Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Kehidupan yang Hancur". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, ada orang-orang yang mengatakan kehidupannya itu sudah begitu kelam, begitu rusak; sebenarnya yang ingin kami ketahui adalah faktor-faktor apa Pak Paul yang bisa membuat kehidupan seseorang itu rusak?
PG : Pak Gunawan, saya akan mengawali dengan sebuah ilustrasi, saya ini tidak hobby memancing tapi pernah memancing, nah satu pengalaman saya tentang memancing adalah waktu kita mendapatkan kan dan mencoba memegangnya di tangan barulah kita menyadari betapa sulitnya memegang ikan yang masih hidup.
Biasanya kita membeli ikan di pasar, mudah sekali memilih ikan yang sudah mati atau setengah mati. Saya masih ingat betapa sulitnya memegang ikan yang hidup dan melepaskan kail dari mulutnya. Pernah suatu kali saya ingin melepaskan ikan itu kembali ke air dan mencoba melepaskan kail itu dari mulutnya, ternyata sangat sulit dan kesulitannya adalah ikan itu terus menggelepar-gelepar. Nah saya ini mau mengilustrasikan hidup seperti ikan yang menggelepar, adakalanya kita berpikir kita sudah bisa dan mampu memegang hidup, ibarat mau membeli ikan di pasar, dan kita mengira ikan itu sudah mati atau setengah mati. Ternyata waktu kita memegang hidup itu, barulah kita sadari benar-benar hidup itu bisa menggelepar, dan waktu menggelepar bisa lepas dari tangan kita. Yang menjadi penghiburan kita sebagai orang Kristen adalah bagi kita hidup itu seperti ikan yang menggelepar dan tidak bisa kita pegang, namun di mata Tuhan sebetulnya hidup itu sangat terkontrol karena di bawah pengetahuan dan penguasaan Tuhan. Tidak ada yang terjadi yang tidak di ketahui oleh Tuhan sendiri, jadi itulah penghiburan kita sebagai orang Kristen. Namun kalau kita melihatnya dari sisi manusia, kita akan terpaksa mengakui adanya hidup ibarat ikan yang menggelepar terlepas dari tangan kita. Ada sebagian kita yang terpaksa menerima geleparan ikan atau hidup ini dan kehilangan segalanya. Nah bagi orang yang mengalami peristiwa ini saya ingin mengajak para pendengar sekalian untuk menelusuri sebetulnya apa yang menyebabkan hidup kita itu hancur. Saya kira kecenderungan kita adalah ada dua, yang pertama kita menyalahkan orang lain sepenuhnya atas kehancuran hidup kita, seolah-olah semua orang yang di dunia inilah yang bertanggung jawab atas kehidupan atau kehancuran hidup kita itu. Yang kedua ada kecenderungan sebagian kita menyalahkan diri secara berlebihan, kitalah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kehancuran hidup kita, tangan kitalah yang telah menghancurkan hidup kita ini. Nah sebelum kita sampai pada 2 keputusan yang ekstrim itu, saya mau mengajak kita semua untuk melihat mungkin situasinya atau masalahnya tidaklah seekstrim yang kita pikir. Mungkin adakalanya yang terjadi bukanlah tangan kita sendiri, memang ada campur tangan kondisi atau keadaan yang di luar kendali kita, tapi adakalanya memang tangan kita sendiri pula. Nah inilah kira-kira yang menjadi 2 penyebab utama Pak Gunawan, kenapa hidup kita akhirnya berakhir dengan kehancuran.
GS : Dalam hal itu Pak Paul, apakah seseorang itu tahu atau sadar bahwa hidupnya itu sudah hancur atau sedang menuju pada kehancuran?
PG : Biasanya dia ketahui, misalnya tanda-tanda yang utama adalah tidak ada lagi yang menerima dia, dia mulai merasakan bahwa dia telah menjadi orang asing dilingkungannya sendiri, dia meraskan penolakan yang merata dari banyak orang, dia juga merasakan dia tidak layak lagi berkumpul dengan orang-orang yang dulu biasa berkumpul dengan dia.
Yang berikutnya yang umum juga adalah dia merasakan bahwa orang-orang yang dulu mencintainya dan dia cinta sekarang menjadi orang-orang yang sangat asing bagi dirinya. Di mana mereka lebih baik tidak hidup dengan mereka atau mengenal dia. Tanda yang lainnya lagi adalah biasanya diikuti dengan kehancuran karier atau masa depan seseorang, tidak ada lagi pekerjaan, tidak ada kemampuan untuk bekerja dan rasanya kita tidak ada lagi jalan untuk kembali membangun hidup kita, nah ini tanda yang terakhir saya kira yang sangat-sangat berpengaruh besar. Di mana seseorang akhirnya merasa sudah terlambat dan apapun yang saya lakukan tidak akan lagi memperbaiki keadaan saya.
IR : Di dalam masa-masa yang sulit seperti yang dialami seseorang Pak Paul, apakah ada yang berpikiran kenapa Tuhan itu jauh, seolah-olah menyalahkan Tuhan?
PG : Sering kali itu muncul dalam benak orang, nah ini termasuk yang tadi saya katakan ada orang yang sepenuhnya menyalahkan diri, ada orang yang sepenuhnya menyalahkan orang lain. Nah dalamkategori sepenuhnya menyalahkan orang lain, ada orang yang menyalahkan Tuhan, seolah-olah Tuhanlah yang bertanggung jawab atas kehidupan ini kenapa sampai begini, kenapa Tuhan membiarkan.
Walaupun saya yang berbuat salah kenapa Tuhan tidak menghentikan berbuat salah atau waktu saya meminta pertolongan Tuhan kenapa Tuhan tidak menjawab misalnya seperti itu. Contoh yang paling klasik adalah seseorang yang terlibat dalam narkoba, obat-obatan terlarang, dia berdoa kepada Tuhan untuk melepaskannya dari belenggu narkoba ini, hari ini dia berdoa besok pakai lagi. Nah waktu dia pakai lagi dia sangat merasa bersalah, dia melihat dirinya begitu buruk tapi dia juga mulai berkata kenapa Tuhan tidak mendengarkan doa saya, kemarin saya sudah minta dengan tulus kok esok harinya saya membeli lagi obat, saya memakai lagi obat. Jadi di sinilah kita melihat suatu lingkaran yang berputar-putar dan orang dengan mudah akhirnya bisa mempersalahkan Tuhan, kenapa Tuhan tidak menolong saya seperti yang saya minta.
(2) GS : Sebagian besar Pak Paul, kehancuran hidup seseorang atau dia merasakan kehancuran itu diakibatkan oleh dirinya sendiri, nah itu hal-hal apa Pak Paul yang bisa membuat tindakan-tindakan seseorang itu yang bisa menghancurkan akan kehidupannya sendiri atau masa depannya?
PG : Ada beberapa penyebab yang umum Pak Gunawan, yang cukup umum adalah memang ada penyebab-penyebab di luar diri kita misalkan kita dilahirkan dalam keluarga yang kebetulan tidak rukun. Keetulan orang tua kita sering bertengkar sehingga sejak kecil kita menjadi orang yang penuh kemarahan, nah karena kita orang yang penuh kemarahan.
Waktu kita mulai besar kecenderungan kita adalah mengambil keputusan tidak dengan pertimbangan yang matang. Karena emosi kita yang tinggi itu adakalanya kita membuat kesalahan-kesalahan, nah waktu kita masih kecil kesalahan-kesalahan yang kita buat mungkin ya, masih dalam skala yang kecil. Misalnya kita menonjok teman, membalas teman yang mengejek kita akhirnya di skorsing oleh sekolah. Nah dengan bertambahnya usia, kesalahan yang kita perbuat juga bertambah besar, misalnya bukan saja kita menonjok seseorang tapi kita memukuli seseorang sampai dia harus dibawa ke rumah sakit dan kita menjadi berurusan dengan polisi misalnya seperti itu. Atau karena emosi kita yang begitu tinggi dan jiwa kita begitu resahnya sehingga waktu teman kita menantang kita untuk memakai obat-obatan terlarang: putau, sabu-sabu, masa begitu saja kamu tidak beranilah apa, karena jiwa kita yang begitu marah penuh pemberontakan pada keluarga kita, mulailah kita memakai obat-obatan terlarang itu. Jadi adakalanya kita menghancurkan hidup kita karena kita tidak bijaksana dalam mengambil keputusan, tapi saya harus akui ketidakbijaksanaan kita itu sebetulnya merupakan akibat dari keadaan yang membesarkan kita itu. Nah akhirnya karena kita menjadi orang yang penuh dengan kemarahan, penuh dengan ketidakstabilan kita mudah jatuh pada keputusan yang salah. Atau yang lainnya lagi adalah sebetulnya tidak ada kondisi yang di luar seperti itu, namun masalahnya adalah sepenuhnya dari diri kita misalnya kita orang yang mau mencoba yang tidak lazim, kita orang yang mau barmain-main dengan api, kita tidak suka dengan yang sama, kita cenderung menolak yang diajarkan oleh orang karena kita mau memunculkan ide kita sendiri misalnya dalam kasus memilih jodoh kita melakukan hal seperti itu. Orang tua sudah berkata jangan menikah dengan dia, teman-teman segereja, pendeta kita berkata jangan menikah dengan dia, kita tidak pusing, kita berkata saya tahu apa yang saya pilih dan yang menikah juga saya kenapa orang lain pusing dengan saya. Nah karena adanya perasaan-perasaan yang sangat angkuh itu, kita akhirnya menikah, apa yang terjadi benar-benar kita menikah dengan orang yang keliru akhirnya hidup kita merana luar biasa. Akhirnya setelah bertahun-tahun karena frustrasi, kita bercerai urusan rumah tangga kita berantakan, anak-anak kita berantakan, nah di situlah kita merasa hidup kita hancur, nah dalam hal ini memang tangan kitalah yang melakukan sepenuhnya.
GS : Saya melihat suatu contoh yang baik di dalam Alkitab ketika Tuhan Yesus memberikan perumpamaan anak yang bungsu lari dari rumah orang tuanya. Apakah itu salah satu bentuk penghancuran terhadap dirinya sendiri?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi dalam contoh tersebut si anak bungsu ini sengaja meminta harta orang tuanya, meminta harta warisannya bukan dipakai untuk berdagang, bukan untuk hal yang erguna bagi kehidupannya.
Dia sengaja meminta hak warisnya untuk dihabiskan, untuk berfoya-foya, nah itu adalah jelas-jelas contoh di mana seseorang memiliki hati yang keras, dia menganggap dirinya tahu apa yang dia lakukan dan tidak mau peduli dengan nasihat orang lain dan akhirnya menghancurkan hidupnya. Tapi puji Tuhan, kita tahu dari cerita itu akhirnya berakhir dengan bahagia karena dia sadar akan dosanya dan kembali pulang ke rumah orang tuanya.
GS : Saya rasa kita berharap hal demikian juga terjadi pada banyak orang yang merasa hancur hidupnya. Tapi tadi Pak Paul katakan selain faktor dirinya sendiri yang menghancurkan masa depan ada faktor lingkungan, itu seperti apa Pak Paul?
PG : Adakalanya peristiwa terjadi di luar kendali kita misalnya kita telah berpikir matang-matang, merencanakan sebaik mungkin untuk misalnya ekspansi usaha kita. Tapi tiba-tiba terjadi sesutu di luar jangkauan kita, kita ditipu oleh rekan bisnis kita misalnya atau sesuatu terjadi sehingga perusahaan kita terbakar habis sehingga kita benar-benar kehilangan harta milik kita.
Nah hal-hal seperti itu bisa terjadi dan bisa menimpa siapa juga, nah dalam kasus seperti ini kalau kita tidak hati-hati kita akan cenderung menyalahkan Tuhan sebab kita berkata kenapa engkau membiarkan hal ini menimpa saya. Nah yang perlu kita lakukan nomor satu adalah menerima fakta bahwa selama kita berjalan di bumi ini hal-hal seperti itu bisa menimpa kita. Contoh yang lain yang sering terjadi juga adalah misalkan perampokan, seorang sedang berjalan uangnya diambil dan kalau misalnya lebih malang lagi dia misalnya ditusuk, dilukai sehingga dia cacat dan sebagainya. Jadi hal-hal tersebut memang menimpa atau bisa menimpa setiap insan yang masih hidup di dunia ini, dan kita sebagai orang Kristen tidak diperkecualikan.
IR : Nah, apakah setiap penderitaan seseorang itu semestinya seizin Tuhan, Pak Paul?
PG : Saya mempunyai keyakinan bahwa apapun yang menimpa kita itu terjadi dalam izin Tuhan, jadi ini yang sulit kita terima, kalau Tuhan baik kenapa mengizinkan itu terjadi, ini yang sulit kia terima.
Makanya ada orang yang berprinsip tapi tidak berkuasa sepenuhnya sehingga hal-hal tersebut bisa menimpa orang-orang yang dikasihinya. Tidak, Tuhan baik dan Tuhan mengizinkan, adakalanya hal yang buruk menimpa anak-anak Tuhan, ini dua hal yang sulit kita kompromikan. Tapi dua-duanya mencerminkan 2 sifat Tuhan yang sangat hakiki yaitu Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih, tapi yang kedua Tuhan yang berdaulat penuh, Tuhan yang memerintah segenap kehidupan ini, bahkan tidak ada sehelai rambutnya yang jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan. Jadi benar-benar Tuhan yang mengetahui dan berkuasa atas semuanya, ini yang sulit kita terima.
IR : Tapi kalau karena ulahnya sendiri apakah itu seizin Tuhan, Pak Paul?
PG : Nah kalau penderitaan akibat ulah kita sendiri, kita tidak mengatakan izin tapi Tuhan membiarkan, Tuhan menghendaki tidak seseorang pun melawannya. Tuhan menghendaki tidak seseorang mentup telinga tidak mau mendengarkan yang Tuhan kehendaki, tentu jawabnya tidak, tentu Tuhan tidak menghendaki anak-anak-Nya melawan dia.
Tapi kalau sampai anak-Nya tetap melawan dia kok Tuhan izinkan, o....bukan Tuhan bukan izinkan di situ tapi Tuhan membiarkan itu terjadi, kadang kala untuk mengganjar dia agar dia bisa bertobat.
(3) GS : Kalau kita melihat tadi Pak Paul, faktornya adalah bagaimana seseorang itu menyikapi masalah yang dihadapinya baik mengenai dirinya sendiri maupun faktor yang dari luar. Nah yang ingin saya tanyakan adalah sementara kita itu masih atau belum mengalami hal-hal seperti itu 'kan ada baiknya kita mempersiapkan diri Pak Paul. Karena hal-hal seperti itu bisa terjadi pada semua orang, lebih-lebih faktor lingkungan karena perampokan, entah karena kerusuhan, entah karena bencana alam, dan sebagainya. Nah bagaimana kita itu mempersiapkan diri supaya kalau itu terjadi kita tidak merasa bahwa hidup itu sudah tidak berguna lagi, Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah kita mesti tetap mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang baik, bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang akan merancangkan yang buruk bagi anak-anak yang dikasihi-Nya.Kalau Dia bukanlah Tuhan yang baik, Dia tidak akan turun menjadi manusia dan mati buat dosa-dosa kita, jadi hanya Tuhan yang baik yang akan rela menyerahkan nyawanya untuk manusia yang dikasihi-Nya.
Nah pertanyaannya kenapa hal yang buruk itu terjadi, ada hal-hal yang bisa kita ketahui, ada hal-hal yang tidak akan kita ketahui jawabannya. Nah tentang mengapa hal-hal buruk itu terjadi, lho kenapa Tuhan membiarkan saya melakukan hal-hal itu sehingga hidup saya hancur. Adakalanya kita tidak menemukan jawabannya dengan mudah, jadi untuk hal-hal yang memang sulit untuk kita temukan jawabannya ya sudah, kita tidak usah berusaha menemukan jawabannya. Yang terpenting adalah kita menerimanya, sebagai persiapan apa yang bisa kita lakukan, nah selain dari kita menyadari Tuhan baik kita harus percaya sepenuhnya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang menguasai hidup kita. Bahwa Tuhan tidak akan kecolongan, sesuatu tidak akan menyelinap masuk dan merenggut kita dari sisi-Nya, tidak akan. Nah saya akan mendasari argumen saya atas firman Tuhan yang tercantum di
Roma 8:28, "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Nah, di sini kita mau belajar beberapa hal; yang pertama adalah firman Tuhan menegaskan bahwa Allah turut bekerja, nah ini sekali lagi menyatakan kedaulatan Allah, Allahlah yang memerintah hidup ini sehingga Allah mengetahui semuanya, Allah menguasai sepenuhnya apa yang terjadi dalam hidup kita. Yang kedua, ini adalah berita pengharapan, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu artinya Tuhan tidak membedakan sesuatu itu karena kita terima dari luar atau sesuatu itu akibat dari perbuatan kita sendiri. Nah jangan sampai kita berkata kalau saya yang menghancurkan hidup saya sendiri, Tuhan pasti tidak mau lagi mengampuni saya, Tuhan hanya akan menolong saya kalau kemalangan ini ditimpakan pada saya dari luar. O...tidak, Alkitab tidak membedakan kedua hal ini, Alkitab berkata Allah turut bekerja dalam segala sesuatu berarti, dalam segala hal bahkan dalam hal-hal yang memang dalam tanggung jawab kita sepenuhnya. Allah tetap akan turut campur tangan, kadang kala kita merasa sayalah yang bersalah, sayalah yang berbuat Allah tidak akan turut mau campur tangan, Allah akan melepaskan kita, nah berita pengharapan adalah tidak, Allah tetap akan turut campur tangan. Nah ini yang ketiga adalah suatu berita kemuliaan, yaitu atau mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, mendatangkan kebaikan jadi seburuk apapun yang telah terjadi seburuk apapun perbuatan kita yang telah menghancurkan hidup kita ini yakinlah bahwa kalau Allah turut campur tangan Allah sanggup mengubahnya. Mengubahnya sedemikian rupa bukan saja membuat itu normal, netral tapi Allah berjanji mengubahnya menjadi yang baik bagi kita. Nah di sinilah kita bisa mengenal sifat Allah yang sangat hakiki yaitu Allah yang penuh kebaikan, sehingga bukan saja dia merestorasi kembali seperti suasana sebelumnya atau situasi sebelumnya, tidak. Tidak akan Dia memberikan kita yang netral Dia akan justru memberikan kita yang baik, jadi baik itu perbuatan tangan kita sendiri atau yang ditimpakan kepada kita lalu kita serahkan kembali kepada Tuhan, kita mau bertobat, kita mesti dengar janji Tuhan ini bahwa Dia akan mengubahnya untuk mendatangkan yang baik bagi kita.
IR : Yang baik bagi kita itu kalau sering kali dari sudut pandang manusia ada yang mengatakan itu tidak baik Pak Paul, kalau sudah hancur misalnya sampai bercerai itu 'kan rasanya bagi manusia 'kan tidak baik, tapi bagi Tuhan baik.
PG : Betul sekali, Bu Ida, jadi yang baik bagi kita sudah tentu adalah yang baik bagi Tuhan dan yang baik bagi Tuhan sudah tentu paling baik buat kita. Tapi saya setuju dengan Ibu Ida, adakaanya kita akan berkata yang paling baik buat saya kok Tuhan rasanya bukan yang paling baik.
Nah sering kali kita mengukurnya dari hal-hal yang nampak yang kasat mata, tapi tidak selalu begitu. Yang pertama adalah sering kali Tuhan mendatangkan kebaikan melalui yang di dalam yakni misalnya perombakan karakter kita. Tapi yang kedua adakalanya kita memang tidak mampu melihat yang baik itu dengan mata telanjang kita, adakalanya yang baik itu akan terlihat bertahun-tahun kemudian atau pada masa di mana kita justru sudah meninggal dunia. Baru akan terlihat jelas kenapa itu baik atau pada waktu-waktu di mana yang baik itu tidak akan terlihat sama sekali di mata manusia karena cara Tuhan bekerja memang sangat luar biasa.
GS : Saya rasa Alkitab memberikan banyak contoh pada kita bagaimana seseorang yang tadinya diperkirakan hidupnya hancur tapi kemudian bangkit kembali seperti Ayub, Yusuf, Zakeus yang disingkirkan orang, Nikodemus, dan banyak lagi saya rasa Pak Paul . Masalahnya bagaimana kita orang awam ini kalau melihat seseorang atau teman kita atau yang kita kenal, yang merasa dirinya hancur apa yang bisa kita lakukan untuk mereka itu?
PG : Saya teringat cerita Petrus setelah menyangkal Yesus, dia malu, dia sangat malu sekali, tapi yang indah dari Petrus adalah dia tidak meninggalkan persekutuan dengan teman-temannya. Nah ecenderungan orang yang sudah menghancurkan hidupnya, atau yang telah berbuat salah dia akan meninggalkan persekutuan dengan teman-teman seiman, itu kesalahan fatal, nah Petrus tidak melakukan hal itu, Petrus tetap tinggal di dalam persekutuan.
Waktu Tuhan memunculkan diri di telaga sewaktu Petrus dan teman-teman sedang menjala ikan, di sini kita melihat sesuatu yang sangat indah, Tuhan memanggil Petrus dan bertanya 3 kali apakah Petrus tetap mencintai Dia. Nah pertama yang bisa kita lihat adalah Tuhan mengulurkan tangan kepada Petrus, yang kedua Tuhan tidak hanya mengulurkan tangan, Tuhan juga ingin melihat Petrus mengulurkan tangannya kembali kepada Tuhan, makanya Tuhan bertanya apakah engkau mengasihi Aku lebih dari yang lainnya ini. Jadi apa yang bisa kita lakukan, kita harus menjangkau orang yang hancur sebab orang yang hancur memang cenderung mau membenamkan kepalanya di bawah pasir, tidak mau terlihat oleh teman-teman yang lain, meninggalkan persekutuan. Tadi saya sudah katakan bagi yang sudah hancur jangan sampai lupa kembali pada persekutuan dengan anak-anak Tuhan, bagi kita yang harus kita lakukan adalah menjangkau mereka. Kita mengulurkan tangan kepada mereka namun setelah itu kita juga mau melihat dia mengulurkan tangan kembali, tidak, karena itu penting. Tuhan juga meminta Petrus mengulurkan tangannya kembali, kalau Petrus berkata misalnya aku tidak mencintai engkau Tuhan, mungkin Tuhan akan berdiam membiarkan Petrus menyadari dirinya dan dosanya.
GS : Jadi faktor lingkungan akan mempengaruhi seseorang untuk cepat pulih lagi Pak Paul, dari kehancurannnya itu. Dari kita, kita percaya kebenaran firman Tuhan tadi mengatakan bahwa selalu ada harapan bagi mereka yang merasa dirinya hancur untuk kembali kepada Tuhan dan Tuhan akan memberikan yang lebih baik. Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan kehadapan Anda sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang kehidupan yang hancur. Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami harapkan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 59 A
- Faktor-faktor apakah yang membuat kehidupan seseorang itu rusak…?
- Apakah penyebab tindakan seseorang itu dapat menghancurkan hidupnya sendiri bahkan masa depannya…?
- Bagaimana mempersiapkan diri supaya nggak merasa hidup ini tidak berguna lagi…?