Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Kapankah Perlu Konseling?". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Kata konseling memang cukup akrab di telinga kita semua, Pak Paul. Tetapi sebenarnya apa itu konseling, bagaimana kita melakukan konseling, kepada siapa kita mesti konseling - ini yang seringkali menimbulkan banyak pertanyaan. Karena kita ini bukan cuma terdiri dari tubuh yang kalau sakit ke dokter. Tetapi masih ada jiwa, masih ada relasi sesama kita, yang kadang-kadang mengalami gangguan juga seperti tubuh kita. Sebenarnya kita butuh seorang konselor, Pak Paul. Tetapi bagaimana ini, Pak Paul? Kapan saatnya kita butuh konseling?
PG : Sebagaimana kita memerlukan dokter untuk menolong kita dengan permasalahan kesehatan jasmaniah, demikian pulalah kita memerlukan konselor untuk menolong kita dengan permasalahan kesehatan jiwani dan relasi. Pertanyaannya adalah sebagaimana Pak Gunawan sudah angkat tadi, kapankah seharusnya kita mencari pertolongan seorang konselor untuk permasalahan jiwani dan relasi yang kita hadapi? Apakah sehat dan baik buat kita mencari pertolongan sedini mungkin ataukah lebih baik kita mengupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu sebelum kita mencari pertolongan? Jadi, kita mau melihat KAPAN WAKTU YANG TEPAT, KONDISI YANG TEPAT, UNTUK KITA MENCARI PERTOLONGAN DARI SEORANG KONSELOR. Namun sebelum kita nanti membahas jawabannya, saya mau mengajak kita melihat kesalahpahaman yang kerap beredar tentang peranan Roh Kudus di dalam kehidupan orang percaya, Pak Gunawan.
GS : Kesalahpahaman seperti apa itu, Pak Paul?
PG : Ada orang berpendapat bahwa kita tidak perlu mencari pertolongan seorang konselor Kristen atau bukan untuk penyelesaian masalah jiwani dan relasi kita. Biasanya argumen yang diberikan adalah kita sudah memunyai Roh Kudus yang sanggup menolong kita menghadapi persoalan hidup. Jadi, ya tidak usah kita datang memohon pertolongan orang. Yang penting kita berdoa. Dan karena kita memiliki Roh Kudus dalam hidup kita, Ia pasti akan menunjukkan jalan dan menolong kita.
GS : Ya memang banyak pendapat seperti itu, Pak Paul. Bukan hanya mengenai permasalahan jiwa. Dalam permasalahan tubuh pun orang juga banyak yang berpikir seperti itu. "Saya tidak perlu ke dokter kok. Tuhan bisa menolong saya, Tuhan bisa melakukan mujizat kepada saya. Kalau Tuhan mau saya sembuh, saya pasti sembuh." Dia tidak mau ke dokter, Pak Paul. Nah, yang tadi masalah kejiwaan yang dia alami, dia tidak mau ke konselor karena dia merasa ada Roh Kudus di dalam dirinya. Tetapi apakah orang-orang seperti ini selalu berpegang teguh pada pendapatnya yang seperti itu, Pak Paul?
PG : Sudah tentu kalau memang orang itu – yang seperti tadi Pak Gunawan katakan – saya mungkin lebih bisa terima, yaitu dalam segala hal dia konsisten, pokoknya dia percaya ada kuasa Tuhan yang dapat menolong atau menyembuhkan dia. Jadi, dalam segala hal – permasalahan jiwani, jasmaniah, relasi, finansial – dia tidak minta pertolongan siapa pun, hanya pertolongan Tuhan. Seandainya semua orang begitu ya sudah saya terima. Tapi kenyataannya adalah tidak demikian, Pak Gunawan. Pada umumnya orang yang mengatakan bahwa kita tidak perlu datang memohon pertolongan orang lain untuk menghadapi persoalan hidup dan bahwa kita hanya perlu bersandar pada Roh Kudus tidak ragu untuk datang mencari pertolongan dokter sewaktu ia sakit. Jadi, bila ia konsisten seharusnyalah ia tidak datang kepada dokter untuk persoalan kesehatan jasmaniahnya. Juga – saya tambahkan – seharusnyalah dia tidak bersekolah atau memasukkan anaknya ke sekolah sebab bukankah Roh Kudus adalah guru yang teragung dan terbaik dan Ia sanggup mengajarkan kita segala sesuatu? Pak Gunawan, daftar ini masih dapat diperpanjang tetapi saya kira kita semua mengerti arah argumen saya, yaitu bahwa argumen ini tidak konsisten. Pada kenyataannya kita ini memerlukan pertolongan satu sama lain dan Tuhan memakai anak-anaknya untuk membimbing orang yang sedang menghadapi masalah. Misalkan, di dalam Alkitab kita dapat melihat bahwa Tuhan menunjuk Musa untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi umat Israel dalam perjalanan di padang gurun dan sewaktu Musa tidak sanggup lagi melakukan tugas itu ia menetapkan para tua-tua untuk membantu umat Israel menyelesaikan permasalahan di antara mereka. Kita pun tahu bahwa raja seperti Daud juga mempunyai konselor. Bukan satu tetapi beberapa, untuk membimbingnya dalam pengambilan keputusan. Bahkan Salomo lewat Kitab Amsal dan Pengkhotbah telah berperan sebagai seorang konselor. Melalui kedua buku itu ia membagikan hikmatnya yang begitu bernilai dalam menghadapi persoalan hidup. Paulus di dalam 1 Korintus 12:8 menempatkan karunia berkata-kata dengan hikmat dan pengetahuan sebagai salah satu karunia Roh Kudus. Singkat kata, tidak salah kita mencari pertolongan orang untuk menolong kita memecahkan masalah jiwani dan relasi yang kita hadapi. Terpenting adalah kita tidak lalai berdoa dan meminta Roh Kudus untuk mengurapi dan memakai konselor untuk menuntun kita ke jalan Tuhan. Kita memohon dan menerima bantuannya sama seperti kita memohon dan menerima bantuan seorang dokter medis untuk menyembuhkan penyakit kita dan memohon serta menerima bantuan seorang arsitek untuk membangun rumah kita. Singkat kata, Tuhan memakai kita semua untuk memelihara kesejahteraan hidup dan menolong satu sama lain.
GS : Iya. Disini konselor itu semacam profesi, atau memang profesi, Pak Paul? Kita mengenal ada yang namanya psikolog, psikiater, konselor, pendeta pun bisa menjadi konselor. Bedanya seperti apa, Pak Paul?
PG : Istilah konselor atau konseling memang adalah istilah yang lebih mendasar ya. Istilah ini memang mencakup menasehati, menguatkan, menghibur, menolong, membuka wawasan, menumbuhkan. Nah, itu adalah bagian dari proses mengkonseling atau menolong orang. Ini bisa dilakukan oleh seorang psikolog yang terlatih di dalam ilmu jiwa. Ini bisa dilakukan juga oleh seorang psikiater yang adalah seorang dokter medis yang kemudian mendalami ilmu jiwa. Atau ini juga dapat dilakukan oleh seorang pendeta yang memang dalam pembinaannya untuk menjadi seorang hamba Tuhan juga diwajibkan mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan ilmu jiwa. Jadi, ini semua dapat dilakukan oleh orang-orang yang Pak Gunawan sebut itu. Namun yang dilakukan itu didalamnya adalah konseling, yaitu memberikan dorongan, menguatkan, mengarahkan, menolong orang memecahkan persoalannya.
GS : Bukankah kebanyakan masalah bersifat rahasia buat dia, entah itu tentang keluarga, entah mengenai pribadinya. Ada orang yang mau datang ke konselor ini yang kuatir kalau masalahnya ini nanti diketahui oleh orang banyak. Bagaimana ini, Pak Paul?
PG : Seharusnya tidak kuatir karena kami akan merahasiakan apa yang orang sampaikan. Kita tidak akan – atau para konselor, psikolog atau psikiater ini – tidak akan menceritakan masalah-masalah yang didengarnya di dalam kapasitasnya sebagai seorang konselor atau seorang pendeta atau seorang psikiater atau seorang psikolog.
GS : Jadi ada semacam kode etik bagi mereka?
PG : Betul. Jadi, kalaupun mau dibicarakan sebagai contoh kasus atau studi, secara umum saja dan sama sekali tidak menyebut data-data pribadi supaya identitas orang tersebut tidak diketahui. Memang kita mau berusaha menjaga kerahasiaan itu.
GS : Nah, sekarang kita tiba pada KAPAN kita butuh pergi ke seorang konselor, Pak Paul?
PG : Pada prinsipnya kita mencari pertolongan konselor bukan tatkala kita menghadapi problem tetapi pada waktu kita tidak dapat menyelesaikan problem secara sehat dan tepat. Saya mau menggarisbawahi ini sebab tidak benar juga dan tidak sehat juga kalau orang begitu menghadapi problem langsung cari seorang konselor. Tidak ya. Dia mesti juga belajar menghadapinya. Kapankah kita mencari pertolongan dari seorang konselor? TATKALA KITA TIDAK DAPAT MENYELESAIKAN PROBLEM SECARA SEHAT DAN TEPAT. Mungkin kita dapat "menyelesaikan" problem, namun kita melakukannya secara tidak sehat dan tidak tepat. Nah, bila itu terjadi kita tahu bahwa sesungguhnya masalah tidak hilang tetapi hanya terbenam. Masalahnya tiap kali penyelesaian yang tidak tepat dan tidak sehat kita lakukan maka ini akan menciptakan problem lain yang lebih berat dan lebih kompleks. Sebagai contoh ya. Kita perlu datang kepada konselor untuk menolong kita menyelesaikan persoalan pernikahan. Jika segala usaha untuk menjalin komunikasi berakhir dengan pertengkaran, atau kita harus mencari pertolongan konselor bila kita terus mengalami kecemasan tatkala berhadapan dengan orang walau kita telah berusaha sekuat tenaga untuk tenang. Atau, contoh lain, kita mesti segera mencari pertolongan konselor apabila bukan saja kita makin tidak memunyai energi dan pengharapan untuk hidup tapi juga makin sering kita berharap untuk mati. Nah, Pak Gunawan, semua contoh ini memerlihatkan bahwa kita sudah tidak sanggup menghadapi dan menyelesaikan persoalan hidup kendati kita sudah berusaha. Nah, di saat inilah kita perlu mencari pertolongan seorang konselor.
GS : Dan itu biasanya orang lain yang tahu, Pak Paul. Jarang sekali orang yang bermasalah memunyai inisiatif untuk datang ke konselor sendiri. ini agak jarang terjadi. Yang seringkali terjadi adalah orang lain melihat wah ini sudah butuh pertolongan. Sama seperti kita sakit secara jasmani saja, selama kita masih bisa obati sendiri, kita coba obati sendiri, padahal penyakit yang sesungguhnya itu terus berkembang karena kita mengobatinya kurang tepat. Untuk seorang yang bermasalah pada kejiwaan, juga orang lain yang bisa tahu dan dia yang akan mendorong atau mengajak kepada seorang konselor.
PG : Itu memang sering terjadi, Pak Gunawan. Sebab kita itu seringkali berpikir bahwa pastilah bisa ya, pastilah bisa, dengan berjalannya waktu pastilah bisa. Tapi kita tidak menyadari bahwa sebetulnya kita makin tergerogoti. Orang di sekitar kitalah yang tahu. Mungkin sekali mereka pun juga sudah berusaha menolong kita, memberitahu kita, tapi ya kenyataan bahwa masukan-masukan mereka itu tidak menolong kita berarti memang kita memerlukan pertolongan dari seseorang yang lebih menguasailah persoalan-persoalan ini sehingga dapat menolong kita.
GS : Ya. Selain itu, apa yang perlu kita perhatikan untuk datang mencari pertolongan kepada konselor?
PG : Kita mesti datang mencari pertolongan konselor jika KITA TIDAK DAPAT BERFUNGSI SECARA OPTIMAL DALAM HIDUP, Pak Gunawan. Maksud saya, kita tidak sedang menghadapi problem. Tetapi kita tahu bahwa kita tidak dapat berfungsi secara maksimal karena adanya hambatan yang berasal dari masa lalu. Singkat kata, kita dikendalikan bukan oleh masa depan tetapi oleh masa lalu. Kita telah berusaha melepaskan diri dari masa lalu tetapi kita selalu gagal. Itulah saatnya kita mencari bantuan konselor untuk melepaskan tali yang mengikat kita. Sebagai contoh, karena terlalu sering kita menerima kata-kata yang menjatuhkan, akhirnya kita merasa minder. Setiap kali kita ingin melakukan sesuatu, kita langsung merasa takut. Belum apa-apa kita sudah mengantisipasi bahwa kita akan gagal dan menderita malu. Alhasil kita memutuskan untuk tidak berbuat apa-apa. Kita memilih jalan aman yaitu berlindung di balik orang supaya jika terjadi apa-apa kita ‘kan tidak disalahkan. Sebagai akibatnya, seringkali kita kehilangan kesempatan untuk memberikan sumbangsih kepada sesama dan untuk mengaktualisasikan apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita. Nah, melalui konseling, seorang konselor dapat menolong kita menemukan akar ketakutan itu dan menolong kita menghadapinya. Ia pun bisa membantu kita memisahkan dari masa lalu sehingga kita memunyai keberanian dan kemerdekaan untuk berinisiatif dan mengambil resiko.
GS : Ya. Pak Paul, untuk sebagian orang yang harus melepaskan masa lalunya itu ada yang sekarang itu dikenal dengan hypnotherapy. Katanya melalui itu orang bisa melupakan masa lalunya dan membuka lembaran baru untuk selanjutnya. Bagaimana itu?
PG : Memang apakah hypnotherapy itu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu untuk menolong orang, saya kira iya. Bisa ya dipakai untuk menolong kita yang membuka bagian hidup kita yang sudah lama tersembunyi dan akhirnya kita bisa mengingat apa yang terjadi pada kita. Namun kita juga mesti berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa dengan hypnotherapy maka semua persoalan itu bisa diselesaikan dan sebagainya. Oh, tidak. Tidak ya. Pada akhirnya kita harus menghadapi persoalan yang tengah menimpa kita, menyakitkan, memalukan, itu tetap harus kita hadapi. Dan secara sadar kita memang harus melepaskan diri dari masa lalu itu bukan lewat proses melupakannya atau apa. Tidak ya. Sebab memang kita mesti menghadapinya muka dengan muka dan berkata bahwa, "Sudah, saya lepaskan masa lalu saya, saya tidak mau ini mengganggu saya lagi."
GS : Untuk anak-anak, terutama yang kesulitan menentukan jurusan studinya, itu juga perlu dibimbing oleh seseorang yang ahli di dalam bidang ini ya? Jadi, melalui konseling ini juga bisa bermanfaat untuk menentukan anak itu melanjutkan ke sekolah mana atau harus bekerja di bidang apa ya?
PG : Betul, Pak Gunawan. Misalkan dalam hal penentuan jurusan atau karier. Ternyata tidak sesederhana itu, tidak hanya lewat tes maka langsung tahu inilah yang memang menjadi karunia kita atau garis karier kita. Sebab ternyata kepribadian kita, masa lalu kita, kebutuhan kita, bisa turut memengaruhi pilihan kita, Pak Gunawan. Sebagai contoh, misalkan kita ini dikaruniai oleh Tuhan kemampuan yang baik sekali dalam bidang science. Seharusnya kita bekerja di bidang teknik dan sebagainya. Tapi karena, misalnya masa lalu kita itu kurang bahagia, kita haus kasih sayang, kita butuh sekali kontak sentuhan dengan sesama manusia tapi tidak memerolehnya, akhirnya kita mencari-cari, Pak Gunawan. Kedekatan dengan orang, penerimaan dari orang, penghargaan dan kasih sayang dari orang. Akhirnya kita memilih jurusan yang dapat memenuhi kebutuhan kita itu. Misalnya, bila kita seorang guru, kita berkecimpung dengan manusia, berbincang dengan anak-anak dan sebagainya. Nah, masalahnya adalah kalau sesungguhnya itu bukan karunia kita yang utama, itu hanyalah sebetulnya untuk memenuhi kebutuhan kita, pada satu titik kita akan merasa jenuh. Kita tidak akan merasakan itu adalah pekerjaan yang mengisi kita, menyegarkan kita, memberikan kepada kita kekuatan lagi untuk melakukannya. Justru kita merasa makin hari tenaga kita makin terkuras, makin tidak termotivasi kita ini. Nah, lewat konseling, seorang konselor dapat memerlihatkan bahwa, "Oh ternyata kenapa engkau tertarik ke arah pelayanan atau ke arah pendidikan, itu karena memang untuk memenuhi kebutuhanmu. Maka setelah kamu melakukannya untuk satu kurun, engkau sudah kehilangan motivasi dan minat karena itu bukan bidang utamamu." Jadi kita melihat ternyata masalah, pengalaman yang kurang menyenangkan dalam hidup, bisa akhirnya menutupi garis karier kita, melencengkan karier kita, sehingga akhirnya kita salah memilih jurusan. Nah, dalam konseling dengan seorang konselor, hal-hal ini bisa diketahui sehingga orang tidak memilih jurusan yang bukan sesuai dengan bidangnya itu.
GS : Jadi, bukan hanya untuk menyembuhkan yang sakit ya. Ini untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri seseorang supaya dia bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan memuliakan nama Tuhan ya.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi, perlukah konseling? Salah satunya adalah jikalau kita tidak lagi hidup optimal, perlulah datang konseling sehingga tali-tali yang mengikat kita itu bisa dilepaskan sehingga kita bisa hidup lebih optimal.
GS : Ya. Selain itu kapan kita perlu datang mencari pertolongan, Pak Paul?
PG : Kita perlu datang mencari pertolongan konselor Kristen apabila kita terus bergumul dengan dosa tertentu sehingga kita tidak dapat bertumbuh secara rohani. Sebagai contoh, kita tahu bahwa kita harus lebih dapat mengendalikan emosi tetapi kita terus jatuh di dalam dosa kemarahan. Sebagai akibatnya bukan saja relasi kita dengan sesama terganggu, relasi kita dengan Tuhan pun terganggu. Kita sering merasa bersalah karena sekali lagi di dalam kemarahan kita melukai hati sesama dan Tuhan. Nah, seorang konselor Kristen dapat menolong kita melihat masalah bukan saja dari sudut rohani tetapi juga jiwani. Memang kalau hanya melihatnya dari sudut rohani ya kita akan berkata, "Saya sudah tahu tidak seharusnya saya itu pemarah. Tidak seharusnya saya itu mengumbar-umbar emosi saya. Saya mengerti ini tidak seharusnya. Tapi persoalannya bagaimana saya bisa mengatasinya?" Nah, lewat konseling kita dapat mengetahui bahwa penyebab kita terus jatuh ke dalam dosa kemarahan yang tak terkendali adalah dikarenakan kemarahan kita terhadap orang tua yang tak kunjung padam. Mungkin kita marah kepada mereka sebab mereka mengabaikan kita dulu dan membuat kita merasa tidak berharga. Alhasil kita limpahkan kemarahan itu kepada orang lain. Dengan cepat kita ini menyimpulkan orang itu tidak menghargai kita, orang itu mengabaikan kita, orang itu menghina kita sehingga kita marah lagi, marah lagi, marah lagi. Padahal kemarahan kita sebetulnya tertuju kepada orang tua, bukan kepada orang-orang ini. Pada waktu kita sadari bahwa kemarahan kita sebetulnya berasal dari kemarahan kepada orang tua, kitapun lebih mampu untuk mengendalikannya. Mungkin kita belajar untuk lebih terbuka dengan perasaan kita kepada orang tua, mungkin kita belajar untuk mengatakan ketidaksukaan kita terhadap tindakan mereka. Singkat kata, kita belajar untuk bersikap dan berbuat lebih tepat sasaran. Nah, sewaktu kita bersikap dan berbuat tepat sasaran, ternyata kita lebih sanggup mengendalikan kemarahan. Alhasil kita tidak jatuh ke dalam dosa kemarahan tak terkendali seperti dulu lagi.
GS : Ya. Jadi, sebenarnya kapan seseorang itu perlu pergi ke konselor yang Kristen dan kapan siapa saja bisa menangani masalahnya, Pak Paul? Artinya konselor Kristen atau bukan Kristen bisa menyelesaikan masalahnya, bagaimana itu Pak Paul?
PG : Saya kira kalau kita menyadari kok kita jatuh terus ke dalam dosa-dosa tertentu, itu saatnya kita memang mencari seorang konselor Kristen. Supaya dia bisa mengaitkannya dengan apa yang tertulis dalam Alkitab yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita. Sehingga kita tidak menghukum diri, menyalah-nyalahkan diri tapi kita berhasil menemukan penyebabnya dan diberi juga masukan bagaimana mengatasinya.
GS : Berarti sumber nasehat atau arahan itu juga harus berdasarkan Alkitab atau firman Tuhan ya?
PG : Betul, Pak Gunawan.
GS : Pak Paul, sebenarnya banyak orang ingin tahu apa yang terjadi di ruang konseling itu. Biasanya bagaimana prosesnya, Pak Paul?
PG : Pada umumnya kita datang kepada seorang konselor untuk menceritakan persoalan yang kita hadapi. Jadi, kita ceritakan itu sajalah. Nanti konselor yang akan tahu menanyakan hal-hal yang dapat menolong kita mengerti permasalahan kita dan juga nanti dia bisa mengajukan usulan atau masukan sehingga kita menemukan jawaban atau pemecahan problem kita.
GS : Ya. Pak Paul, dalam hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang mendasari perbincangan kita ini?
PG : Amsal 11:14 berkata, "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa. Tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." Nah, sekali lagi kita dapat melihat bahwa Tuhan menganjurkan kita untuk mencari hikmat dari penasihat. Bahkan makin banyak makin baik. Pergi konseling tidak membuat kita tidak beriman. Sama seperti pergi ke dokter tidak membuat kita tidak beriman. Pergi konseling tidak membuat kita ragu akan kuasa Roh Kudus. Sama seperti pergi ke dokter tidak membuat kita ragu akan kuasa Roh Kudus. Pergi konseling merupakan sebuah pengakuan semata bahwa kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pertolongan sesama.
GS : Iya. Memang kita tidak bisa menyelesaikan masalah itu sendiri dan kita butuh orang yang memang ahli yang sudah Tuhan beri hikmat untuk membantu kita menyelesaikan masalah-masalah. Memang program Telaga ini juga dibuat antara lain untuk hal itu tetapi itu ‘kan sangat terbatas ya dalam perbincangan yang sangat pendek ini. Jadi, kalau memang dibutuhkan untuk konseling, sebaiknya para pendengar kita juga tidak ragu untuk mendatangi seorang konselor. Terima kasih banyak untuk perbincangan ini, Pak Paul.
GS : Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kapankah Perlu Konseling?". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.