oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi.
Kata kunci: Kesuksesan ialah anugerah pemberian Tuhan bukan prestasi manusia; Tuhan tidak menginginkan kita membeli kesuksesan duniawi dengan cara taat kepada Dia; ketaatan yang senantiasa diberi upah dengan kesuksesan akan membuat ketaatan berhenti sedangkan ketaatan tanpa imbalan berpotensi memerdalam iman; pengenalan akan Tuhan dilakukan melalui lensa ketaatan; Tuhan ialah Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya sehingga Dia memurnikan motivasi ketaatan kita kepada-Nya
TELAGA 2019
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Saya, Gunawan Santoso, dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Kesuksesan Adalah Anugerah Bukan Imbalan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, sebelum kita lebih jauh berbicara bahwa kesuksesan adalah anugerah, mungkin Pak Paul bisa menjelaskan secara sederhana konsep anugerah itu seperti apa ?
PG : Anugerah adalah sebuah pemberian yang diberikan kepada kita meskipun kita itu tidak layak untuk menerimanya. Jadi kita mau menyoroti bahwa kesuksesan adalah sebuah pemberian yang kita ini sebetulnya tidak layak menerimanya dan kita juga sebetulnya itu tidak berandil. Ini benar-benar keputusan dari Tuhan untuk memberikannya kepada kita. Jadi kalau kita berpikir, "Pokoknya semuanya tergantung pada diri sendiri" tidak juga.
GS : Iya. Karena kalau kita berbicara tentang kesuksesan atau keberhasilan itu biasanya dikaitkan dengan pekerjaan begitu, Pak Paul. Kalau di dalam pekerjaan kita berhasil itu ‘kan bukan suatu anugerah, itu suatu prestasi kita di dalam melakukan pekerjaan itu, Pak Paul.
PG : Betul. Dan kita pun juga tahu, Pak Gunawan, berapa banyak orang yang bekerja dan memang mereka bekerja dengan setia dan sebaik-baiknya, tapi tetap saja tidak naik-naik pangkat misalnya. Jadi kita mau menyoroti bahwa kesuksesan adalah anugerah bukan sesuatu yang memang kita bisa pastikan untuk diri kita.
GS : Iya. Jadi ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita mau melihat bahwa kita tidak boleh memerlakukan Tuhan seperti mesin soda, Pak Gunawan, tinggal kita masukan uang maka keluar minuman kaleng dari mesin itu. Tuhan bukan mesin soda dan Dia tidak akan membiarkan kita memerlakukan Dia sebagai mesin soda. Itu sebab terkadang bukannya Dia menimpakan kesuksesan kepada kita yang hidup dalam ketaatan, Dia malah melimpahkan kita dengan kesusahan. Tentu kita bingung mengapa Tuhan membalas kebaikan dengan kepahitan. Nah, ini kita mau soroti kenapa Tuhan tidak selalu membalas ketaatan kita dengan keberhasilan.
GS : Iya. Memang ini yang seringkali menjadi pertanyaan banyak orang terutama orang-orang Kristen. Kenapa Tuhan itu seringkali atau acap kali membalas "kebaikan kita" itu dengan sesuatu yang kurang menyenangkan, dengan istilah yang Pak Paul gunakan tadi, kepahitan. Ini sebenarnya konsepnya bagaimana, Pak Paul ?
PG : Jadi memang seperti itu, Tuhan tidak selalu mengimbangi ketaatan kita dengan keberhasilan. Ada beberapa alasan. Yang pertama karena Dia tidak ingin kita membeli kesuksesan dengan ketaatan. Tuhan menginginkan kita untuk memiliki motivasi yang benar dalam menaati-Nya. Ia menghendaki kita menaati-Nya atas dasar hormat dan takut akan Dia. Terlebih penting lagi Dia menginginkan kita menaati-Nya karena kasih dan percaya. Kita taat kepada-Nya karena kita mengasihi-Nya dan kita taat kepada-Nya sebab kita percaya kepada-Nya bahwa perintah-Nya adalah untuk kebaikan kita. Nah, apabila kita menaati-Nya hanya karena kita menginginkan imbalan kesuksesan maka ketaatan kita semu dan rapuh. Begitu kita tidak memeroleh yang kita harapkan kita marah dan kecewa kepada Tuhan. Mungkin kita akan menolak untuk menaati-Nya lagi sebab kita beranggapan, "Tidak ada gunanya kita menaati Tuhan" seperti itu. Jadi secara berkala Tuhan mengimbali ketaatan dengan berkat kesuksesan, benar, itu karena Dia mengasihi kita dan Dia mau memberkati kita. Dia adalah Bapa yang menyayangi kita dan Dia senang memberkati kita dan melihat kita berhasil. Namun Dia ingin kita ini menaati-Nya karena motif yang benar. Itu sebab kadang Dia menukar keberhasilan dengan kesulitan, Dia menukar berkat dengan masalah.
GS : Padahal biasanya seseorang itu mau percaya kepada Tuhan, khususnya pada awalnya itu, dengan harapan bahwa Tuhan itu akan selalu membimbing dia memberikan keberhasilan atau kesuksesan kepadanya, Pak Paul. Bahkan ini seringkali dipakai sebagai cara untuk mengajak orang lain yang belum percaya itu menjadi percaya, "Ayo ikut percaya kepada Tuhan Yesus nanti semuanya akan beres, akan berhasil". Kalau kenyataannya seperti ini sering orang kecewa, sudah ikut malah tidak memeroleh keberhasilan malah menemui kesulitan, Pak Paul ?
PG : Betul. Kadang yang kita maksud dengan keberhasilan adalah selain kita ini makmur, kita ini dipromosikan dalam pekerjaan, yang lain adalah selalu sehat. Jadi seolah-olah ada sebagian orang yang beranggapan kita ini orang-orang percaya tidak seharusnya sakit kalau pun sakit Tuhan pasti menyembuhkan. Ya tentu tidak. Kalau selalu Tuhan bekerja seperti itu maka tidak ada orang yang mati di dunia ini. Kenyataan orang bisa mati karena memang Tuhan mengijinkan sakit penyakit untuk datang ke dalam hidup kita. Jadi Tuhan memang sayang kita. Dia itu ingin memberkati kita, itu betul. Dia ini Bapa, Bapa sayang kepada anak. Kita saja ‘kan juga ingin melihat anak-anak kita senang, berhasil. Tapi tetap Dia akan terus memurnikan kita karena Dia tidak mau kita mengikut Dia karena kita akan diberkati dengan kemakmuran atau keberhasilan.
GS : Iya. Tetapi memang di dalam Alkitab sendiri itu kadang-kadang seringkali dikutip ayat-ayat yang mendukung pernyataan bahwa kalau kita itu memberikan banyak kepada Tuhan, kita akan memperoleh banyak begitu, bahkan di dalam Maleakhi seolah-olah kita boleh mencobai Tuhan dengan memberikan persembahan yang banyak nanti Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya. Ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Dan pada dasarnya itu betul, sekali lagi bahwa Dia adalah Bapa kita. Bahkan walaupun kita ini tidak seolah-olah menantang Tuhan untuk memberkati kita, Dia tetap akan memberkati kita sebab Bapa itu sayang kepada anak. Namun tetap Dia ingin kita mengasihi-Nya dan itu sebabnya kita mengikuti Dia. Dia tidak ingin kita mengikuti Dia karena kita itu akan mendapatkan sesuatu dari Dia seperti kemakmuran. Kita pun juga tidak mau anak kita sayang kita karena kita berikan dia uang, ketika kita berhenti memberikan dia uang maka dia lari tidak mau dekat pada kita. Kita tidak mau pasangan kita, istri atau suami kita, ikut kita karena kita itu kaya raya. Begitu kita miskin tidak bisa memberikannya nafkah, dia langsung pergi. Kita tidak mau begitu. Tuhan juga tidak mau. Itu sebab Tuhan memurnikan motif kita dalam menaati Dia.
GS : Nah, disitu biasanya tidak semua orang bisa tahan terhadap penderitaan atau kegagalan yang dialami, itu tadi Pak Paul kembali lagi, ada kekecewaan begitu. Pada awalnya dia mau mengikuti Tuhan itu karena dengan harapan dia akan sukses, akan berhasil tapi dia kecewa. Kalau sudah begitu apakah memang kita bisa langsung mengatakan, "Dia memang bukan orang pilihan Tuhan" ?
PG : Kita akan bisa berkata pada dia bahwa kita mengerti dia itu kecewa karena dia berharap Tuhan akan menolongnya dan pada umumnya Tuhan menolong kita dan memberi jalan keluar kepada kita yang kita butuhkan. Tapi kita katakan kepada dia bahwa terlebih penting daripada keberhasilan duniawi, Tuhan itu ingin kita itu taat kepada Dia karena kita percaya bahwa meskipun kita itu tidak seperti yang kita bayangkan atau kita tidak mendapatkan apa yang kita idam-idamkan, tetap yang terpenting adalah kita memiliki Dia dan Dia ingin agar kita bahagia hanya karena satu hal, yaitu karena kita memiliki Dia, kita bisa menikmati kasih sayang-Nya.
GS : Iya. Selain hal itu apa, Pak Paul ?
PG : Yang kedua adalah Tuhan tidak selalu mengimbali ketaatan dengan keberhasilan sebab Dia ingin kita ingat bahwa keberhasilan adalah anugerah. Ini tema kita saat ini. Memang benar keberhasilan seringkali merupakan akibat atau buah dari kerja keras, tapi sebenarnya tidak selalu demikian. Begitu banyak orang yang bekerja keras dari pagi sampai malam namun keberhasilan tidak kunjung datang. Berdasarkan pernyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya keberhasilan adalah anugerah pemberian Tuhan semata untuk alasan yang tidak kita ketahui, Dia menganugerahkan keberhasilan kepada orang-orang tertentu. Tapi tidak kepada semua orang. Sebagai manusia tidak bisa tidak terkadang kita iri dan mungkin marah melihat Tuhan memberkati orang-orang tertentu dengan keberhasilan. Kita iri karena kita beranggapan bahwa sebenarnya kita jauh lebih layak menerima berkat keberhasilan ketimbang orang-orang itu. Kita hidup taat dan takut akan Tuhan, tetapi mereka tidak. Jadi seharusnya Tuhan melihat itu dan tidak menimpakan berkat-Nya kepada mereka, namun itulah yang terjadi. Tuhan terus memberkati mereka. Nah, tatkala itu terjadi tidak bisa tidak, Pak Gunawan, kita merasa Tuhan tidak adil, mengapa Dia memberkati orang yang tidak hidup dalam ketaatan. Selain merasa Tuhan tidak adil kita pun berpikir bahwa Tuhan tidak melihat usaha kita untuk hidup taat kepada-Nya. Kesimpulan ini membuat kita berpikir percuma terus taat kepada-Nya kalau Dia tidak melihatnya dan tidak menghargainya, kalau pun melihat ternyata Dia lebih menyayangi orang lain yang justru tidak taat kepada-Nya.
GS : Iya. Ini seringkali menjadi pergumulan atau pertanyaan dari orang-orang yang begitu setia mengikut Tuhan, yang begitu rajin melayani Tuhan tetapi banyak sekali kegagalan yang dialami. Ada orang yang mengatakan, "Pasti ada dosa di dalam dirinya" padahal orang itu sudah mengoreksi dirinya, "Dosa apa saya ini ?" dia tidak jelas sekali dan ini menimbulkan kebingungan bagi banyak orang.
PG : Kita sudah tentu harus selalu introspeksi diri karena kita tidak sempurna, bisa jadi ada dosa dalam hidup kita dan Tuhan mencoba untuk memberitahukan kita lewat kegagalan bahwa hidup kita ini tidak sesuai dengan kehendak-Nya dan kita harus bereskan. Ada, ada ruang untuk itu. Tapi tidak selalu kalau kita ini mengalami kegagalan itu disebabkan oleh karena dosa, atau ada perbuatan kita yang tidak menyenangkan Tuhan, tidak selalu. Saya ingat contoh mantan presiden Amerika Serikat yang bernama Abraham Lincoln. Dia mengalami begitu banyak kegagalan dalam hidupnya. Mencalonkan diri menjadi anggota DPRD, anggota DPR atau MPR tidak pernah berhasil, gagal terus. Terakhir tiba-tiba dia itu bisa dicalonkan dan dipilih menjadi presiden Amerika Serikat. Dia hanya berdinas atau melayani selama 1 periode dan periode baru berikutnya dimulai dia terbunuh. Kenapa itu, sebab Tuhan memang menunjuk dia untuk menjadi pemersatu Amerika di dalam masa perang saudara. Kalau dia tidak pernah mengalami kegagalan dan kesusahan, dia mungkin tidak akan menjadi orang yang setabah dan sekuat itu. Jadi kadang Tuhan mengijinkan kegagalan supaya kita ini kuat, tabah, agar nanti kita bisa melakukan sesuatu yang memang Tuhan sudah siapkan untuk kita; kadang-kadang itu juga. Tapi terus terang, Pak Gunawan, kita tidak selalu bisa mengerti, kita tidak bisa selalu berkata, "Oh ini tujuannya kenapa saya gagal dan gagal". Kadang-kadang kita tidak tahu, pokoknya tidak berhasil saja terus, walaupun itu kita alami kita mesti berkata, "Tuhan, ini saya kalau ada hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan tunjukkan saya bisa minta ampun kepada-Mu" tapi kalau Tuhan tidak tunjukkan berarti hidup kita baik-baik saja di mata Tuhan, jadi jalani hidup. Kita percaya takaran yang Tuhan berikan kepada kita sekarang ini cukup. Meskipun tidak berlebihan seperti yang kita harapkan, tapi dengan iman kita berkata, "Cukup, Tuhan akan sediakan".
GS : Iya. Karena ketidakmengertian itu sebagian orang menganggap keberhasilan itu sebuah keuntungan saja dan kalaupun dia menghadapi masalah atau kerugian itu dianggap sebagai kesialan di dalam kehidupannya. Jadi ada untung, ada sial. Ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita tidak akan berkata, "Aduh kita lagi sial", tidak. Sebab kita ini memercayakan kehidupan kita di tangan Tuhan dan bahwa di dalam tangan Tuhan kita ini ada dalam pimpinan-Nya, dalam kehendak-Nya. Jadi bukannya kita bergantung pada situasi, pada nasib, pada orang, tidak. Semua ada dalam kendali Tuhan. Kalau sampai ada apa-apa terjadi itu disebabkan Tuhan mengijinkannya terjadi. Jadi sekali lagi kita terima apapun yang kita harus ambil, yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, maka kita terima meskipun tidak berhasil seperti orang-orang lain. Juga tidak apa-apa.
GS : Iya. Jadi hal apa yang bisa kita pelajari, Pak Paul ?
PG : Salah satu hal yang kita mesti juga sadari adalah kadang Tuhan itu tidak mengimbali ketaatan kita dengan keberhasilan, tapi malah memberkati orang yang tidak taat dengan keberhasilan adalah karena Dia ingin kita belajar satu prinsip yaitu berkat keberhasilan adalah anugerah. Oleh karena belas kasihan-Nya maka Dia pun memilih untuk memberikan anugerah-Nya kepada orang yang kita anggap tidak layak. Tuhan tidak mengasihi orang yang tidak layak itu lebih daripada Dia mengasihi kita. Tidak. Sudah tentu Dia mengasihi dan menghargai usaha kita untuk hidup dalam ketaatan, tetapi Dia ingin kita belajar beranugerah, memberi dan mengasihi orang yang tidak taat. Jadi bayangkan kalau Tuhan hanya pokoknya memberikan keberhasilan kepada orang-orang yang taat saja, kita tidak akan mengerti anugerah juga, Pak Gunawan. Tapi waktu kita melihat, "Orang yang tidak layak, Tuhan berikan juga?" kita baru mengerti bahwa ini yang namanya anugerah, dan Tuhan mau kita juga seperti itu; beranugerah. Meskipun orang tidak layak menerima kebaikan kita, sudah kita berikan kebaikan kepadanya.
GS : Apakah itu berarti keberhasilan itu suatu anugerah yang umum seperti hujan yang turun, baik itu untuk orang baik maupun juga orang yang jahat, Pak Paul ?
PG : Tepat. Tepat sekali, Pak Gunawan. Memang berkat keberhasilan adalah berkat atau kasih karunia umum. Tuhan memberikan hujan, memberikan kepada kita iklim, cuaca yang teratur adalah untuk kita semua. Keberhasilan juga seperti itu. Tuhan memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan tidak selalu didasari atas ketaatan, kadang 100% didasari atas pilihan-Nya. Dia adalah Allah yang baik sehingga Dia tetap memberikan pada orang yang kita anggap tidak selayaknya menerima itu.
GS : Iya. Jadi apakah itu akan mendidik orang atau membuat seseorang itu lebih taat atau lebih mengasihi Tuhan dengan keberhasilan yang Tuhan berikan, Pak Paul ?
PG : Seharusnya kalau kita ini bisa menghargai pemberian Tuhan, "Saya tidak layak malahan diberikan" seharusnya kita tambah mengasihi Dia. Dan inilah harapan Tuhan. Waktu orang-orang yang misalkan tidak layak menerima kebaikan Tuhan, tapi dia menerima kebaikan Tuhan. Nah, harapan Tuhan adalah orang itu disadarkan, "Saya kenapa begini hidupnya tapi Tuhan baik ?", dia tambah ingat Tuhan, dia kembali kepada Tuhan dan juga bisa mengasihi Tuhan. Itu sebetulnya yang Tuhan juga harapkan dari kita.
GS : Tapi kenyataannya keberhasilan seringkali juga membawa seseorang itu menjauh dari Tuhan, dianggap ini adalah hasil jerih payahnya, Pak Paul ?
PG : Sangat sangat mungkin, Pak Gunawan. Sehingga Tuhan tidak sembarangan menganugerahkan keberhasilan, memang Tuhan itu sangat hati-hati karena Dia tahu betapa besarnya kuasa keberhasilan dalam mengubah kita dari misalnya pribadi yang rendah hati, takut Tuhan dan bergantung pada Tuhan kita bisa menjadi pribadi yang sombong, tidak percaya pada Tuhan, tidak menaati dan tidak menyerahkan hidup ini kepada-Nya karena kita bergantung pada diri sendiri. Jadi Tuhan sangat peka, Tuhan tahu sekali bahayanya keberhasilan. Jadi kita berhati-hatilah. Waktu kita menerima berkat keberhasilan pertama-tama langsung datang kepada Tuhan katakan terima kasih, "Terima kasih, Engkau memercayakan ini kepada saya. Terima kasih Engkau mengasihi saya. Terima kasih walaupun saya tidak layak tapi Engkau tetap memberikan itu kepada saya."
GS : Iya. Hal yang ketiga apa, Pak Paul ?
PG : Tuhan tidak selalu mengimbali ketaatan dengan keberhasilan, karena Tuhan ingin memperdalam ketaatan kita. Tidak sulit bagi kita untuk taat sewaktu semua berjalan baik, sebaliknya adalah sukar untuk kita taat tatkala hidup ini sarat kesusahan. Tuhan menginginkan agar ketaatan makin hari makin berakar ke dalam. Itu sebab secara berkala Tuhan tidak menebarkan berkat keberhasilan. Sewaktu hidup tidak menyenangkan kita harus berusaha sangat keras untuk taat kepada Tuhan. Namun jika kita tetap menaati-Nya maka dengan seketika kita pun bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan. Bila ketaatan senantiasa diimbali dengan keberhasilan maka ketaatan akan berhenti. Iman dan pengenalan akan Tuhan pun akan terbang meninggalkan kita. Tuhan menghendaki kita untuk terus menggali ketaatan sebab lewat lensa ketaatan barulah kita dapat mengenal Tuhan. Pada saat kita sudah kehilangan alasan untuk taat barulah kita berkesempatan mengembangkan iman dan menambah pengenalan akan Tuhan Allah kita.
GS : Memang seringkali kita itu dalam konsep kita, ketaatan itu diajarkan dengan kekerasan Pak Paul; jadi lewat tekanan kehidupan lalu seseorang itu belajar taat kepada Tuhan. Tetapi kalau lewat kesuksesan atau keberhasilan itu rasanya untuk membuat seseorang menjadi lebih taat ini agak lebih sulit, Pak Paul.
PG : Betul. Itu sebab Tuhan ada kalanya sengaja menahan berkat keberhasilan supaya kita tidak menerimanya, supaya kita belajar taat yang sebenar-benarnya atau sesungguhnya. Kita ini akan mudah taat bila ketaatan kita itu langsung membuahkan hasil. Tapi waktu ketaatan kita tidak membuahkan hasil itu menjadi tantangan yang besar untuk kita tetap taat atau tidak. Tapi kalau kita berhasil terus taat meskipun tidak mendapatkan imbalan keberhasilan dari Tuhan maka ketaatan kita itu akan benar-benar mendalam, berakar. Ketaatan kita itu seperti pohon yang begitu kuat sehingga tidak bisa lagi digoncangkan oleh apapun. Kalau kita misalnya mengenal orang-orang seperti itu, kita mungkin ingat orang-orang ini apa pun yang menimpanya tidak goyang sama sekali. Karena apa ? Ketaatan mereka benar-benar berdasarkan hanya satu, yaitu percaya sepenuhnya pada Tuhan, tidak dipengaruhi lagi oleh apapun yang mereka alami. Nah, ketaatan seperti inilah yang Tuhan ingin lihat pada kita semua.
GS : Tapi ada pula orang yang taat kepada Tuhan itu karena takut, takut dia akan mengalami kegagalan yang lebih parah lagi, atau takut kalau Tuhan tidak memberkati keluarga atau pekerjaannya, jadi dasarnya bukan karena ketaatannya yang mendalam, tapi ketakutannya yang semakin membesar dalam dirinya.
PG : Sudah tentu Tuhan akan sedih. Tuhan memang menginginkan kita takut kepada-Nya dalam pengertian menghormati-Nya tapi Tuhan tidak ingin kita anak-anak-Nya ketakutan akan Tuhan. Sama seperti kita, kita juga tidak ingin anak-anak kita ini ketakutan akan kita sehingga menaati kita karena takut dihukum. Tuhan tidak mau. Tuhan mau kita taat bukan karena ketakutan akan Dia. Jadi bagi kita yang memiliki prinsip, "Pokoknya jangan sampai ada apa-apa makanya saya taat" kalau bisa kita ini ingat bahwa Dia Bapa kita, Dia menyayangi kita, kita tidak perlu takut apapun yang diberikan-Nya selalu diberikan oleh tangan yang mengasihi kita, oleh tangan yang pernah di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dengan cara seperti itulah kita mulai membangun ketaatan yang lebih bebas dari ketakutan.
GS : Jadi kita mesti mengenal Tuhan itu dengan konsep yang benar lebih dahulu, Pak Paul, bahwa Tuhan itu bukan menakut-nakuti kita dengan kegagalan tapi dengan tujuan kita semakin mengasihi Dia lagi.
PG : Betul. Jadi konsep yang benar adalah memandang Tuhan sebagai Bapa karena itu yang Alkitab ajarkan bahwa Dia adalah Bapa yang mengasihi kita anak-anak-Nya.
GS : Iya. Apakah ada contoh di dalam Alkitab, Pak Paul ?
PG : Setelah Paulus bertobat ia tinggal di padang gurun Arabia selama 3 tahun, kemudian barulah ia pergi ke Yerusalaem untuk menemui para rasul. Sayang tidak semua menerimanya, namun Paulus tidak memaksakan. Ya sudah dia pulang ke Tarsus kampung halamannya dimana dia tinggal selama beberapa waktu. Nah, selama itu di Tarsus dia tidak tahu apa yang mesti dia perbuat, dia pun tidak mendengar suara dari Tuhan, semua sunyi sehabis penolakan di Yerusalem. Sampai akhirnya Barnabas menemuinya dan mengajaknya melayani di Antiokhia. Kita lihat di sini, Paulus tetap taat mesti ia ditolak dan didiamkan. Tuhan berkepentingan untuk memperdalam iman kita sebab iman yang dalam menandakan kematangan. Ketaatan tanpa imbalan berpotensi memperdalam iman.
GS : Apakah dengan penolakan para rasul di Yerusalem terhadap Paulus waktu itu, itu juga salah satu bentuk Tuhan itu mengajar rasul Paulus untuk menaati Dia bahwa waktunya belum tiba bagi Paulus untuk memberitakan Injil dan sebagainya begitu?
PG : Betul. Belum waktunya dan yang kedua adalah terpenting bukanlah penerimaan manusia tetapi penerimaan dari Tuhan. Seharusnya dia kecewa, "Kenapa orang-orang masih tidak percaya" padahal dia bertahun-tahun hidup setia dan percaya kepada Tuhan Yesus dan mengikuti-Nya tetapi tetap saja orang menuduh dia orang yang jahat yang mau mencelakakan orang-orang Kristen. Tapi lewat penolakan rekan-rekan para rasul dia justru belajar bahwa manusia boleh menolak tapi yang penting Tuhan menerima saya.
GS : Nah, mungkin ada alasan tertentu kenapa Barnabas itu justru yang bersedia menemui Paulus?
PG : Memang Barnabas itu orang yang dari awal bisa melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat. Dia bisa melihat, "Oh, orang ini memang benar-benar sudah bertobat" dan orang ini memang orang yang mudah percaya daripada curiga sama orang. Jadi walaupun dia belum melihat apa-apa yang Paulus lakukan tapi dia sudah percaya bahwa Paulus itu sungguh-sungguh bertobat dan dia yakin suatu hari kelak Tuhan akan pakai Paulus.
GS : Jadi selain Paulus mungkin ada tokoh lain?
PG : Salah seorang tokoh di Alkitab yang memerlihatkan iman yang dalam adalah Ayub. Dengarkanlah pernyataan imannya di Ayub 2:10, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya" . Singkat kata di sini kita bisa melihat, tanpa imbalan Ayub tetap taat.
GS : Tetapi itu diwarnai juga dengan pemberontakan atau kegelisahan Ayub terhadap tindakan Tuhan, Pak Paul. Dia mengalami masalah yang sangat sulit di dalam kehidupannya dan dia bertanya-tanya tentang Tuhan itu.
PG : Betul. Ini adalah reaksi wajar, Pak Gunawan, sewaktu merasakan kesusahan yang amat sangat, tidak bisa tidak akan goyang, bimbang, memertanyakan Tuhan tapi dia tidak pernah melepaskan Tuhan.
GS : Iya. Jadi pada akhirnya kelihatan kemurnian iman dan ketaatan Ayub kepada Tuhan. Terima kasih, Pak Paul, untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan terima kasih telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kesuksesan Adalah Anugerah Bukan Imbalan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Atau Anda juga dapat menggunakan e-mail ke alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.