Tuhan, kita mengabaikan Tuhan, kita tidak memercayai pemeliharaan Tuhan. Inilah pemikiran-pemikiran dunia yang membuat anjing hitam kita tambah lama tambah kuat. Maka yang diperlukan adalah upaya intensional, upaya yang sadar dan bersengaja terus-menerus, upaya yang bertujuan agar bagaimana anjing putih dalam jiwa kita diberi makan terus-menerus, yaitu asupan gagasan-gagasan Allah, pikiran-pikiran Allah.
Y: Wah menarik, ya benar Pak, jadi mengikut Tuhan itu tidak boleh netral. Kalau netral kita terseret pikiran dunia tadi yang menyesatkan.
SK: Amin. Sesungguhnya tidak ada yang netral.
Y: Iya betul, betul. Itu sebabnya saya setuju dengan gagasan usaha intensional harus sengaja untuk membuat pikiran-pikiran Allah itu bertumbuh subur dalam pikiran kita. Bagaimana cara yang nyata, maksudnya yang aplikatif, Pak ?
SK: Yaitu adalah, ya kita nikmati ibadah mingguan kita, baik ketika kita bisa ibadah tatap muka, atau ketika kita tidak bisa ibadah tatap muka, tetapi berupa ibadah daring, ibadah online lewat tayangan youtube, atau tayangan zoom, ya mari pakai 1,5 atau 2 jam dengan sukacita. Jangan tubuh kita hadir tapi pikiran kita melayang kesana kemari, aduh kapan selesainya ibadah ini? Khotbahnya kapan selesainya? Tapi kita nikmati sepenuhnya pujian, doa, penyembahan sehingga pembahasan firman Tuhan, karena ketika kita menikmati 1, 1,5 jam atau 2 jam ibadah mingguan itu, kita sedang memberi makan pada anjing putih jiwa kita. Demikian pula kalau kita ada Komsel (Komunitas Sel), KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) sekalipun mungkin karena kita mengalami keterbatasan, komselnya bersifat virtual, lewat ‘video call’, lewat zoom, lewat ‘google meet’ dan apa pun lainnya, mari kita nikmati supaya gizi anjing putih jiwa kita ditambahkan, bahkan sangat bagus kalau kita minimal katakan, Senin sampai Jumat punya waktu untuk saat teduh pribadi, mungkin 10 – 15 menit, kita baca satu perikop, kita renungkan, kita doakan dan hari Sabtu kita renungkan kesimpulannya dari Senin sampai Jumat itu, itu sudah memberi makan jiwa kita, kita sedang membuat pikiran-pikiran Allah memenuhi kita, sehingga kita tidak mudah distres, panik, aduh omzet turun, ini di PHK, kesulitan membeli sembako.
Y: Sakit di masa-masa pandemi ini.
SK: Betul, kita tidak mudah panik, karena kita tahu ada Allah yang hidup di jiwaku, ada Allah yang memeliharaku, ada iman yang tumbuh dan memberi imun dan membuat kita bisa berkata, "Amin" kepada pemeliharaan dan penjaminan dari Tuhan. Itu muncul kalau kita secara sengaja mengerjakan bagian kita. Tidak bisa kita mengatakan, "Tuhan, aku tidak baca Alkitab ya, tapi buat imanku bertumbuh, Tuhan aku tidak mau ibadah daring, tapi aku mau pikiran firman-Mu ada di kepalaku". Ya, tidak bisa. Ada bagian kita, ada bagian Allah. Bagian kita adalah memberi makan anjing putih kita dengan pikiran-pikiran Allah sebagaimana kata firman Tuhan tadi, kalau kita tidak memenuhi itu, tidak heran kita dipenuhi pikiran bangsa yang tidak mengenal Allah, kuatir ini kuatir itu. Tapi kalau kita mengerjakan bagian kita, kekuatiran itu akan digantikan dengan kepercayaan dan iman bahkan pemeliharaan dan pertolongan Allah.
Y: Betul, Pak. Bahkan mungkin tadi pentingnya komunitas, karena butuh teman untuk sama-sama belajar tentang kehendak Tuhan.
SK: Betul, jadi memang Tuhan melahirbarukan kita menjadi anak-anak Allah, bukan untuk menjadi anak yang yatim piatu secara rohani tapi kita dilahirbarukan untuk menjadi bagian dari keluarga Allah. Itulah gereja, bukan gereja secara gedung, nama denominasi tapi artinya gereja yang hakiki itu adalah komunitas, ketersalingan, saling sharing, berbagi beban, saling berbagi berkat firman, berkat saat teduh, saling sharing pokok doa, sharing teguran, sharing dukungan, nasihat, sharing pendampingan. Inilah yang perlu kita kembangkan. Dalam hal ini pula, Bu Yosie, saya ingin mengutip dari hasil penelitian SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara) yang ada di kota Malang, beberapa waktu yang lalu. Dari penelitian lapangan yang mereka lakukan tentang topik spiritualitas yang melibatkan sekian banyak responden, salah satu kesimpulan yang didapatkan adalah jika seseorang hanya memiliki spiritualitas eksternal, artinya hanya perilaku agamawi, ikut ibadah gereja, memberi kolekte, baca Alkitab tapi tanpa penghayatan, mereka akan lebih tidak mampu dalam menghadapi masalah daripada kalau orang membangun spiritualitas yang bersifat internal artinya mereka membangun kedekatan dengan Tuhan, membangun perasaan intim dengan Tuhan, membangun pengalaman pribadi dengan Tuhan. Orang-orang yang membangun spiritualitas internal, mereka yang lebih mampu menghadapi masalah daripada yang hanya memiliki spiritualitas eksternal. Dalam hal ini bukan saya mengatakan, "Tidak perlu ke gereja, tidak perlu ibadah minggu, tidak perlu Komsel, tidak perlu saat teduh, baca Alkitab, bukan ! Lakukan semua itu tapi hayati. Lakukan itu dengan segenap pikiran, perasaan, kehendak kita, kita mengalami Allah. Dengan cara itu kita membangun spiritualitas internal dan kita memiliki secara alamiah akibatnya kemampuan menghadapi distres, masalah, tantangan, kesulitan, kapasitas kita meningkat. Kalau kita membahas tentang kapasitas batas optimum kita menghadapi stres, yang saya bahas pada waktu yang lalu, curva normal, secara alamiah kalau kita intim dengan Tuhan disertai dengan aspek-aspek tadi, dengan sendirinya angka optimum kita akan bertambah tinggi. Kalau semula mungkin 20 tapi karena kita berolah raga, pola makan sehat, tidurnya baik dan juga memiliki hobi sehat dan intim dengan Tuhan, dari angka 20 bisa jadi kita bergeser ke angka 30. Lebih mampu lagi menghadapi stres. Kok bisa, ya ? Dulu aku seperti ini Pak Sindu, aku seperti ini sudah sakit, sudah opname, sudah ke kamar kecil terus dan sebagainya. Tapi Pak Sindu, aku sekarang tambah tangguh. Itulah buah dari intim dengan Tuhan sekaligus menerapkan tips-tips yang tadi kita bahas.
Y: Ya benar, Pak. Lalu poin berikutnya seandainya tetap kita sudah menerapkan tadi yang kita bahas mulai bagian satu, tapi ternyata ada tantangan-tantangan hidup, masalah yang tidak sanggup kita hadapi, apa yang harus kita lakukan ?
SK: Dalam hal ini itulah langkah ketujuh, carilah pertolongan. Ketika kita menyadari kita kewalahan, carilah pertolongan. Sharing dengan teman komsel, minta masukan, minta didoakan, sharing ke pembimbing kita dan minta masukan, didoakan, sharing ke hamba Tuhan, gereja atau pun dimana kita berkomunitas, sharing datang kepada konselor, atau konsultasi kepada dokter medis. Pakailah itu sebagai alat untuk mengelola stres kita, mencari pertolongan bukanlah tanda kalah, tetapi itulah tanda orang yang sehat. Orang yang sakit tidak mampu untuk mencari pertolongan, dia tidak berdaya tapi orang yang masih sehat, masih sanggup berpikir dengan baik, dialah yang mampu untuk mengakui ketidakmampuannya dan meminta tolong orang lain. Jadi konseling, konsultasi, sharing masalah dan minta didoakan bukan tanda kelemahan, tapi tanda kekuatan sejati. Kekuatan sejati didapatkan ketika kita mengakui diri yang lemah dan mengundang Kristus dan tubuh Kristus menguatkan kita. Itulah kekuatan sejati, kita diciptakan bukan sebagai ‘superman’ atau ‘superwoman’, tapi sebagai pribadi yang menjadikan Kristus dan tubuh Kristus itu yang super. Jadi hanya Kristus dan tubuh Kristus yang super itulah kita mengalami diri yang diubah untuk mengalami kuasa super, dari Kristus dan tubuh Kristus itu.
Y: Saya jadi ingat firman Tuhan yang celakalah orang yang menganggap diri berarti padahal tidak berarti. Lebih baik kita mengakui kelemahan kita, kita butuh pertolongan dan mencari pertolongan yang tepat. Baik, sangat menarik perbincangan dari bagian pertama sampai selesai bagian kedua. Yang terakhir mungkin ada pesan terhadap masalah yang mengelola stres ini.
SK: Memang ada tujuh langkah mari kita cermati bagaimana kita mengelola stres, bagaimana kita merayakan eustress, menggeser distres hidup kita, yang pertama pecahlah beban besar menjadi kepingan-kepingan kecil, yang kedua rayakan tiap sukses kecil, yang ketiga kenali dan terimalah batas kesanggupan, yang keempat cintailah tubuh, yang kelima milikilah hobi yang sehat, yang enam intimlah dengan Tuhan, yang ketujuh carilah pertolongan maka dengan demikian kita pun akan menemukan hidup yang berarti, bermakna, berkemenangan dan memuliakan Allah sekaligus memberkati banyak orang.
Y: Amin, itulah tandanya hidup yang berkemenangan. Baik, terima kasih banyak, Pak Sindu.
Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M. Phil. dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA keluarGA. Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Manajemen Stres" bagian kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK, Jl. Cimanuk 56 Malang atau Anda dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara Telaga yang akan datang.