Gereja yang Memuridkan Secara Intensional

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T583B
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.,M.Phil.
Abstrak: 
Pemuridan adalah strategi Alkitabiah yang sengaja Tuhan pilih, dikerjakan sengaja dan terarah, petobat baru yang dimuridkan akan menjadi murid Kristus, proses ini bergulir dan berulang dari generasi ke generasi, jika pemuridan intensional dilakukan, orang akan mengenal Kristus, bertumbuh dewasa dan menolong orang lain bertumbuh, matang secara rohani dan emosional serta karakter Kristus.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

dpo. Ev. Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil.

Situasi Hari Ini

  • Di beberapa gereja kesulitan mencari majelis. Jikapun ada pilihan-pilihan calon majelis, namun kurang memiliki kualifikasi memadai dalam kematangan diri dan kematangan berorganisasi. Bandingkan masalah yang muncul akibat majelis yang memiliki harga diri yang rendah, mandeg secara rohani, kabur dengan visi gereja yang Tuhan maksud.
  • Dawson Trotman, perintis The Navigators, mengatakan kecenderungan gereja lebih mirip tempat penitipan bayi rohani daripada pusat pendewasaan jemaat. Bagaikan kumpulan bayi-bayi rohani yang rapuh, rentan harga diri dan konflik tidak sehat, dilayani daripada melayani, mengkritik daripada memberi kontribusi. Tanpa sadar pola-pola relasi tidak sehat dari keluarga asal masing-masing dipindahkan ke dalam gereja, termasuk masalah-masalahnya. Bukan gereja yang menggarami keluarga, tapi cenderung keluarga masing-masing yang menggarami pola relasi dalam gereja.
  • Secara umum gereja cenderung lebih mirip "ghetto" daripada pusat pendewasaan dan pengutusan. Beberapa gereja nyaman dalam kelompok etnisitasnya masing-masing. Prasangka-prasangka sosial tanpa sadar dilestarikan dengan pembenaran bahwa kami mau menjangkau yang sesuku dan seetnis. Dalam kenyataannya, cenderung tak terlihat adanya usaha nyata penginjilan dan penjangkauan jiwa secara sengaja dan konsisten berdasarkan pendekatan budaya suku atau etnis tersebut.
  • Piramida gereja yang terbalik di mana seorang gembala menanggung banyak jemaat. Gereja menjadi tempat entertainment religius lewat kegiatan dan anggaran kolosal Natal, Paskah, HUT gereja dalam rangka menghibur warga gereja dan simpatisan.
  • Penambahan jumlah anggota gereja lebih cenderung hanya berdasarkan kelahiran dan atestasi masuk.

Maka kita perlu kembali kepada esensi dan misi Gereja yang Tuhan maksudkan.

Matius 28:18-20: Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, JADIKANLAH SEMUA BANGSA MURID-KU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Sering Matius 28:18-20 kita batasi pada perintah penjangkauan jiwa-jiwa baru atau penginjilan tapi sesungguhnya dalam Amanat Agung ini Tuhan Yesus menetapkan kualitas jiwa baru yang dikehendaki yakni: MURID.

Tuhan juga tetapkan sebuah rangkaian strategi yakni:

  1. Baptis: Buah dari Penginjilan
  2. Ajar untuk Melakukan: Bukan ajar untuk sekadar tahu dan mengumpulkan pengetahuan doktrin tapi ajar untuk melakukan. Firman yang menjadi daging, lewat menjadi Pelaku Firman. Inilah Pemuridan, menjadikan murid dan menghasilkan kualitas Murid Kristus.
  3. Pergi: Pengutusan secara sengaja untuk menjangkau jiwa-jiwa baru dan melanjutkan dengan pemuridan.

Dengan demikian, seorang dengan kualitas murid Kristuslah yang diutus menjangkau jiwa-jiwa baru. Hanya murid Kristuslah yang bisa menghasilkan petobat baru dan murid Kristus. Bukan orang Kristen bayi rohani maupun petobat baru. Hanya orang dewasa yang sanggup melahirkan bayi dan bukan bayi yang menghasilkan bayi. Demikian pula, bukan program yang menghasilkan murid Kristus. Orang menghasilkan orang, bukan program kegiatan yang menghasilkan orang. Maka program kegiatan semata-mata diabdikan untuk menciptakan jembatan relasi dan mempertemukan orang yang memuridkan dengan yang akan dimuridkan serta memberi keleluasaan proses pemuridan bisa berjalan dengan optimal. Dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus secara sengaja mempersatukan dan memadukan misi dunia dan pemuridan secara strategis. Pemuridan merupakan kunci bagi penginjilan dunia. Pemuridan bukanlah pilihan tapi strategi Alkitabiah yang Tuhan sengaja pilih. Maka jika mau menjadi gereja yang Alkitabiah: Jadikanlah Gereja yang Memuridkan secara intensional atau secara bersengaja. Pemuridan adalah semua proses untuk menjadikan murid Kristus. Maka, pemuridan bisa diterjemahkan dalam banyak hal: ibadah-ibadah gerejawi, persekutuan rumah tangga, kelas pemahaman Alkitab, berbagai wujud pelayanan. Namun, Amanat Agung Kristus mengarahkan kita semua untuk melakukan Pemuridan Intensional atau pemuridan yang dikerjakan secara sengaja dan terarah. Yakni, seluruh proses untuk:

  • membawa orang ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, dan
  • mengembangkan mereka menuju kedewasaan penuh di dalam Kristus,
  • melalui strategi pertumbuhan yang intensional,
  • sehingga nantinya mereka dapat melipatgandakan seluruh proses tersebut juga kepada orang lain.

Maka, lewat pemuridan intensional akan terjadi pelipatgandaan rohani. Petobat baru yang telah dimuridkan secara intensional akan menjadi murid Kristus. Dan sebagai murid Kristus mereka diberdayakan untuk bisa mengulangi proses yang serupa, yakni menjangkau jiwa baru dan memuridkan secara intensional seorang petobat baru menjadi murid Kristus pula sebagaimana mereka. Demikian proses ini bergulir dan berulang dari generasi ke generasi. Karakteristik Murid Kristus dapat digambarkan lewat Ilustrasi Roda yang telah dikenal luas. Roda memiliki poros yakni Kristus sebagai pusat hidup seorang murid Kristus. Roda memiliki jari-jari. Ada 4 jari seorang murid Kristus. Secara vertikal, jari ke atas adalah Doa dan jari ke bawah adalah Firman. Secara horizontal, jari ke samping kiri adalah Bersekutu kepada sesama orang percaya dan jari ke samping kanan adalah Bersaksi kepada dunia. Lingkaran roda yang menyatukan ke-4 jari adalah Kehidupan yang Taat.

Tuhan Yesus sendiri telah mencontohkan kepada kita sebuah strategi yakni: memusatkan perhatian untuk menghasilkan kualitas, yang kemudian akan menghasilkan kuantitas yang berkualitas. Tuhan Yesus mengembangkan pemimpin yang akan menjadi sebuah gerakan Kerajaan Allah dan bukan sekadar menarik banyak pengikut yang akan menjadi khalayak ramai yang mudah terombang-ambing. Rick Warren, pemimpin gereja besar dunia, menuliskan bahwa kesehatan suatu gereja diukur berdasarkan kapasitas pengutusannya (sending capacity), bukan kapasitas pengunjungnya (seating capacity).

Jika pemuridan intensional dilakukan, gereja akan dipenuhi:

  • Orang yang mengenal Kristus dan membuat Kristus dikenal
  • Orang yang bertumbuh dewasa dan menolong orang lain bertumbuh
  • Orang yang mengenali panggilan pelayanan khasnya di gereja dan dunia, dan melakukan pelayanan dalam kebersamaan yang saling melengkapi

Gereja akan dipenuhi anggota jemaat yang memiliki kualitas murid-murid Kristus, artinya orang yang cukup matang secara rohani, emosional dan karakter Kristus. Gereja bagaikan Kopassus (komando pasukan khusus), kumpulan orang-orang yang berdaya dan siap menerima tugas ilahi dan memberi kontribusi positif bagi dunia dan Kerajaan Allah. Bukan dipenuhi bayi-bayi rohani dan deretan penonton gereja. Gereja tidak akan kesulitan merekrut pemimpin-pemimpin awam. Pendeta tidak akan bersolo karier. Gereja akan menyediakan calon-calon hamba Tuhan penuh waktu yang matang. Bandingkan: cukup banyak yang masuk sekolah teologi namun sayangnya dengan kualifikasi bayi rohani. Padahal di tahun kedua sudah dituntut praktik pelayanan di berbagai gereja dan komunitas pelayanan. Seandainya mayoritas gereja di Indonesia melakukan pemuridan intensional, maka semua sekolah teologi akan dipenuhi para mahasiswa yang berkualitas murid Kristus dan cukup matang untuk diperlengkapi secara teologis, biblikal dan berbagai keterampilan pelayanan untuk diutus ke dunia masyarakat luas dengan berbagai tantangan dan peluangnya.