Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Yosie akan berbincang-bincang dengan Bp. Ev. Sindunata Kurniawan, MK. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang "Kepribadian Neurotik" bagian yang pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Pak Sindu, masih dalam rangkaian pembahasan berbagai tipe gangguan kepribadian, kali ini kita akan membahas kepribadian neurotik, apa yang dimaksud dengan kepribadian neurotik?
SK : Kepribadian Neurotik menggambarkan tentang kondisi seseorang yang disuasanai dengan kecemasan. Jadi kecemasan disini memang bukan dalam level seperti ketika seseorang mengalami gangguan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau di Indonesiakan gangguan stres setelah trauma. Jadi ini berbeda levelnya, tidak sampai level yang berat yaitu kecemasan karena trauma tetapi kecemasan dalam neurotik atau bisa diganti dengan kata yang sama neurosis masih dalam jangkauan rasional artinya masih dalam jangkauan akal sehat dimana orang dengan kepribadian neurotik masih cukup dapat menjalani kehidupannya.
Y : Lantas apa bedanya dengan secara umum orang tetap punya kecemasan dalam kehidupan kita?
SK : Orang dengan kecemasan yang masih wajar, dia tidak cukup terganggu dalam berelasi. Tetapi dalam konteks orang dengan kepribadian neurotik sebenarnya dia mengalami hambatan-hambatan relasi sosial. Hambatan dalam menjalani kehidupannya secara optimal. Namun orang-orang ini berbeda dengan orang-orang yang disebut mengalami gangguan psikotik.
Y : Beda lagi ya, jadi ada sisi-sisi lainnya.
SK : Jadi ada kata Neurotik dan Psikotik. Kalau psikotik adalah orang-orang yang mengalami gangguan jiwa berat dimana dia mengalami keterputusan dengan dunia nyata, mendengar suara halusinasi pendengaran dan kemudian dia bicara sendiri dan akhirnya dia nyaris putus kontak dengan orang lain dan dia pun kesulitan untuk belajar, untuk bekerja, untuk menjalani kehidupan nyata karena dia ada di alam yang lain, baik pikiran dan perasaannya. Kalau orang dengan kepribadian neurotik dia masih bisa bekerja fungsional. Jadi dia bisa berfungsi seperti kata bu Yosie sesuai dengan peranannya, misalkan mahasiswa dia masih bisa belajar, dan ibu rumah tangga masih bisa bekerja dan kemudian dia masih bisa menjalani peran kehidupannya sehingga orang-orang dengan kepribadian neurotik memang cenderung tidak mengakui diri punya masalah besar. Dan akhirnya merasa tidak perlu mencari pertolongan. Dan inilah yang menjadi problematik dari orang dengan kepribadian neurotik.
Y : Ini yang menarik, itu sebabnya kita bahas supaya ini boleh menjadi pencerahan bagi para pendengar.
SK : Jadi harapannya lewat bahasan tentang orang dengan kepribadian neurotik, kita semua jadi paham dan dengan demikian kalau kita ada di dalam pusaran itu maka kita diharapkan bersedia mencari pertolongan.
Y : Atau kalau kita punya kenalan, kita bisa membantu mereka. Baik pak, silakan apa yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
SK : Kepribadian neurotik ini ada tiga model. Model yang pertama kepribadian neurotik mendekat, model yang kedua kepribadian neurotik melawan, model yang ketiga kepribadian neurotik menjauh.
Y : Mungkin perlu dijelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan neurotik mendekat serta dinamika kepribadiannya, silakan Pak Sindu?
SK : Jadi yang pertama orang dengan kepribadian neurotik mendekat yaitu orang-orang ini memiliki kecondongan untuk mendekat pada orang-orang tertentu yang dianggapnya kuat. Artinya orang-orang yang dimana darinya mereka mendapatkan rasa aman.
Y : Nyaman begitu, ya Pak?
SK : Betul. Jadi orang dengan kepribadian neurotik mendekat dia berusaha lepas dari rasa kecemasan dengan cara mendekat pada orang-orang tertentu untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan.
Y : Kalau saya menangkap "rasa aman" itu berarti dia merasa terancam atau bagaimana sehingga dia seperti mendekat mencari rasa aman dari figur lain.
SK : Benar, orang-orang dengan kepribadian neurotik ini punya masalah dalam dirinya ada rasa tidak aman. Ada rasa kekosongan diri tidak bisa mengandalkan diri, maka dirinya akan mencari orang lain dan dia akan mengandalkan orang lain itu untuk menutupi rasa tidak amannya ini. Jadi tanpa mendekat dengan orang lain atau orang-orang tertentu yang dianggapnya kuat, dia akan mengalami kecemasan maka dia dikatakan memiliki kepribadian neurotik mendekat.
Y : Bisa dijelaskan lebih lanjut dinamika atau ciri-cirinya?
SK : Yang pertama dinamikanya adalah orang dengan kepribadian neurotik mendekat, hidup mengabaikan kehendak pribadi.
Y : Maksudnya bagaimana?
SK : Jadi secara alami bukankah kita secara manusia memiliki kehendak, kemauan, kita memiliki minat apa yang kita suka dan tidak suka. Tapi karena dirinya merasa kosong, merasa tidak bisa cukup mengandalkan dirinya maka dia akan mengandalkan orang lain. Dia akan mendekat pada orang lain demi dia mendapatkan persetujuan dan perlindungan dari orang lain, penerimaan dari orang lain, maka dia cenderung mengabaikan kehendak pribadi. Jadi dia condongnya untuk melihat bagaimana respons orang lain, apa yang orang lain pilih dan putuskan dia akan ikuti kemana arah angin ini bertiup. Dari pada berseberangan pendapat dengan orang-orang yang dianggapnya kuat maka dia akan condong mengalah dan mengikuti keinginan, kemauan orang lain. Jadi orang dengan kepribadian neurotik mendekat ini, isu kesulitan yang amat besar adalah berkenaan dengan pengambilan keputusan, dia akan takut jika keputusan yang diambilnya tidak diterima orang lain, kalau tidak diterima orang lain yang dianggapnya kuat, yang dijadikan gantungannya, maka dia akan kehilangan penerimaan orang lain itu.
Y : Ini menjadi ancaman atau satu ketakutan bagi dia.
SK : Betul. Jadi sisi yang lain dari orang dengan kepribadian neurotik mendekat ini memang sangat mungkin dia tidak mengenali siapa dirinya, apa yang sesungguhnya diinginkan, apa yang sesungguhnya tidak diinginkan dan apa yang sesungguhnya menjadi keyakinan hidupnya.
Y : Adanya kekosongan dalam jiwanya ya, Pak?
SK : Betul. Sehingga karena dia sudah kosong tidak mengenali dirinya yang unik seperti apa maka dia pun akhirnya menyerahkan diri untuk mengikuti orang lain.
Y : Menjiplak dari yang orang lain inginkan atau orang lain sikapi.
SK : Benar. Adakalanya dia merasa "Aku sebenarnya suka bakso, aku sukanya nasi goreng" tapi karena orang yang dijadikan andalan sukanya nasi pecel maka dia menurutnya "baiklah aku korbankan keinginanku makan bakso dan nasi goreng dari pada aku pilih bakso dan nasi goreng nanti dia tidak mau ikut saya". Jadi dia berkorban dan hidup mengabaikan kehendak pribadi.
Y : Dinamika yang berikutnya Pak?
SK : Yang kedua orang dengan kepribadian neurotik mendekat hidup berdasarkan asas ketergantungan, artinya orang dengan kepribadian neurotik mendekat dia sangat bergantung pada penerimaan orang lain dan seakan-akan memang bersedia membayar seberapa pun harganya. Maka kemudian dia akan sangat mengharapkan dan menuntut orang-orang lain yang lebih lemah posisinya, lebih rendah posisinya dari dirinya untuk bergantung kepada dirinya. Jadi hidup berdasarkan asas ketergantungan.
Y : Dia bergantung pada orang dan dia berharap orang bergantung pada dia, benar seperti itu?
SK : Betul. Siklus ya?
SK : Benar. Maka orang-orang dalam pusaran hidup dari orang-orang dengan kepribadian neurotik mendekat seakan-akan terbelah menjadi dua yaitu orang-orang yang ada di atasnya yang menjadi ketergantungannya, arah keputusannya. Kelompok yang kedua adalah orang-orang yang berada di bawahnya yang harus bergantung kepadanya, harus mengikuti kehendaknya sesuai dengan kehendak yang diikutinya dari orang-orang yang berada diatasnya. Jadi ketika orang lain dimana dia meminta untuk mengikutinya itu bukan karena dia punya kehendak sendiri tapi karena dia mengikuti kemauan orang lain itu, kehendak dan keputusan orang lain. Supaya lebih konkret misalnya dalam soal pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi gereja, organisasi di tempat kita bekerja, organisasi sosial kita, misalnya kita berada di posisi sebagai Ketua, ketika kita mau mengambil keputusan kita ikuti kemana arah mata angin orang-orang yang kita anggap kuat "ini sesepuh ini yang lebih senior, pembina bahkan Ketua" saya melihat orang dengan kepribadian neurotik yang berposisi sebagai Ketua akan selalu mendekat, "Pak, Bu yang menjadi senior, sesepuh bagaimana ya?" nanti orang yang kita anggap senior akan memberikan arahan. Kemudian dia akan minta bawahannya, di pelayanannya, di tempat kerjanya "Eh, kamu ikuti keputusan ini, karena saya sudah konsultasi dengan dewan dewan pembina, penasehat sehingga kamu harus ikuti ini saja".
Y : Tanpa bisa memberikan penjelasan kepada bawahannya dengan secara baik ya, Pak?
SK : Betul. Jadi meminta konsultasikan terlebih dulu, meminta nasehat, minta masukan dari orang-orang yang saya andalkan selama ini. Itulah hidup yang berdasarkan azas ketergantungan karena kalau dia mengambil keputusan sendiri, maka nanti dia akan kebingungan. Jadi dia ada rasa terancam, cemas.
Y : Yang berikutnya Pak?
SK : Yang ketiga dinamika orang dengan kepribadian neurotik mendekat hidup diperalat dan memperalat orang lain.
Y : Maksudnya dia diperalat seperti apa?
SK : Jadi orang yang tadi digambarkan di poin pertama kedua, maka di poin ketiga akhirnya orang dengan kepribadian neurotik mendekat akan condong dimanfaatkan, diperalat oleh orang-orang tua yang menjadi gantungan dan tujuannya.
Y : Jadi seperti untuk kepentingan pribadi, karena kalau untuk kepentingan misalnya organisasi harusnya tidak menjadi masalah ya Pak, Misalnya fungsinya sebagai ketua, dan dia harus bekerja untuk acara itu harusnya tidak menjadi masalah, tapi yang menjadi masalah adalah untuk keuntungan pribadi tadi ya?
SK : Betul. Jika untuk organisasi kalau itu struktural mungkin tidak masalah (tapi tetap sebenarnya menyimpan masalah), yang namanya ketua harus mengambil keputusan dan dia bukan selalu menjadi corong dari sesepuh, dari mantan ketua dan orang-orang yang dianggap senior. Namanya ketua jadi dia dituakan, yang menjadi pemimpin. Jadi bukan pemimpin boneka tapi pemimpin yang sejati yang otentik, yang bertanggung jawab. Dalam konteks poin ketiga hidup diperalat dan memperlarat orang lain dinamikanya seperti ini, karena akhirnya dia ketahuan selalu menanggalkan, selalu bertanya, selalu minta arahan, selalu minta pertolongan akhirnya orang-orang yang selalu dimintai tolong, dimintai nasehat dan pertolongan akhirnya cenderung akan melanggar batas "Kalau begitu akan saya manfaatkan, aku minta uangnya, atau minta ini, aku minta kamu bantu aku ini dan itu". Dia sebenarnya "Uangku sedikit, waktuku sedikit, tenagaku sedikit, tapi kalau aku tidak mau bantu dengan uang, tenaga dan waktuku nanti dia tidak akan bisa aku andalkan". Jadi dia berkorban dan dia hidup mengabaikan kehendak pribadi karena hidup berdasarkan asas ketergantungan. Akhirnya melonjak, akhirnya melampaui batas orang-orang yang diandalkan itu akan memanfaatkan dia "Aku minta uangmu, minta waktumu, minta tenagamu, minta ini dan itu". Dan dia berkata "Baiklah". Sehingga kita yang menjadi istrinya atau yang menjadi suaminya atau yang menjadi gembalanya akan memberikan nasehat "Kamu itu bagaimana, kamu cari uang untuk keluargamu, untuk istri dan untuk anakmu dan waktumu harusnya kamu gunakan untuk pekerjaanmu tapi kamu malah membantu orang lain terus dan pekerjaanmu sendiri kamu abaikan" dan dia menjawab "Iya, tapi bagaimana... karena saya mengandalkan orang-orang ini, kalau saya tidak membantu nanti mereka tidak bisa menjadi andalan saya". Jadi seharusnya aku tidak perlu berikan waktu saya, harusnya saya batasi tapi bagaimana lagi. Dia menikmati, tanpa disadari satu sisi diperalat karena dia mengandalkan orang-orang ini tapi sisi buruknya akhirnya orang-orang yang dalam posisi dibawahnya pun diperalatnya, dia diperalat orang yang diatasnya kemudian dia mengambil yang dibawahnya misalnya uang keluarga dia pakai untuk membantu orang tuanya, dia sudah tahu kalau orang tuanya ini adalah orang tua yang tamak yang tidak pernah memikirkan kepentingan anak yang sudah menikah, "Ayo Sindu mana uangmu, bantulah papamu, bantulah mamamu, kamu sudah hutang budi" Sehingga anaknya memberi uang padahal ini uang untuk tabungan sekolah anak, kuliah anak, tabungan untuk pengobatan istri yang sedang sakit, kemudian saya memperalat istri saya, "Sudahlah kamu mengalah ya, itu untuk papa dan mama saya, atau ini untuk orang ini karena saya sudah hutang budi", saya mengabaikan dan memperalat istri saya, saya memperalat anak saya demi saya diperalat orang diatas saya.
Y : Bisa sangat dalam indikasinya, bagaimana dengan model yang kedua?
SK : Yang kedua orang dengan kepribadian neurotik melawan, dinamikanya bahwa kecemasan membuatnya menuntut orang lain untuk mengagumi pencapaiannya. Bahwa dia akan melihat orang lain dalam posisi aku dikalahkan atau aku mengalahkan. Sehingga kecemasan merasa diri yang kosong, merasa diri yang tidak cukup eksis dan dia cemas, untuk mengatasi rasa kekosongan dan diri yang tidak eksis ini adalah dia akan haus kuasa untuk menguasai orang lain, untuk mengendalikan orang lain supaya dia memiliki rasa aman sekalipun itu rasa aman yang semu. Jadi dia melawan maka dia akan bisa tampil sebagai pemimpin yang mengendalikan pemimpin yang otoriter, cenderung tempramental mungkin kasar, garang, pemarah, bisa jadi penuh kekerasan karena seakan-akan cara agresif, cara-cara kasar, cara-cara yang memaksa, cara-cara yang melawan menindas seakan-akan itulah satu-satunya cara yang bisa dilakukannya untuk mendapatkan satu hal penting yaitu rasa aman dan menghilangkan rasa cemas di dalam dirinya.
Y : Membuat orang lain tunduk, ada kepuasan dengan aman.
SK : Benar. Jadi kalau yang pertama mendekat, dia menutupi rasa cemasnya dengan dia selalu menempel pada orang-orang yang dianggap kuat. Kalau yang ini rasa cemasnya bukan menempel tapi malah melawan, menguasai orang lain harus tunduk. "Kamu harus saya kontrol, saya baru merasa aman dan rasa cemas saya sirna".
Y : Berarti dia akan berjuang keras mendapatkan kehormatan atau kekaguman orang sekitarnya ya, Pak?
SK : Betul. Dengan demikian pusat perhatian adalah pada dirinya bagaimana aku berprestasi, bagaimana aku punya pencapaian, punya power, punya kekuasaan.
Y : Supaya orang lain bisa melihat dia sebagai fokusnya dan tunduk?
SK : Betul. Maka masalah muncul ketika orang dengan kepribadian neurotik melawan tidak ragu-ragu untuk memanfaatkan, memperalat, memanipulasi orang demi dia mendapatkan rasa aman dirinya.
Y : Ini yang bahaya ya, Pak?
SK : Betul.
Y : Maka kita ingin tahu dinamikanya lebih mendalam untuk kepribadian neurotik melawan.
SK : Orang dengan kepribadian melawan ini, ada 3 hal dinamikanya. Pertama hidup gagal secara rohani, yang kedua hidup gagal mengembangkan diri, yang ketiga hidup gagal berelasi dan berkarier.
Y : Banyak kegagalan di dalam kehidupannya, sehingga dia perlu menunjukkan diri seperti itu.
SK : Bukan. Artinya akibatnya, orang dengan kepribadian neurotik melawan akhirnya dia mengalami tiga gagal. Yang pertama tadi hidup gagal secara rohani, artinya karena orang dengan kepribadian neurotik melawan lemah dalam penguasaan diri dan betapa kuatnya dorongan menguasai orang lain maka orang-orang ini sulit hidup dalam pengendalian hukum moral yang kudus dan konsisten. Dia akan jatuh bangun dalam hidup rohaninya karena godaan yang terkuat yaitu adalah godaan untuk berpusat pada diri sendiri.
Y : Padahal di dalam iman kita harus berpusat pada Kristus?
SK : Betul.
Y : Jadi sangat kontradiktif.
SK : Hidup berpusat pada Kristus itu berarti menghormati orang lain dan bukan memanfaatkan orang lain.
Y : Maksudnya gagal mengembangkan diri itu seperti apa, Pak?
SK : Gagal mengembangkan diri terjadi karena orang dengan kepribadian neurotik melawan fokus hidupnya adalah orang lain. Tindakannya sesungguhnya adalah reaksi dari tindakan orang lain dan sesungguhnya dia gagal untuk mengenali apa yang sesungguhnya disukai dan tidak disukai, dari kecil bertumbuh hanya bereaksi terhadap orang lain karena dia ditindas, dia diabaikan, dia dimanfaatkan, akhirnya bagaimana dia eksis yang penting dia harus melawan orang lain, dia tidak mengenali dirinya.
Y : Apa yang menjadi kelebihannya dan apa yang harus dikembangkan tadi.
SK : Benar, dia tidak mengenali tentang jati dirinya, nilai-nilai hidup yang luhur karena fokus dan energi hidupnya pada tempat yang salah.
Y : Sibuk mengalahkan orang-orang lain.
SK : Betul. Dan akhirnya gagal mengembangkan dirinya sendiri.
Y : Menarik sekali, yang ketiga maksudnya gagal sampai gagal berelasi dan berkarier?
SK : Akhirnya orang dengan kepribadian neurotik melawan sulit mempertemukan relasi "Siapa orang yang mau berteman, orang pun lelah berteman dengan dirinya" dan akhirnya dia tidak punya teman. Demikian juga dalam soal karier selalu dimanapun dia bekerja, dia menjadikan tempat persaingan "Kamu jelek, siapa yang bisa tahan dengan kamu"
Y : Padahal kita sekarang sedang "win-win solution" dan tidak ada "win lose" lagi.
SK : Tepat akhirnya dia pun juga tidak tahan kalau situasi tidak bisa menguasai orang lain dan tidak bisa menang padahal yang namanya bekerja bersama orang lain butuh team work. Dan bukan persaingan yang tidak sehat.
Y : Dalam fokus yang salah tadi akhirnya dia membabi buta menyerang orang tanpa disadari.
SK : Benar. Jadi membuat pengembangan kariernya terhambat dan dia pun semakin terpuruk dan tertinggal, dan semakin dia mengkambing hitamkan orang lain dan semakin sering melawan orang lain. Jadi sikap atau kepribadian neurotik melawan itu seperti spiral yang bergulir makin lama makin tenggelam dan semakin mendalam dan semakin menenggelamkan dirinya. Jadi kembali kariernya pun akhirnya terhambat.
Y : Sisi yang makin menghambat kariernya makin terpuruk dan tertinggal dan semakin melawan orang ini tadi. Jadi seperti pusaran dan semakin menyedot dia.
SK : Benar, dia semakin melihat orang lain kalau tidak senang dengan dia, orang lain tidak mau mendukung aku, jadi dia semakin menguasai orang lain dan menindas dan semakin dia ditinggalkan orang lain dan semakin dia tidak bisa berkembang dan semakin cemas. Dan semakin dia neurotik lagi. Inilah sisi menyedihkan dari orang dengan kepribadian neurotik.
Y : Kalau begitu luas sekali penjelasan dan dinamika tentang kepribadian neurosis ini, tapi mungkin karena keterbatasan waktu maka kita tidak bisa membahas semuanya dan kita akan lanjutkan di sesi yang kedua. Tapi untuk mengakhiri, adakah ayat firman Tuhan yang boleh menjadi pertolongan bagi kita dan kekuatan bagi kita?
SK : Saya bacakan dari 2 Korintus 11:30, "Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku". Konteksnya di bagian Alkitab ini Rasul Paulus sesungguhnya tidak melakukan kesalahan, dia hidup dalam kebenaran tapi dia mengakui bahwa dia memiliki sekian keterbatasan yang sesungguhnya kelemahan dan dia setia mengakui bahwa saya pun punya keterbatasan, dan kalau mau sombong-sombongan aku juga bisa menyombongkan keterbatasanku supaya dia bisa bersolidaritas dengan jemaat Korintus yang punya beberapa kesulitan-kesulitan diri. Di dalam konteks bahasan kita, kepribadian neurotik sesungguhnya bukan sekadar kelemahan tetapi bahkan sudah menjadi hambatan di dalam kehidupan kita, maka marilah kita dengan semangat Rasul Paulus beranilah untuk mengakui kalau saya punya kelemahan dan saya punya hambatan diri dan saya bersedia untuk mencari pertolongan dan sekaligus menerima pertolongan. Inilah kabar baik dari Tuhan bagi setiap kita yang bergulat dengan kepribadian neurotik.
Y : Amin. Tentunya pertolongan yang sehat dan bukan yang saling memanfaatkan atau memakai tadi ya?
SK : Benar.
Y : Terima kasih Pak Sindu sudah perbincangan kita kali ini dan kita akan meneruskannya nanti di sesi yang kedua. Para pendengar sekalian dimanapun Anda berada, Anda sudah mendengarkan perbincangan kami dengan Bp. Ev. Sindunata Kurniawan, MK. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kepribadian Neurotik" bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.