Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Yosie, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini adalah tentang "Kepribadian Ambang". Kami percaya acara ini akan bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Pak Sindu, kalau kita berbicara tentang kepribadian ambang, sepertinya masih agak asing di telinga saya sebagai orang awam. Apakah Bapak bisa menjelaskan kepada saya dan para pendengar, apa sih kepribadian ambang itu? Lalu apa yang menjadi simptom (gejala), bagaimana tolok ukurnya? Silakan, Pak.
SK : Kepribadian Ambang ini merupakan terjemahan dari kata borderline personality, Bu Yosie. Mungkin sebagian kita sudah familiar dengan istilah kepribadian borderline. Dari Bahasa Inggris kemudian muncul Bahasa Indonesianya kepribadian ambang. Jadi, ini merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian dan memiliki ciri tentang pola ketidakstabilan secara menyeluruh terutama nampak dalam hal relasi dengan orang lain, dalam hal suasana hatinya maupun di dalam kaitannya rasa terhadap identitas dirinya atau jati dirinya. Memang istilah ambang ini muncul pertama kali sekian puluh tahun lalu dari para ahli karena melihat pada orang-orang yang mengalami kepribadian ambang atau borderline ini memiliki kondisi di antara orang yang mengalami gangguan kecemasan (sangat cemas sekali) dengan gangguan skizofren yang orang awam katakan "orang gila", artinya orang yang bicara sendiri, halusinasi, delusi.
Y : Gangguan jiwa ya, Pak?
SK : Gangguan jiwa yang putus kontak dengan dunia nyata. Ambang ini di antara, sehingga para ahli di masa itu kesulitan mengategorikan maka diberi nama borderline.
Y : Perbatasan ya.
SK : Ya. Perbatasan antara gangguan kecemasan dengan gangguan yang bersifat psikotik seperti skizofren tadi yang putus dengan dunia nyata.
Y : Kalau begitu kapan gejala ini muncul pada seorang pribadi, apa ciri-cirinya, sehingga kami sebagai orang awam bisa mengenali atau teredukasi?
SK : Gangguan ini tentu melewati sejarah pertumbuhan, Bu Yosie. Memang para ahli baru bisa memastikan setelah orang berusia 17 tahun ke atas, yakni memasuki masa dewasa awal. Tetapi sebenarnya perjalanan gangguan kepribadian itu adalah perjalanan dari sejak masa balita. Masa balita, masa kanak-kanak dan masa remaja. Tapi diagnosanya terutama di masa usia 17 tahun ke atas. Ada 9 ciri atau simptom (gejala) dan baru para ahli/psikolog/psikiater mengatakan seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang itu harus memenuhi minimal 5 dari 9 gejala ini.
Y : Baik, Pak. Mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut, apa saja yang menjadi gejalanya.
SK : Kesembilan ciri itu, yang pertama adalah adanya USAHA YANG PANIK UNTUK MENGHINDARI PENGABAIAN YANG NYATA ATAU PENGABAIAN/PENOLAKAN YANG MASIH SEKADAR IMAJINASI DARI ORANG TERSEBUT.
Y : Maksudnya pengabaian itu penolakan ya, Pak? Alias takut penolakan?
SK : Ya. Takut ditolak, merasa tidak dicintai, tidak diterima. Ketika ada perasaan takut ditolak/takut diabaikan itu, muncullah usaha panik. Misalnya ada kisah nyata yang kemudian diangkat dalam sebuah film bioskop. Seorang wanita yang telah berhubungan seksual sebelum menikah dengan pacarnya. Tapi kemudian wanita ini merasa terancam, "Wah, pacarku ini akan meninggalkan aku." Dia panik. Dalam kepanikan takut ditinggalkan pacarnya, dia langsung menyayat pergelangan tangannya ketika pacarnya itu bersiap untuk pergi dari wanita itu. Jadi, sudah gelap mata, urat nadinya diiris. Itu adalah bagian dari usaha yang panik.
Y : Sepertinya usahanya itu irrasional ya.
SK : Ya. Tidak masuk akal dan emosional. Misalnya tiba-tiba karena dia takut ditinggalkan, dia marah-marah. "Kamu mau meninggalkan aku ya? Kamu selingkuh ya? Kamu mementingkan diri sendiri!" dia marah-marah, menuduh ini dan itu, itu sebenarnya tidak beralasan.
Y : Baik. Hal yang berikutnya apa, Pak?
SK : Gejala yang kedua yaitu ADANYA POLA MENETAP DARI HUBUNGAN ANTAR MANUSIA/ANTAR PRIBADI YANG SELALU BERUBAH-UBAH DAN BERSIFAT INTENS, yaitu perubahan antara mengidealkan atau menjelekkan. Dalam istilah lain, hubungannya itu hitam putih. Jadi, perubahannya itu cukup nyata, hitam putih dan intens, dan suka berubah-ubah.
Y : Contohnya bagaimana, Pak?
SK : Maksudnya begini, contohnya: Kamu ini temanku yang terbaik. Kamu pacarku yang hebat. Kamu istriku yang luar biasa. Aku sayang kamu. Tetapi tiba-tiba bisa dalam sekejap, dalam hitungan menit, atau jam, atau hari, dia bisa sangat membencinya. Padahal mungkin pacarnya atau temannya itu hanya lupa hal yang kecil. Tapi hal yang kecil bagi dia tidak kecil melainkan sangat besar, sehingga ekstrem hitam putih. "Kalau kamu teman yang baik, pasti kamu memenuhi. Begitu kamu tidak memenuhi, kamu memang jahat! Aku benci kamu." Itu ciri yang kedua.
Y : Menarik sekali. Padahal itu tidak dia sengaja ya? Itu terjadi dengan alami seperti mekanisme dirinya sendiri ya?
SK : Iya. Maksudnya itu lebih ke cara pembacaannya. Bagaimana cara orang tersebut membaca situasi relasi yang untuk orang lain tertoleransi, wajar, masih bisa dimaafkan, tapi bagi dirinya, hal yang kecil itu sesuatu yang sangat besar dan membuat dia marah, tersakiti, akhirnya dia berespons ekstrem seperti itu tadi.
Y : Oke. Saya mulai mengerti. Silakan dilanjutkan, Pak.
SK : Tanda kepribadian ambang yang ketiga adalah ADANYA GANGGUAN IDENTITAS, YAITU CITRA DIRI, RASA TERHADAP DIRI YANG BERUBAH-UBAH.
Y : Maksudnya seperti apa, Pak?
SK : Orang tersebut seringkali bingung tentang konsep dirinya. Dia bahkan bisa mempertanyakan "Aku ini siapa sih?" dia tidak yakin dengan rencana hidupnya, rencana kerjanya, tipe teman yang dia butuhkan atau dia sukai. Bahkan pada saat-saat tertentu dia tidak bisa membedakan batasan antara dirinya dan orang lain. Bagi dia, orang lain itu seperti bagian dirinya. "Apa yang dirasakan orang lain itu berarti perasaanku. Apa yang dialami orang lain berarti aku yang mengalami." Dia bingung tentang dirinya termasuk bisa jadi dalam beberapa situasi orang-orang dengan kepribadian ambang itu tidak jelas tentang identitas atau orientasi seksual. Bisa jadi dalam satu waktu dia merasa dirinya seorang heteroseksual yang menyukai lawan jenis. Tapi bisa jadi pada kesempatan lain dia merasa sebagai homoseksual, menyukai sesama jenis. Sehingga orang semacam ini gamang tentang dirinya, siapa dirinya.
Y : Jadi, kebingungan identitas ini mulai hal yang sederhana, misalnya apa yang dia suka atau apa yang dia kehendaki, sampai pada hal yang mendalam seperti orientasi seksnya ya, Pak.
SK : Betul, itu tanda yang ketiga. Tanda keempat yang mungkin ditengarai dalam diri seseorang yang berkepribadian ambang atau borderline adalah ADANYA KONDISI YANG IMPULSIF. Impulsif artinya kondisi yang tiba-tiba muncul. Hal-hal berkenaan minimal dua bidang dari sekian bidang, yaitu tentang pengeluaran uang, tentang kehidupan seksual, tentang penyalahgunaan obat, dalam hal mengendarai kendaraan secara sembarangan. Jadi, dia impulsif misalnya dalam hal menggunakan uang. Begitu royal, boros, tidak terkontrol, tidak terkendali, apapun dia beli, uang dihabiskan sekejap. Atau dalam kehidupan seks, tiba-tiba bisa berhubungan seks, gonta-ganti pasangan seks tanpa terarah bukan hanya dengan pacarnya, dengan orang yang baru bertemu juga langsung berhubungan seks. Atau dalam penggunaan obat tidur, obat bius dan obat-obatan terlarang atau narkoba, dia bisa over dosis, pakai ini dan itu. Impulsif juga dalam hal mengendarai mobil. Berkali-kali kalau kita ikuti pembacaan di media Indonesia, ada kasus-kasus orang bermotor menabrak orang di trotoar, orang jualan di pinggir jalan ditabrak mobil, malah mobil mewah. Sebenarnya bukan karena supirnya mabuk, tapi satu-dua kasus orang itu mengidap gangguan kepribadian ambang, impulsif.
Y : Kalau saya lihat berarti lemahnya kendali ya, Pak. Tidak bisa mengendalikan impuls atau dorongan di dalam dirinya sehingga main tabrak saja. Gampangnya begitu ya?
SK : Ya. Kenapa bisa impulsif, Bu Yosie? Karena dia memang punya perasaan sakit hati. Seperti kaitannya tanda-tanda sebelumnya. Misalnya dia merasa kosong tentang dirinya, dia tidak mengenal dan tidak yakin siapa dirinya. Akhirnya dalam kekosongan dirinya ini dia mudah merasa terluka dari orang lain. Rasa tertolak ini membuat dia sakit hati dan dia mencari cara supaya nyaman, apapun dia lakukan. Impulsif-impulsif tadi.
Y : Dengan cara yang salah ya, Pak.
SK : Ya. Ketika dia lakukan, dia lega. Tapi lega sesaat ya. Setelah lega, muncul rasa bersalah, "Kenapa aku kok seperti ini ya?" rasa bersalah, rasa malu. Eh rasa bersalah dan rasa malu itu membuat dia tertekan dan akhirnya melakukan hal-hal yang impulsif itu lagi. Dia ulangi lagi. Seperti masuk ke dalam lingkaran setan.
Y : Spiral setan ya, Pak.
SK : Ya. Semakin lama semakin parah kondisinya.
Y : Mengerikan ya. Bisa juga akhirnya tanpa alasan mengakhiri hubungan kerja, mengakhiri relasi atau hubungan asmara.
SK : Betul. Impulsif itu bisa juga mengakhiri. Tiba-tiba mengundurkan diri.
Y : Tidak masuk kerja tanpa alasan.
SK : Ya. Tiba-tiba minta putus dengan pacarnya. Atau, "Sudah, kita cerai saja ya. Aku tinggalkan kamu dengan anak-anak. Aku pergi saja." Bisa seperti itu.
Y : Tidak tahan tekanan.
SK : Ya.
Y : Yang kelima apa, Pak?
SK : Yang kelima yaitu ADANYA PERILAKU BUNUH DIRI YANG BERULANG. Perilaku bunuh diri yang berulang bisa juga berupa adanya gerak-gerak tubuh yang mengancam menyakiti diri sendiri. Kembali, ini mirip seperti gambaran di nomor-nomor sebelumnya, dia ini bisa merasa terancam, merasa diri kosong, akhirnya dia memunculkan perilaku-perilaku mencari perhatian. Mencari perhatian dari keluarga, kekasih, termasuk dari konselor/psikolog/psikiater yang melayani dengan cara dia menyakiti dirinya.
Y : Ya.
SK : Termasuk di antaranya bisa jadi begini, karena dia merasa dirinya tidak nyata, dia masuk dalam situasi yang istilah teknisnya dissosiative, artinya mengalami keterpisahan antara pikiran, perasaan, kehendak. Dia tidak merasa jelas tentang tubuhnya. "Aku itu nyata atau tidak, ya? Aku itu hidup atau mati?" Sehingga dengan kondisi yang gamang tentang dirinya, dissosiative itu, keterputusan antara pikiran, perasaan, kehendak, termasuk jiwa dan tubuh, dia bisa mengiris tubuhnya, "Oh. Sakit ya. Berarti aku hidup. Aku nyata." Buat orang-orang normal, bukankah tidak perlu mengiris sampai berdarah-darah untuk membuktikan dirinya nyata? Dijiwit saja sudah sakit, oh aku ada. Tapi tidak cukup dicubit, dia harus mengiris sampai berdarah, harus pukul kepalanya hingga berdarah. Jadi, itu mengarah pada perilaku bunuh diri yang berulang. Sampai pada puncaknya dia memang membunuh diri bukan dalam rangka mencari perhatian. Kalau sampai ancaman-ancamannya tidak digubris oleh orang-orang sekitarnya, dia akan mengulangi dan mengulangi sampai benar-benar bunuh diri.
Y : Apa ini karena kekosongan akut pada masa kanak-kanak ya, Pak? Tidak ada orang yang mengasihi, yang memberi identitas bahwa "kamu dikasihi, kamu spesial".
SK : Ya. Perasaan diri tidak spesial dan tidak dicintai selama 10 tahun pertama dari sejak lahir sampai awal remaja, banyak kekosongan, banyak tidak dicintai, bahkan ditolak.
Y : Bahkan kekerasan.
SK : Ya. Sehingga diri ibaratnya seperti gelas, hati yang kosong. Sehingga menjadi bagian yang rawan di masa remaja termasuk di masa dewasa. Akhirnya masuk pada model kepribadian ambang ini.
Y : Ya. Berikutnya, Pak?
SK : Yang keenam adalah ADANYA KETIDAKSTABILAN EMOSI seperti kesedihan yang intens, mudah marah, mudah cemas, biasanya kondisi ketidakstabilan emosi ini bertahan selama beberapa jam atau terkadang beberapa hari.
Y : Biasanya tanpa penyebab yang jelas juga ya, apa yang membuat mereka tiba-tiba meledak kemarahannya.
SK : Betul. Bisa tiba-tiba amarahnya meledak, bisa juga mengamuk dengan kasar, tiba-tiba seperti merasa sakit hati tanpa alasan.
Y : Merasa dimusuhi, merasa harus menang dalam peperangannya, begitu ya?
SK : Ya. Rangsangan dari luar, hubungan yang tidak baik dan sebagainya itu bisa jadi penyebab atau kembali dugaan-dugaan. Dugaan-dugaan dia merasa tidak disukai. Padahal kenyataannya bukan tidak disukai, tapi normal saja. Tapi dia merasa tidak disukai. Jadi, bisa berupa rangsangan kecil. Atau ada penyebab, seperti bahasan tadi, memang diri itu sudah kosong, sehingga rawan muncul ketidakstabilan emosi.
Y : Yang ketujuh, Pak?
SK : Termasuk yang ketujuh, tanda ketujuh adalah PERASAAN KEKOSONGAN YANG KRONIS ATAU TERUS-MENERUS.
Y : Yang tadi kita bahas ya.
SK : Ya. Sejalan dengan yang tadi. Dia bisa mengalami kondisi depresif yang berkepanjangan, kekosongan.
Y : Kalau begitu, yang kedelapan apa?
SK : Kedelapan yaitu ADANYA KEMARAHAN YANG INTENS, TIDAK JELAS, ATAU KESULITAN MENAHAN AMARAH seperti sering marah, kemarahan yang konstan, atau bahkan perkelahian fisik yang dilakukan secara berulang. Memang orang tersebut mengalami kesulitan memahami dinamika emosinya- memberi nama, membaca, menerima emosinya- , tidak mampu mengelola emosinya dengan baik, dan cenderung enggan untuk mengalami emosi yang buruk-rasa sedih, kecewa, kosong, marah. Sehingga dia maunya yang nyaman dan menyenangkan saja. Sedikit kurang nyaman, wah langsung ekstrem bagi pikirannya yang hitam putih itu ya. Kalau dikaitkan, kembali akarnya pada masa 10 tahun pertama.
Y : Ya. Yang terakhir, Pak?
SK : Tanda kesembilan, SESEKALI BERPIKIRAN PARANOID, artinya berpikiran curiga tanpa alasan yang terkait dengan stres yang dialami atau mengalami kondisi perasaan yang tidak terhubung dengan dirinya ataupun dengan orang lain. Bahasa teknisnya dissosiative. Jadi, sesekali mengalami pikiran paranoid terkait dengan stres yang dialami atau gejala-gejala dissosiative, keterpisahan dengan diri ataupun dengan orang lain.
Y : Ya. Kalau kita melihat gejala-gejalanya seperti itu dan kita mengenali ada orang-orang di dekat kita, apa yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka?
SK : Kalau kita yang mengalami, mari buka diri mencari pertolongan, jangan membiarkannya. Karena sangat disayangkan ya, hidup kita masih panjang, hidup adalah anugerah dari Tuhan, mari carilah pertolongan kepada yang ahli/psikiater/psikolog yang memang berkompeten. Yang kedua, kalau kita bertemu anggota keluarga yang memiliki gejala-gejala ini, mari kita menjadi jembatan kasih Tuhan untuk menolong membawa orang ini untuk mendapatkan pertolongan. Jadi, mungkin tidak sampai memenuhi lima dari sembilan gejala, tapi kok ada dua-tiga gejala. Jadi, tidak harus menunggu kondisinya parah dulu baru mencari pertolongan. Mungkin kita punya tiga atau empat gejala, tidak apa-apa mengakui bahwa ada hambatan atau ada masalah. Justru orang yang sehat adalah tahu diri punya kesulitan, punya hambatan, punya masalah, orang yang sehat akan mencari pertolongan, bukan membiarkannya.
Y : Ya. Kalau misalnya kita sudah mengenali gejalanya, mungkin Pak Sindu bisa menjelaskan untuk mengedukasi kami, bagaimana cara pengobatannya?
SK : Pengobatan medis itu hanya penunjang, Bu Yosie. Penanganan yang utama adalah psikoterapi lewat konseling mendalam, di antaranya lewat konseling percakapan. Diajar bagaimana dia membaca emosinya, memberi nama, bagaimana dia memberi tanda-tanda oh kalau aku kondisi ini rawan, nah bagaimana menanganinya, manajemen emosinya. Jadi, lewat psikoterapi atau konseling mendalam akan dilatih untuk hal itu. Bagaimana juga melihat akar masalahnya yang tadi kita sebutkan 10 tahun pertama ada luka-luka kekosongan, coba dibaca. Bagaimana menyelesaikan luka-luka di masa lalu dan kemudian bagaimana menanganinya di masa sekarang ini.
Y : Bagaimana mengaitkan luka-luka masa lalu tadi dibawa ke masa sekarang dan bagaimana menyembuhkannya ya, Pak.
SK : Betul. Di dalam psikoterapi atau konseling mendalam, orang dengan kepribadian ambang dilatih bagaimana untuk memecahkan masalah. Misalnya, "Aku kok merasa ditinggalkan. Aku kok merasa tidak disayangi." Bagaimana dia diajar, dilatih untuk coba melihat dari sudut yang lebih luas, cakrawala berpikir, cara pandang yang lebih luas, melihat dari sisi-sisi yang lain, atau upaya melakukan klarifikasi apakah benar seperti yang diduga. Dari itu kemudian bagaimana mengatasinya. Jadi, melatih kemampuan berpikir, menganalisa, kemampuan dalam mengelola emosinya. Ini kurikulum, boleh dikatakan begitu, bagi orang yang mengalami kepribadian ambang atau borderline.
Y : Diberi semangat juga untuk pantang menyerah, bahwa penolakan itu adalah hal yang wajar ya. Siapa yang tidak pernah mengalami penolakan dan sebagainya. Diberi wawasan ya, Pak.
SK : Betul. Kembali satu poin penting, memang lubang dimasa 10-12 tahun pertama ini perlu secara sistemik, secara mendalam, konselor/psikolog menolong untuk mengobati, menyembuhkan dalam skala tertentu lubang di masa lalu. Karena kalaupun hanya sekadar diberi wawasan atau latihan, tapi kalau lubangnya ini tidak coba ditangani, dia akan tetap menjadi wilayah yang sangat sensitif.
Y : Oh, baik. Jadi, yang dapat kita lakukan sebagai orang awam adalah membangun jembatan dengan psikolog/psikoterapis yang berkompeten dan kemudian mengajak mereka untuk mencari pertolongan.
SK : Betul.
Y : Terakhir, apakah Bapak bisa memberikan dasar kebenaran Firman yang boleh menguatkan kami?
SK : Saya bacakan dari Yeremia 9:24, "Tetapi siapa yang mau bermegah baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN." Jadi, berbicara tentang kepribadian ambang, kekosongan diri ini mari juga kita bawa kepada Tuhan. Dialah yang mengijinkan kita lahir, ada, hidup hingga di masa remaja-dewasa ini. Memang kita punya luka kekosongan, tapi itu pun dalam kerangka seijin Tuhan. Maka dalam kaitan itu, mari di dalam kondisi kekosongan, luka, sensitifitas kita itu kita bawa kepada Yesus. Mari kita mengundang Tuhan hadir dalam wilayah kekosongan kita.
Y : Tuhan yang sanggup menyembuhkan.
SK : Mengalami kepuasan, dicintai Tuhan. Jadi, kalau kita hanya menyelesaikan masalah hanya pada diri kita sendiri ataupun hanya semata-mata mengandalkan relasi dengan orang lain, itu tetap menjadi dasar yang rapuh. Tetap dibutuhkan, tapi tidak cukup. Bagian yang lain, mari kita mengundang Tuhan, mengenal Tuhan yang mengasihi dan menyediakan pemulihan bagi diri kita.
Y : Ya. Mengenal Tuhanlah yang menjadi sumber kebahagiaan manusia ya, Pak.
SK : Betul.
M : Terima kasih banyak untuk perbincangan kita, Pak Sindu. Saya percaya ini akan menjadi wawasan yang baik untuk para pendengar. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang topik "Kepribadian Ambang". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.